Review: Novel Posesif - Lucia Priandarini

Fimela diperbarui 28 Des 2017, 19:30 WIB

Judul: Posesif (berdasarkan skenario Gina S. Noer)
Penulis: Lucia Priandarini
Penyunting: Teguh Afandi
Penyelaras aksara: Nunung Wiyati
Penata aksara: CDDC
Cetakan ke-1, September 2017
Diterbitkan oleh Penerbit Noura (PT. Mizan Publika)

Aku belum memutuskan untuk tetap mencintai atau membencinya. Ia membuatku ingin memeluknya, tapi sekaligus ingin lari menjauh di saat yang sama.

Lala:
Aku bahagia. Bersama Yudhis aku menemukan yang selama ini tak kupunya, perhatian dan kebebasan. Namun, ada debar ketakutan menyelinap. Kadang jadi teman baik, kadang kejutan yang mengganggu. Aku berusaha untuk percaya, tapi tak bisa.

Yudhis:
Mungkin ini terlalu cepat. Gue sudah memutuskan untuk menyukai Lala. Setiap kali bersamanya, gue merasa di puncak dunia. Gue ingin melindungi dan membuat Lala bahagia. Namun, gue takut Lala tahu sisi lain dari gue yang selama ini gue sembunyikan. Kadang gue enggak mengerti diri gue sendiri.

***

Berawal dari sebuah hukuman, Lala dan Yudhis saling mengenal. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya keduanya makin dekat hingga akhirnya pacaran. Ini pertama kalinya Lala pacaran, kesibukannya sebagai atlet loncat indah membuatnya tak punya waktu untuk urusan cinta apalagi pacaran. Kehadiran Yudhis yang saat itu menjadi siswa baru di sekolahnya pun dalam waktu singkat langsung memikatnya. Sementara itu Yudhis, dia memiliki rahasia sendiri, rahasia soal alasannya pindah ke sekolah ini juga rahasia kehidupannya.

Sehari-hari, Lala selalu ditemani Ega dan Rino. Ketiganya sudah bersahabat sejak kecil, bahkan satu sekolah sampai SMA. Hubungan Lala dan Yudhis pada awalnya didukung oleh Ega dan Rino. Tapi lambat laun, ada sesuatu yang aneh dalam hubungan Lala dan Yudhis tersebut. Terlebih ketika Lala mulai menunjukkan gelagat menyembunyikan sesuatu.

Hubungan Lala dan Yudhis awalnya berjalan manis. Namun, seiring waktu berlalu, Yudhis mulai menunjukkan sikapnya yang terlalu protektif, cenderung posesif. Karena jadwal latihan Lala yang padat, otomatis ia tak punya banyak waktu untuk bisa selalu bersama Yudhis. Hal ini membuat Yudhis gelisah.

Lala sendiri mengalami banyak tekanan. Ayahnya yang juga berperan sebagai pelatihnya menjadi sosok yang membuat Lala terbebani. Setelah kepergian ibunya, Lala hanya tinggal berdua dengan Ayahnya. Mengikuti jejak sang ibu sebagai atlet loncat indah, Lala berusaha keras di setiap sesi latihan. Tapi sejak mengenal Yudhis, ia malah nekat bolos dan hal ini sempat membuat sang ayah murka.

Tidak ada larangan untuk terus mencintai orang meski dia tidak mungkin bersama kita.
(hlm. 330)



Novel yang ditulis berdasarkan skenario berjudul sama ini sangat khas dengan gambaran dunia remaja zaman sekarang. Tentang pencarian jati diri, belajar menentukan pilihan hidup, hingga soal belajar mengambil pelajaran dari setiap kesalahan dan kecerobohan yang dilakukan.

Isu kekerasan, baik kekerasan dalam hubungan maupun dalam keluarga juga diangkat di novel ini. Membayangkan kita berada di posisi seperti Lala yang baru pertama kali pacaran tapi sudah diperlakukan dengan kasar oleh orang yang paling disayangi, rasanya hati ikut terasa perih. Tapi membayangkan kita ada di posisi Yudhis dengan kenangan pahitnya akan sosok ayah dan perlakuan ibunya yang tidak wajar, kita akan dibuat berempati. Baik buruk, hitam putih, tak bisa rasanya kita menghakimi salah satu pihak saja.

Salah satu hal yang paling mengesankan dari novel ini adalah juga soal persahabatan Lala, Ega, dan Rino. Mereka tetap kompak dan saling menguatkan. Meski sempat ada konflik yang muncul sampai membuat Rino celaka, Ega dan Rino selalu ada untuk Lala. Beruntung banget Lala punya sahabat seperti mereka.

Membaca Posesif kita akan menemukan banyak inspirasi soal kehidupan. Kita akan belajar soal memaafkan, berdamai dengan keadaan, belajar dari kesalahan agar tidak jatuh ke lubang yang sama, juga soal pendewasaan diri. Ending novel ini juga manis meski ada beberapa adegan yang bikin nyesek dan mengharukan.

 






(vem/nda)
What's On Fimela