Aku Ingin Menikah Setelah Punya Pekerjaan Mapan, Boleh Saja Kan?

Fimela diperbarui 27 Jul 2018, 10:20 WIB

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.

***

Sebagai wanita yang penuh dengan kemalangan dalam kehidupan ini, aku terima kenyataan itu karena sejak kecil aku sudah tidak punya ibu, jadi aku hanya anak titipan yang selalu hidup berpindah-pindah tempat, sejak kecil aku diasuh bibi dan nenek jadi wajar saja aku menjadi seorang yang tertutup terhadap orang lain.

Aku itu jarang bergaul dengan orang-orang yang belum terlalu kenal, hanya kepada teman dan saudara saja aku bisa curhatkan masalah-masalahku yang selama ini aku pendam. Kalaupun ada orang yang peduli sama kehidupanku dan mau mendengarkan curhatanku, mereka itu adalah sahabat yang baik di lingkungan rumah kakakku. Walaupun kami berbeda tempat kerja, tapi mereka selalu ada dan siap untuk mendengarkan masalahku di tempat kerjaku. Aku tinggal menumpang di rumah kakak aku, tapi aku juga tahu diri dan selalu waspada terhadap sikap kakak ipar yang kadang-kadang seperti tidak ikhlas akan keberadaan aku di rumah kakak kandungku.

Aku selalu bersabar dalam menghadapi ujian hidup ini, banyak saudara dari kakak ipar bertanya kapan nikah, mendengar itu hatiku sedih karena belum menemukan laki-laki yang cocok dengan tipeku. Aku selama ini hanya mengejar impianku yang pernah aku impikan waktu remaja. Mungkin saja dengan aku pindah bekerja di tempat lain, aku akan lebih banyak memiliki teman.



Aku hanya ingin mendalami hobiku yaitu bernyanyi, terbayang dalam pikiranku untuk menjadi seorang penyanyi café, tapi mengingat keadaanku yang selalu sakit-sakitan maka hal ini selalu tertunda, tapi aku bersyukur di sela kesibukan aku bekerja sebagai operator warnet, aku bisa menyempatkan diri untuk mengikuti lomba menyanyi di luar kota.

Walaupun aku sudah berumur 30 tahun, tapi hobi nyanyiku masih tetap dalam jiwa. Aku ingin mengembangkan bakat menyanyi pada setiap kesempatan, di media sosial aku sudah banyak bernyanyi, walaupun hanya sekadar untuk menghibur diri sendiri, tapi hal inilah yang membuatku merasa bahagia hidup di dunia ini, karena aku tidak mempunyai ibu kandung, maka inilah yang bisa aku lakukan untuk mencapai kebahagiaan dalam diri sendiri.

Terkadang aku berpikir untuk memiliki pekerjaan baru yaitu dengan membuat lamaran kerja, tapi sampai saat ini keadaan lingkungan belum mendukung, karena belum ada orang yang bersedia menggantikan aku untuk menjaga warnet ini. Sudah 10 bulan aku bekerja sebagai operator warnet, cukup lama aku di sini, aku lalui hari-hari dengan bernyanyi lagu bahasa Inggris dan lagu pop Indonesia. Warnet ini kepunyaan saudara sepupu, jadi aku sudah terbiasa berada di sini sebelumnya. Aku sering berpikir ketika melihat keluarga sepupuku ini, kelihatannya mereka sangat bahagia mempunyai keluarga sendiri, ada suami dan ibu kandungnya, tetapi aku hanya sendiri dan selalu sendiri karena belum menikah, mungkin belum saatnya pernikahan itu akan tiba, karena aku masih single dan belum punya pacar yang ingin serius denganku.



Aku akan menikah setelah aku mempunyai pekerjaan mapan dan cita-citaku tercapai dalam mengembangkan bakat bernyanyi aku di setiap kesempatan dalam suatu acara resmi. Walaupun aku belum dapat pekerjaan baru, tapi aku akan terus berusaha untuk mencarinya. Karena upah kerja aku tidak banyak, aku harus bisa menghemat uang supaya aku bisa mengumpulkan uang untuk bekal aku di masa depan.

Kalau saja aku kerja di tempat yang lebih resmi seperti di kantor, mungkin aku dapat gaji yang lebih besar dari ini, supaya aku dapat menikah dengan modal hasil kerja kerasku nanti. Aku selalu bersyukur atas apa yang aku dapatkan selama ini, aku bangga menjadi orang yang tangguh dalam menghadapi berbagai cobaan hidup ini, walaupun tanpa kasih sayang seorang ibu yang melahirkan aku, karena hidup ini adalah bukan untuk ditangisi tapi untuk diperjuangkan dengan sepenuh hati. Semoga saja nasib malang aku ini, akan tergantikan dengan memperoleh kebahagiaan di masa yang akan datang.





(vem/nda)