Begini Cara Para Pemilik Brand Bertahan di Tengah Virus Corona

Vinsensia Dianawanti diperbarui 29 Apr 2020, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Banyak pengusaha dan pemilik brand yang bisnisnya terimbas akibat pandemi virus corona. Tak terkecuali industri makanan yang mengalami penurunan pendapatan akibat sejumlah kebijakan pemerintah dalam penanganan virus corona.

Gerai hingga mall terpaksa harus tutup mengingat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang kini berlaku di sejumlah wilayah. Meski demikian, menurut Billy Kurniawan selaku pemilik brand Janji Jiwa bahwa yang terpenting saat ini memikirkan caranya agar bisnis tetap bisa bertahan.

Semasa pandemi virus corona ini, Billy mengakui bahwa Janji Jiwa mengalami penurunan pendapatan hingga 40 persen. Sehingga, ia harus mengubah orientasi bisnis yang kini dimilikinya.

"Sekarang semua tidak pasti. Tapi kita harus put people first artinya complying dengan segala yang disampaikan pemerintah. Mengikuti arahan pemerintah. Bukan mengenai target lagi melainkan bagaimana caranya beroperasi sesuai dengan arahan pemerintah," ungkap Billy Kurniawan selaku founder Janji Jiwa dalah sesi IP Talks from Home pada Jumat (24/4/2020).

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Bukan lagi soal profit

(Ilustrasi: Via Shutterstock).

Menyikapi kondisi seperti saat pandemi ini, para pelaku bisnis dituntut dari segi kreativitas sebagai salah satu strategi bertahan. Dengan menggunakan fasilitas yang ada, para pelaku bisnis ini akhirnya beralih pada interaksi dengan konsumennya.

Aktivitas media sosial pun mulai digalakkan karena kini konsumen lebih banyak memiliki waktu di rumah. Tidak melulu aktivitas yang berorientasi pada produk, pemilik brand bisa memberikan informasi dan interaksi yang memang benar-benar dibutuhkan konsumen saat ini. Seperti review produk, tips dan trik.

Sebagai orang pebisnis, Billy menggarisbawahi betapa pentingnya mendaftarkan sebuah merek atau brand sebagai bentuk proteksi. Menjadi aset tak berwujud, brand ini sekaligus menjadi identitas yang bisa terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Sehingga ketika terjadi suatu krisis seperti saat ini pemilik brand hanya tinggal mengembangkan inovasinya sebagai bentuk komitmen jangka panjang dari bisnis yang dijalankan.

"Saya selalu kembangkan produk yang punya rasa dan aroma, brand, konsep cerita. Dengan merek itu sendiri, kita mencoba memberikan suatu visual. Di situlah logo dan merek memainkan peran yang penting," ungkap Billy.

Ketika membangun bisnis Janji Jiwa, hal pertama yang Billy lakukan adalah memastikan bahwa belum ada bisnis kuliner di bidang kopi yang menggunakan nama tersebut. Jika diketahui belum ada yang menggunakan, barulah nama merek tersebut didaftarkan di DJKI atau Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

 

3 dari 4 halaman

Pentingnya pendaftaran merek

Kopi Janji Jiwa. (dok.Instagram @kopijanjijiwa/https://www.instagram.com/p/B4EcpRgBj9E/Henry)

Sekilas, pendaftaran merek ini mungkin tidak penting. Namun menurut Pemeriksa Merek DJKI Agung Indriyanto pendaftaran merek membuat seseorang mendapat hak ekslusif atas merek tersebut. Banyak pemilik merek yang tidak mendaftarkan mereknya karena sudah ada merek serupa yang sudah lebih dulu didaftarkan. Padahal bisnisnya sudah berjalan.

“Merek dimulai dari sesuatu yang bukan apa-apa namun bisa bernilai ketika dikomersialisasikan. Pelaku usaha ketika ingin melakukan tindakan komersialisasi di pasar maka hal yang paling penting adalah mendaftarkan mereknya. Siapa yanmendaftarkan duluan dia yg berhak mendapatkan hak eksklusif terhadap merek tersebut,” jelas Agung.Dengan melakukan pendaftaran merek, pemilik bisnis pun bisa dengan lebih leluasa mengembangkan bisnisnya. Termasuk jika pemilik usaha memiliki rencana untuk mengembangkan bisnisnya hingga kancah internasional.

Melalui DJKI, pemilik usaha bisa mendaftarkan merek pada kancah internasional melalui Madrid Protocol. Melalui protokol ini, akan memudahkan pemilik bisnis mengurus ijin dan kepemilikan merek di luar negeri.

4 dari 4 halaman

Simak video berikut ini

#changemaker