Review Buku I AM: THE BANKER - Damar P. Wimantoko

Fimela diperbarui 30 Jul 2018, 10:00 WIB

Judul: I AM: THE BANKER
Penulis: Damar P. Wimantoko
Diterbitkan oleh: Mer-C Publishing
Cetakan I, 2017

I AM: THE BANKER adalah cerita tentang seorang laki laki bernama Bimo yang bekerja di Bank dan harus berkutat dengan berbagai permasalahan baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya.

Pak Hardi: "Bimo, jangan sampai lupa semua file presentasinya ya..."

"Nanti kamu yang atur slide presentasinya ya... Kamu harus tahu kapan saya mau pindah slide atau balik ke slide sebelumnya..."

"Kamu harus bisa baca gerak gerik saya dan baca raut muka saya ya... Karena saya mau kelihatan kalo saya dan kamu sudah menguasai banget materi ini sampai saya ga harus ngomong ke kamu kalo saya mau ganti-ganti slide..."

Bimo: [dalam hati) "Lah buseett... Kurang telat pak ngomong gininya... Kenapa ga nanti aja pas tengah-tengah presentasi baru ngomong kalo gw harus bisa baca pikiran sama baca raut muka... Nasib emang jadi budak..."

***

Menjaga keseimbangan hidup antara urusan pekerjaan dan hal-hal pribadi lainnya bukan hal yang mudah di era modern seperti sekarang ini. Kondisi ini juga lah yang dialami oleh Bimo, seorang pria yang bekerja di bank dengan berbagai tekanan dan permasalahan yang tak pernah ada habisnya. Meski begitu ada banyak hal kocak yang terjadi dalam hidupnya, seperti yang dikisahkan dalam buku I AM: THE BANKER ini.

Buku yang ditulis oleh Damar P. Wimantoko berisi kumpulan cerita kehidupan Bimo dalam menjalani hari-harinya di bank. Dinarasikan oleh Broto, ia menceritakan kisah seorang lelaki biasa yang sudah menikah dengan satu anak, berprofesi sebagai seorang banker, dan tinggal di pinggiran Jakarta (tepatnya di daerah Serpong). Hari-hari Bimo penuh dengan hal-hal yang bikin kepala pusing tapi juga bikin ketawa nggak habis-habis.

Bekerja di bank membuat Bimo memiliki dinamika kehidupan yang kadang sangat sulit ditebak. Mulai dari urusan pekerjaan di kantor hingga hubungannya dengan atasan. Adakalanya hal-hal yang sudah ia rencanakan dengan matang berantakan begitu saja karena pekerjaan.

Obrolan dan percakapan Bimo dengan teman-teman serta rekan kerjanya yang lain juga banyak yang konyol. Meski sering stres dengan berbagai pekerjaan, hari-hari yang dilaluinya ternyata masih penuh dengan kejutan. Apa yang dialami Bimo rasanya juga dialami oleh para pekerja kantoran lainnya di ibu kota.

Ada banyak cerita yang lucu di buku ini. Salah satunya adalah ketika Bimo sedang berusaha untuk cari pekerjaan lain. Bukannya mendapat harapan yang lebih cerah, eh malah si pewawancara yang minta dicarikan kerjaan. Waktu ada outing ke Yogyakarta dengan teman-teman kantor pun banyak kejadian absurd yang bikin ketawa. Duh, ada-ada saja deh pokoknya.

Bimo juga memiliki keresahan sendiri dalam hidupnya. Seperti perasaanya yang sebenarnya tidak nyaman dengan proses penilaian kerja di kantornya. Juga hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya yang selalu saja memicu masalah baru.

Ditulis dengan gaya bahasa percakapan sehari-hari, I AM: THE BANKER bisa jadi referensi bacaan yang menghibur. Khususnya buat para karyawan atau pekerja kantoran yang berusaha bertahan di kota metropolitan, keresahan dan kegalauan yang digambarkan Bimo terasa begitu dekat dengan yang ada di dunia nyata.

(vem/nda)