Fimela Fest 2019: Kekuatan Kampanye Tagar MeToo Lawan Patriarki Seksual

Novi Nadya diperbarui 14 Okt 2019, 19:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Patriraki, sebuah istilah yang dicemooh dan ditinggalkan satu dekade lalu bangkit kembali. Melansir dari guardian.com, budaya patriaki yang kuno kini bangkit kembali menjadi seruan bagi feminisme serta pergerakannya di era media sosial.

Pada tahun 2017, kasus tuduhan pemerkosaan dan kekerasan seksual pada produser film Harvey Weinsten menjadi salah satu pelecutnya. Para perempuan paling berpengaruh di Hollywood kompak memakai busana serba-hitam di Golden Globes.

Oprah Wifrey pun memperjelas maksud busana serba-hitam dengan pidatonya yang menyinggung para pria yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan. Menurutnya budaya patriaki juga telah melampai geografi, ras, agama, politik, dan tempat kerja.

Sebab itu, para perempuan yang mendukungnya disebut Anti-Patriarki. Dan dalam beberapa tahun terakhir, patriarki menjadi istilah yang populer kembali termasuk dalam budaya populer. 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kampanye #MeToo telah berkembang

Seorang penumpang membawa brosur lawan pelecehan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional di Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa (12/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, para aktris dan aktivis juga ikut bersuara dan bergabung lewat kampanye tagar MeeToo. Aktris Alyssa Milano dikenal sebagai sosok yang mem-viralkan kampanye bentuk dukungan agar para perempuan bersuara jika mengalami pelecehan seksual.

Kampanye #MeToo juga ikut menyeret penggunaan kata patriarki. Sementara itu, ada juga yang menganggap kemunculan kembali istilah itu sebagai tanda jika kampanye tersebut telah melangkah terlalu jauh dan melihat patriarki sebagai seruan perang histeris dari para feminis untuk memburu para pria bersalah.

Konsep patriaki juga membuat filusuf Amia Srinivasan mempertanyakan, apakah ada kesamaan antara urusan Weinstein, pemilihan Trump, nasib pekerja garmen perempuan di Asia, dan epidemi pemerkosaan di India? Sebab ada gagasan jika supremasi laki-laki adalah pemenuhan diri sendiri, karena mereka menulis hukum puisi, filsafat, teks ilmiah, dan pria memberi porsi banyak untuk kaumnya.

Lantas bagaimana dengan melawan patriarki dalam konteks berhubungan seksual suami-istri? Cari tahu lewat talk show "Fighting Patriarchy System in Sexual Life" with Djenar Maesa Ayu dan Zoya Amirin. Daftar di sini

Ilustrasi fimela fest/copyright redaksi fimela
3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#GrowFearless with FIMELA