Jika Mampu Lewati 5 Masa Kritis Ini Pernikahanmu Bakal Langgeng

Fimela diperbarui 23 Apr 2018, 16:30 WIB

Setiap pasangan yang sudah menikah tentu ingin agar pernikahan mereka langgeng. Dalam sebuah pernikahan pasti akan ada aral yang melintang. Namun, semua itu kembali lagi pada pasangan suami istri dan bagaimana cara mereka menghadapi masalah yang datang.

Penulis Robert Stevenson pernah berkata, “Pernikahan adalah satu percakapan panjang, yang dapat mengalami masa krisis dalam suatu waktu.” Cepat atau lambat, setiap pasangan mengalami krisis. Hal tersebut tak terelakkan.

Kabar baiknya, ketika menghadapi krisis, pasangan suami-istri mencapai peningkatan baru dalam hubungan. Mereka menemukan, cara-cara baru untuk berbahagia satu sama lain.

Melansir laman Bright Side, Minggu (22/4/2018), kamu tidak perlu takut pada krisis pernikahan. Ini menjadi pertanda, hubungan sedang berkembang. Yang paling utama, tidak menyerah dan mencari cara untuk mengatasi kesulitan.

Ada beberapa masa krisis pernikahan, diantaranya:

Tahun pertama pernikahan: Tahap realisasi

Rita DeMaria, seorang terapis perkawinan dan keluarga, menyebut krisis tahun pertama pernikahan sebagai “tahap realisasi.” Masa ini terjadi setelah 6-12 bulan hidup bersama. Pesona pertama jatuh cinta menghilang. Kamu mulai melihat pasangan sebagaimana adanya dengan semua kelemahan.

Kadang-kadang kebiasaan yang tidak menyenangkan juga muncul. “Saatnya belajar dan bekerja sebagai tim,” kata DeMaria.

Yang harus kamu lakukan, jika kamu belum mendiskusikan masalah serius seperti keuangan, anak-anak, kunjungan kerabat, waktu luang, dan lain-lain. Psikolog Beverly Hayman menyarankan, perlu berbicara jujur tentang prioritas menjalani rumah tangga dalam ikatan pernikahan. Penting untuk mencapai kesepakatan segala hal yang akan dijalani bersama.

3-4 tahun pernikahan: Zona nyaman berbahaya

Penelitian di antara 2.000 pasangan suami istri Inggris menunjukkan, dalam 3,5 tahun, pasangan mulai menganggap satu sama lain sebagai hal yang biasa. Lalu berhenti mengatakan "Aku mencintaimu" satu sama lain.

Sepasang suami istri menemukan “zona nyaman” sendiri. Ini adalah perasaan aman dan tenang yang luar biasa, tapi ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan malah menjadi normal dalam hidup, seperti tidak menutup pintu toilet saat buang air kecil.

Kamu sebaiknya menjaga tingkat emosional tertentu dalam hidup. Saling memuji satu sama lain lebih sering. Jika kamu melihat ada masalah, mulailah percakapan dengan lembut tanpa tuduhan.

5-7 tahun pernikahan:

Ada istilah tertentu dalam psikologi Barat, yang disebut "gatal tujuh tahun (seven-year itch)", yang berarti tujuh tahun yang membuat gatal. Ini adalah salah satu periode paling penting dalam setiap pernikahan. Pada masa ini, pasangan punya kehidupan yang baik dan hubungan yang menetap.

Beverly Hayman mengingatkan, minat dan daya tarik seksual terhadap satu sama lain bisa menurun karena rutinitas. Namun, tampaknya para pasangan tahu segalanya tentang satu sama lain. Terkadang pasangan membuat keputusan untuk memiliki anak pertama (atau anak kedua) demi menyelamatkan pernikahan mereka.

Robert Taibbi, terapis keluarga menyarankan, jaga komunikasi tetap terbuka. Misal, tanya kabar, "Bagaimana harimu?" dengan lembut. Diskusikan masa depan hubungan. Rencana apa yang kamu miliki untuk tahun depan, atau 5 atau 10 berikutnya. Kuncinya adalah keterbukaan dan kejujuran.

10-15 tahun pernikahan: Usia pernikahan yang sulit

Sesuai dengan penelitian terbaru, 10 tahun adalah ambang paling sulit dalam pernikahan. Sebanyak 2.000 wanita dari AS yang diwawancarai mengatakan, tahun ke-11 pernikahan khususnya, merupakan masa yang paling sulit.

Wanita mengalami banyak sekali tanggung jawab selama periode waktu ini. Di tengah-tengah kesibukan, mereka harus merawat anak-anak yang sudah beranjak remaja. Tak ayal, mereka kekurangan waktu sehingga kualitas hubungan menurun.

Kabar baiknya adalah jika kamu mengatasi periode waktu ini, kepuasan hubungan akan terus meningkat selama 20 tahun ke depan. Ahli terapi keluarga, Dana Fillmore dan Amy Barnhart menyarankan, agar kamu menyertakan humor dalam hubungan. Harus lebih sering tertawa bersama.

20-30 tahun pernikahan: Krisis paruh baya dan perceraian

Krisis pernikahan ini efeknya meningkat karena anak-anak tumbuh dan mulai meninggalkan rumah keluarga, sementara pasangan ditinggal sendiri, seperti di awal hubungan pernikahan. Pasangan mungkin merasa pernikahan mereka 'kosong' karena misi utamanya telah selesai: membesarkan dan membuat anak mandiri.

Perceraian pun meningkat. Yang harus kamu lakukan, jangan menjauh satu sama lain. Carilah makna lain dari keberadaanmu sebagai pasangan.

Steve Seabold, seorang pelatih hubungan, menyarankan, kamu melakukan olahraga bersama dan menciptakan rencana bersama, seperti perjalanan, bisnis baru, kursus bahasa, atau sesuatu yang akan menciptakan pengalaman hidup yang tak terlupakan.

Nah Ladies, semoga pengetahuan ini mampu menginspirasimu ya.

Sumber: Liputan6.com

(vem/ivy)