Hipertensi Sering Diabaikan Wanita, Padahal Sangat Berbahaya

Fimela diperbarui 01 Mar 2017, 13:49 WIB

Banyak wanita yang menganggap penyakit hipertensi kurang dianggap penting dibandingkan kanker serviks atau kanker payudara. Padahal, penyakit hipertensi ini dapat mengganggu jantung, ginjal, stroket, demensia bahkan kematian.

Tercatat pada usia 65 tahun ke atas, prevalensi hipertensi pada wanita adalah 28.8, lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan prevalensi 22.8 (Riskesdas 2013). Ada pula berbagai macam faktor seorang wanita terkena hipertensi seperti faktor hormonal.

Namun sayangnya, pengetahuan masyarakat dan petugas kesehatan di seluruh Indonesia tentang hipertensi tercatat masih rendah dengan jumlah kasus yang tidak terdiagnosa dan jumlah pasien yang tidak mendapat terapi yang memadai masih tinggi.

Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk mewaspadai hipertensi pada wanita dan hipertensi pada umumnya. Padahal, sangat mudah nih ladies dalam mencegah penyakit mematikan ini seperti menjaga pola hidup dan deteksi dini serta apabila sudah terdiagnosa hipertensi, maka pasien harus berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

“Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting dalam penyebab terjadinya penyakit Kardio-Cerebro-Vascular (KCV). Kematian di dunia sebagian besar disebabkan oleh penyakit KCV, baik pada pria maupun wanita. Dalam kurun waktu antara tahun 2000-2025 diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi sebanyak 9% pada pria dan 13% pada wanita," ujar Pakar hipertensi dan salah seorang pendiri InaSH, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA,FAsCC, saat ditemui di Jakarta.

Populasi usia lanjut dalam tahun- tahun mendatang memang semakin bertambah,disamping itu, perkiraan hidup (life expectancy) wanita lebih tinggi dibandingkan pria, kemungkinan hal inilah yang menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.

Ia memaparkan, “Kelainan KCV pada wanita seringkali kurang mendapatkan perhatian akibat kurang terdeteksinya faktor-faktor risiko penyakit KCV,seperti obesitas. Riskesdas 2007 mencatat prevalensi obesitas pada wanita adalah 29% sedangkan pria 7.7%, sedangkan Riskesdas 2013 menemukan bahwa prevalensi kolesterol 39.6% pada wanita dan 30% pada pria. Diabetes Mellitus II pada wanita prevalensinya 7.7% dan pria 5.6%. Maka dapat dikatakan bahwa risiko terjadinya kejadian-kejadian KCV pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria terutama pada usia lanjut," ungkapnya.

Tekanan darah sistolik (TDS) wanita, pada dewasa muda adalah lebih rendah dari pada pria, akan tetapi pada usia 60 keatas TDS wanita lebih tinggi dari pada pria. Tekanan darah diastolic (TDD) pada umumnya sedikit lebih rendah pada wanita daripada pria di semua usia.

Pada usia dewasa muda, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria, akan tetapi setelah usia 50 tahun, insiden hipertensi pada wanita akan meningkat dengan cepat sehingga pada usia 60 keatas, hipertensi akan lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria. Prevalensi hipertensi bisa mencapai sampai 60% pada wanita di atas 65 tahun. Hal ini di akibatkan menjadi kakunya pembuluh darah arterial, juga akibat menurunnya hormon estrogen secara tajam.

Kekurangan estrogen telah terbukti dapat merusak lapisan sel dinding pembuluh darah (endotil). Keadaan ini dapat memicu terjadinya pembentukan plak disamping mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian The Nurse Health Study mengemukakan bahwa pemakaian Hormon Replacement Therapy (HRT) atau kontrasepsi oral dapat memicu terjadinya hipertensi sebanyak 80% lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan HRT. Jadi, tekanan darah wanita pada pre-menopause adalah lebih rendah dibandingkan tekanan darah wanita dalam menopause.

(vem/asp/yel)