12 Pertanyaan untuk Periksa Lupus Sendiri, Jawabannya Tentukan Masa Depanmu

Fimela diperbarui 08 Mei 2018, 16:44 WIB

Ladies, simak 12 pertanyaan di bawah ini. Jika kamu menjawab 'Ya' pada empat atau lebih dari pertanyaan tersebut maka sudah saatnya kamu bertemu dengan dokter spesialis penyakit dalam. Mengapa demikian?

Dikatakan dr.Sumariyono, SpPD-KR dari Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Jakarta, bahwa mereka yang
menjawab 'Ya' pada empat atau lebih pertanyaan tersebut sudah masuk dalam gejala penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES).

"LES adalah radang yang terjadi di seluruh bagian tubuh karena auto-imun yaitu satu penyakit karena sistem kekebalan tubuh yang tidak tepat di tubuh kita. Sistem imun yang harusnya merespon dengan menghilangkan zat asing di dalam tubuh tapi malah menyerang bagian dari tubuh kita," ujar dr.Sumariyono pada media briefing 'Periksa Lupus Sendiri (SALURI) – Memahami Program Deteksi Dini Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES)' di Direktorat Jenderal P2PTM, Jakarta, Selasa (8/5).

LES selama ini memang dikenal sebagai 'Penyakit Seribu Wajah' mengingat dia akan bersembunyi di balik gejala penyakit lain. LES juga akan muncul pada berbagai sistem organ di antaranya anggota gerak, kulit, ginjal, sel-sel darah, sistem saraf, bahkan di jantung dan paru.

Gejala pertama yang muncul bisa berbeda-beda di setiap orang. Tapi lama-kelamaan dia akan mengeluarkan gejala sejatinya yakni ruam berbentuk kupu-kupu di pipi, wajah, atau bahkan di langit-langit mulut. "Belum ada penelitian yang bisa membuktikan penyebab LES, tapi secara umum penyebabnya bisa berasal dari genetika, lingkungan, hormonal, dan neuroendocrine system," ujar dr.Sumariyono lagi.

"Untuk genetika, mereka yang satu garis keturunan langsung ada yang memiliki riwayat Lupus atau terkait dengan penyakit auto-imun lain, bisa kemungkinan terkena juga," paparnya.

Sedangkan dari faktor lingkungan bisa terpicu dari paparan sinar Ultra Violet B (UVB) yang sangat tinggi. UVB biasanya terjadi paling hebat di sinaran matahari pada pukul 11:00 - 15:00. Dari sisi hormonal pun terbukti bahwa hormon esterogen jadi salah satu pencetus LES.

"Maka itu prevelansi perempuan yang terkena penyakit ini lebih besar dibanding laki-laki, perbandingannya bisa 1:15," kata dr.Sumariyono lagi.

Nah, kembali ke 12 pertanyaan untuk Periksa Lupus Sendiri, berikut daftarnya;

1. Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celcius tanpa sebab jelas.
2. Lemah dan letih berlebih.
3. Sensitif terhadap sinar matahari.
4, Rambut rontok.
5. Ruam kemerahan di pipi.
6. Ruam kemerahan pada kulit.

7. Sariawan tidak kunjung sembuh terutama pada rongga mulut.
8. Nyeri dan bengkak sendi dalam jangka waktu lama.
9. Ujung jari pucat hingga kebiruan saat dingin.
10. Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas.
11. Kejang atau kelainan saraf lain.
12. Kelainan hasil pemeriksaan lab (atas saran dokter).

Dikatakan dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA – Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, bahwa pencegahan sedari dini dan penanggulangan wajib dilakukan agar mempermudah penyembuhan dan meminimalisir efek samping yang dihasilkan LES. Apalagi penyakit ini termasuk yang memakan biaya mahal dan butuh pengobatan berkelanjutan.

"Deteksi dini mempermudah penyembuhan dan efek sampingnya karena penyakit ini juga sangat dinamis," ujar dr. Asjikin.

Pemerintah juga menyusun metode pengobatan dengan adanya kebijakan khusus pelayanan kesehatan bagi Orang dengan Lupus (Odapus). Ini sesuai dengan Undang-undang no.40 tahun 2004 Pasal 19 tentang jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial dan Ekuitas. Karena penyakit ini belum bisa disembuhkan maka tujuan pengobatan Lupus adalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, dan mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan kesintasan.

"Peran Pemerintah adalah penanggulangan dan bertanggung jawab menyusun kebijakan untuk penyakit Lupus. Pemerintah membuat pencegahan untuk membuat orang yang terkena Lupus paling tidak bisa merasakan hidup layaknya orang normal," tambah dr. Asjikin.

(vem/zzu)