Gagalnya Sebuah Hubungan Pasti Akan Digantikan dengan Jodoh yang Lebih Baik

Fimela diperbarui 14 Mei 2018, 13:45 WIB

Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.

***

Tahun 2009, saya mengenal seorang pria yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tante. Waktu itu saya kuliah semester 4 di salah satu perguruan tinggi negeri di Madura. Seperti biasa saya setiap akhir pekan menginap di rumah tante di daerah Sampang, Madura. Sepupu mengajak saya ke rumah pacarnya yang ada di Sumenep. Dalam perjalanan pulang kami mengalami kecelakaan dan mengakibatkan lutut saya terluka parah. Berpikir bagaimana saya kembali ke kos dengan keadaan seperti ini. Teringat pria yang bertetangga dengan tante itu kuliah di Surabaya.

Saya meminta izin ke tante untuk kembali ke kos bersama dia. Mulai dari situ kami ngobrol, sms, curhat-curhatan. Sampai pada saat dia putus dengan pacarnya dan selang beberapa bulan, dia menyatakan rasa sukanya kepada saya. Saya menerima karena kami sama-sama saling sayang. Namun, ternyata versi sang mantan pacar saya, saya adalah perusak hubungan mereka. Saya diteror oleh mantan pacar saya sampai dia bersumpah akan terjadi hal yang sama di hubungan kami.

Kami pacaran selama 1 tahun 8 bulan. Saya berharap dia adalah orang yang mendampingi saya sampai tua. Banyak hal yang kami lalui senang, sedih, bahkan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang masih pacaran. Waktu terus berlalu, sampai saat di mana dia mulai bersikap aneh. Teman kuliah yang juga kenal dengan pacar saya bertanya, "Kamu sudah putus? Kok aku lihat dia sama perempuan lain." Saya berusaha tenang dan mencoba menanyakan hal itu kepada dia. Dia bilang tidak dan saya percaya begitu saja. Rumor terus beredar. Sampai saya melihat sendiri di jok sepeda motornya ada dompet cewek.

Seketika perasaan saya campur aduk. Saya menguatkan hati untuk meminta putus darinya. Saya bilang selesaikan dulu urusanmu dengan dia. Meskipun sangat berat bagi saya yakin ini keputusan terbaik untuk saya. Setelah kami putus, saya memutuskan untuk berhijab karena Allah (sebenarnya sudah lama ingin memakai hijab tapi pacar saya tidak mengizinkan). Saya bertaubat dan percaya Allah akan menolong saya.

Sudah lama tidak ada kabar, tiba-tiba saat saya pulang dari kampus, secara tidak sengaja saya melihat dia (mantan pacar saya) dengan wanita itu di depan kos wanita tersebut. Lutut saya lemas, tidak ada jalan lain untuk menghindarinya. Saat itu saya sadar bahwa saya belum bisa memaafkan dia tapi saya bangga dengan diri saya sendiri bahwa pada saat itu saya tidak menangis.

Dua tahun berlalu, tiba-tiba dia menghubungi saya lagi (padahal kita lost contact). Dia cerita bahwa dia dicampakkan oleh kekasih hatinya dan memilih laki-laki lain padahal mereka sudah bertunangan. Di situ hati saya senang seperti ada smile-nya (apakah saya jahat?). Dia meminta maaf atas semuanya. Di saat itulah saya baru bisa merasa lega dan bisa memaafkannya. Saya meyakini bahwa apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai.

Itu adalah masa-masa terberat dalam hidup saya. Saya menyesal teramat dalam. Saya harus meyakinkan kepada diri saya sendiri bahwa saya masih layak memiliki pendamping hidup dengan keadaan saya sekarang. Awalnya saya minder, saya berpikir saya kotor, saya tidak termaafkan. Yang bisa saya lakukan hanya setiap hari berusaha memperbaiki diri, melakukan kegiatan yang membuat hati bahagia, lebih mendekatkan diri sama Allah.

Saya menghindari bercerita kepada teman karena hal tersebut tidak perlu diceritakan. Bercerita kepada teman atau sahabat pun itu hanya memiliki kadar sedikit untuk mengurangi kekhawatiran kita. Yang menolong saya hanya saya sendiri dan Allah. Saat salah, secepatnya kembali ke yang memberi hidup.

Dan satu tahun berlalu, Allah menjawab doa dan mempertemukan saya dengan laki-laki yang bisa menerima saya tanpa saya harus menceritakan tentang masa lalu saya (waktu itu memang saya niat jomblo untuk mendapatkan jodoh). Sekarang kami sudah sama-sama bahagia. Memiliki kehidupan dan keluarga kecil masing-masing.

Memaafkan memang hal yang sangat tidak mudah. Namun, saat kita bisa ikhlas dan memaafkan, hati kita akan lebih damai. Kebahagiaan pun akan terus mengikuti.

Itulah kisah saya dan mungkin sudah banyak orang seperti saya. Saya hanya bisa menyampaikan akhiri semuanya, itu hanya kenikmatan sementara yang membuatmu menyesal seumur hidupmu, tidak ada kata terlambat untuk bertaubat (masih ada Allah yang menolongmu).

(vem/nda)
What's On Fimela