Meningkatnya Penghasilan Bukan Jaminan Bertambahnya Tabungan

Endah Wijayanti diperbarui 12 Sep 2020, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.

***

Oleh: Ratna

Memang benar ungkapan bahwa uang bukan segalanya, tetapi segalanya memerlukan uang. Saya merasa saya cukup beruntung dan sangat bersyukur, karena tidak lama setelah lulus kuliah saya bisa mendapatkan pekerjaan, walaupun dengan gaji yang tidak terlalu besar. Tapi sebagai fresh graduate saya merasa cukuplah untuk membiayayai hidup saya sehari-hari.

Beruntungnya lagi orangtua saya masih mampu untuk membiayai kehidupan mereka dan adik-adik saya, jadi pada dasarnya saya bekerja untuk membiayayai diri sendiri (pada waktu itu ayah saya masih aktif bekerja juga).

Setelah kira-kira 3,5 tahun, saya diterima bekerja di tempat lain dengan penghasilan yang agak lebih baik, tentu saya sangat senang. Sayangnya kesadaran saya untuk menabung masih sangat kurang, padahal waktu sekolah saya sangat hati-hati menggunakan uang jajan dari orangtua, dan bisa menabung cukup lumayan, sampai saya bisa gunakan waktu saya kuliah di luar kota.

Di tempat ketiga saya bekerja, penghasilan saya makin lumayan, saya sendiri waktu itu tidak menyangka bisa mendapat penghasilan sebesar itu.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Terlena

Hati-hati dengan utang kartu kredit./Copyright shutterstock.com/g/Pormezz

Karena penghasilan yang lumayan itu sebagian besar saya pakai untuk diri sendiri. Saya mulai terlena, mulai menaikkan gaya hidup saya, mulai membeli pakaian yang bermerek, walaupun bukan yang bermerek internasional, mulai ikut keanggotaan fitness, mulai kenal restoran-restoran yang lumayan mahal, mulai ikut membeli kopi di tempat yang mahal, mulai ganti-ganti HP walaupun HP yang lama masih baik. Saya juga mulai memiliki banyak kartu kredit karena merasa kalau ada promo, lumayan, jadi dapat diskon.

Ternyata bertambahnya penghasilan tidak membuat saya makin rajin menabung, malah membuat pengeluaran saya juga ikut bertambah banyak. Saya merasa tidak masalah karena yang saya pakai adalah uang sendiri, tidak merugikan orang lain.

Lama kelamaan, peningkatan penghasilan saya malah tidak bisa mengimbangi peningkatan pengeluaran saya. Saya jadi berlebihan menggunakan kartu kredit saya, yang pada awalnya saya selalu mebayar lunas tagihan setiap bulan jadi mulai berkurang. Malah saya mulai memakai “kartu sakti” yang bisa mencairkan pinjaman tanpa aplikasi lagi, hanya melalui telepon.

Keadaan ini berlanjut sampai akhirnya saya malah kesulitan untuk membayar minimum payment tagihan-tagihan saya. Saya benar-benar seperti baru tersadar dan jadi takut sendiri melihat jumlah cicilan saya. Kalau semula saya merasa saya yakin bisa membayar cicilannya karena masih mendapat penghasilan, setelah saya lihat ternyata cicilan-cicilan itu sudah menumpuk jadi banyak, ditambah lagi dengan bunganya.

3 dari 3 halaman

Tidak Mengulangi Kesalahan yang Sama

Ilustrasi/copyrightshutterstock/Selenophile

Saya benar-benar merasa tertekan karena membayangkan apa akan ditagih oleh debt collector dan lain-lain. Saya hampir putus asa, lalu saya coba berdoa untuk memohon petunjuk jalan keluar dari masalah saya ini, karena penghasilan saya hanya dari gaji bulanan saja. Saya terpaksa meminjam uang dari ibu saya dan bahkan mencairkan 10% dari saldo jamsostek saya untuk membayar sebagian tagihan-tagihan tersebut, sisanya saya berusaha menghubungi bank yang bersangkutan untuk minta program keringanan.

Keadaan pademi ini juga ada baiknya bagi saya, saya jadi makan siang di kantor, tidak makan keluar, lalu saya juga jadi tidak bisa berkumpul dengan teman-teman saya seperti dulu. Biasanya setiap Sabtu dan Minggu saya bertemu dengan teman-teman, makan atau sekadar ngopi sambil mengobrol di mall, saya juga tidak bisa nonton bioskop seperti biasa. Karena pada awal masa PSBB ojek online dilarang mengangkut penumpang, saya jadi beralih naik Trans Jakarta untuk pergi pulang kantor, karena kalau naik mobil terlalu besar biayanya. Saya rasa ini mungkin kesempatan dari Tuhan buat saya supaya saya bisa berhemat untuk mencicil pembayaran hutang saya.

Sebenarnya saya sangat menyesali kelalaian saya mengatur keuangan saya, tetapi karena sudah terjadi, saya hanya bisa berusaha untuk memperbaiki keadaan agar tidak menjadi lebih buruk. Saya juga tidak mau lari dari tanggung jawab atas perbuatan saya yang mengakibatkan saya terlilit utang seperti ini.

Inilah pengalaman saya, yang saaya rasa sangat mahal, baik secara keuangan maupun secara psikis, semoga ini bisa menjadi pelajaran juga bagi yang lain agar tidak mengalami hal yang sama seperti saya.

#ChangeMaker