Tubuh Gemuk Ini Tetap Kucintai, Walau Pernah Ditolak Jadi Penyiar

Fimela diperbarui 11 Okt 2016, 16:02 WIB

Perempuan bertubuh besar sering dipandang sebelah mata, padahal mereka punya banyak bakat. Salah satu di antaranya adalah sahabat vemale yang satu ini. Meski pernah ditolak sebagai penyiar karena tubuhnya tak sedap dipandang, dia temukan rasa percaya diri itu dan sekarang berhasil menjadi penyiar radio di Bandung. Inilah kisahnya sebagai salah satu peserta Lomba Menulis #MyBodyMyPride.

***

Hai, sahabat Vemale kenalkan nama saya Risa Ritonga, usia saya 24 tahun dan profesi saya sebagai penyiar radio di salah satu radio swasta Bandung. Saya hanya ingin berbagi kisah kehidupan saya yang mempunyai fisik yang over seksi. Ya, ini kata halus dari gemuk hehehe...

Fisik saya jauh dari proposional, tinggi cuma 150 cm dengan berat badan nyaris 90 kg. Bisa dibayangkan betapa bulatnya saya dengan warna kulit gelap. Awalnya saya jauh dari yang namanya rasa percaya diri, namun setelah banyak melewati masa ejekan dari lawan jenis sejak remaja, saya sadar bahwa saya juga berhak untuk mendapatkan perlakuan sama dengan teman perempuan lain yang tidak punya masalah kelebihan berat badan.

Sudah jadi rahasia umum, perempuan bertubuh besar sering kesulitan memilih pakaian. Beberapa hal yang selalu menjadi masalah besar kalau mau ngikutin mode fashion karena sulitnya mencari ukuran yang pas. Mencari (maaf) pakaian dalam saja sulitnya minta ampun, sebab ukuran dada saya besar karena pengaruh ukuran badan yang besar.

Singkat cerita, dari segala kesulitan itu hal apa yang bisa membuat saya percaya diri? Satu kali saya memberanikan diri saya untuk merubuhkan pemikiran umum di masyarakat bahwa orang gemuk tidak bisa menjadi seperti apa yang dia inginkan. Akhirnya saya bertekad menemukan apa yang paling saya inginkan dan apa bakat saya.

Pernah saya berpikir panjang untuk menjadi model tapi tidak mungkin, bahkan menjadi profesor juga tidak mungkin karena secara akademik saya pas-pasan. Kemudian saya menyadari bahwa saya punya kelebihan yaitu berani berbicara di depan banyak orang dan saya merasa mungkin ini bisa menjadi nilai lebih. Saya merasa mempunyai bakat sebagai penyiar karena pada dasarnya saya cerewet. Akhirnya saya memutuskan untuk fokus mengejar cita-cita saja menjadi penyiar.

Sejak SMA saya aktif menjadi penyiar pelajar di RRI Bandung. Berawal dari sini, saya merasa bahwa menjadi penyiar adalah garis hidup dan sebuah mimpi yang PASTI bisa terwujud tanpa harus memikirkan masalah bentuk tubuh. Namun saya salah, saya pernah mengalami penolakan yang pedih dari sebuah radio. Saya ditolak karena tubuh saya yang menurut mereka "kurang enak dipandang". Sejak saat itu, saya sempat vakum sekitar 2 tahun untuk siaran.

Kemudian tiba waktunya saya masuk masa perkuliahan. Saya berniat menghancurkan rasa malu dan minder dengan cara menawarkan diri sebagai MC untuk berbagai acara di kampus. Ternyata saya mendapatkan dukungan positif baik dari teman, senior bahkan dosen. Saya jadi lebih percaya diri walaupun tetap saja kadang mereka membahas kalau saya agak kurusan pasti akan jauh lebih menarik.

Namun saya bertahan dengan pola pikir saya, bahwa kekurangan fisik saya bisa membuat orang lain menjadi lebih percaya diri. Bahwa untuk naik panggung tidak harus selangsing model dan secantik tuan puteri. Untuk eksis di lingkungan bersikap baiklah. Kepercayaan diri kadang harus kita paksa tumbuh dalam diri kita dan mempunyai wawasan yang mumpuni. Jangan biarkan orang lain membatasi cita-cita kita dengan pandangan mereka tentang tampilan tubuh kita.

Bukalah pikiran, bahwa mereka yang berani menunjukkan dirinya adalah orang yang akan sukses. Untuk menjadi populer harus punya keunikan dan jadikanlah kekurangan kita sebagai keunikan untuk menjadi populer. Setiap orang punya bakat yang sudah Tuhan turunkan sejak usia 4 bulan dalam kandungan.

Bersyukur adalah salah satu cara kita menerima segala sesuatu yang Tuhan berikan. Badan gemuk bisa diusahakan untuk menjadi kurus, segala kekurangan bisa kita perbaiki dengan cara menerima dan memperlakukan tubuh kita dengan baik dan tentunya menjaga kesehatannya. Jangan karena fisik yang tak sempurna kita merusak ciptaan Tuhan atau justru menyakiti diri sendiri yang ujung-ujungnya malah merusak fisik maupun mental.

Marilah cintai tubuh kita seperti Tuhan mencintai tubuh kita. Jagalah tubuh kita seperti kita menjaga orang yang kita cintai. Tubuh kita adalah jati diri dan ingatlah mungkin di luar sana banyak mereka yang menginginkan tubuh seperti kita.

Jangan biarkan mereka merusak mimpi kita dengan cara pandang negatif tentang keadaan kita, namun bukalah pikiran mereka bahwa tekad kita jauh lebih besar energi positifnya dibandingkan energi negatif mereka. 

Sekali lagi, jangan biarkan mereka menghalangi mimpi kita. Jadikanlah tubuh ini menjadi pelindung dari segala energi negatif.

Your body, your pride, ladies!

(vem/yel)
What's On Fimela