Melihat Perkembangan Industri Kosmetik di Indonesia Pasca Covid-19

Nabila Mecadinisa diperbarui 10 Jun 2021, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak industri terdampak. Begitu juga bagi perkembangan industri kosmetik di Indonesia. Selasa (8/7/2021) Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI) hari ini menyelenggarakan acara Temu Anggota dan Halal Bi Halal bertemakan “Meraih Kemenangan Dalam Industri Kosmetika di Indonesia” yang dihadiri oleh segenap anggota PERKOSMI termasuk korporasi dan pelaku UMKM Industri Kosmetika. Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A., Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Dr.Ir. Penny K. Lukito, MCP., Ketua Umum PERKOSMI Sancoyo Antarikso, Commercial Director Kantar Indonesia Adisti Bramanti. Serta perwakilan perusahaan anggota PERKOSMI melalui panel diskusi, yaitu: Dr. (HC). 

Dra. Nurhayati Subakat, Apt, Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation, Michael Justisoesetya, General Manager Professional Products Division, PT L’Oréal Indonesia dan Dra. Machfiyah, Apt, Pendiri PT Aulia Citra Lestari. Situasi pandemi telah mendorong para pelaku industri kosmetika untuk berinovasi, bertransformasi, dan gesit beradaptasi. Riset Statista.com memproyeksikan segmen kecantikan dan perawatan pribadi akan bertumbuh sekitar 6,46% setiap tahunnya (CAGR 2021-2025)1 , hal ini didorong kuat oleh kontribusi penjualan secara online yang diperkirakan akan mencapai 25%2 di tahun 2021. Studi Kantar Indonesia juga menunjukkan bahwa total segmen kecantikan dan perawatan pribadi di masa new normal (Q42020+Q12021) vs covid outbreak (Q2+Q3 2020) telah kembali bertumbuh sebanyak 3%3 . “PERKOSMI senantiasa memberikan dukungan penuh kepada pelaku industri kosmetika di tanah air termasuk sektor UMKM untuk terus bertumbuh di Indonesia melalui berbagai upaya. Salah satunya adalah program capacity building dimana selama masa pandemi ini, kami secara intensif memberikan pelatihanpelatihan dengan berbagai topik dimulai dari protokol kesehatan, tren hingga digital dan e-commerce. 

Kami bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk Kementerian, BPOM dan pelaku industri untuk berbagi pengalaman dan kiatnya dalam pengembangan bisnis kosmetika dan bangkit secara keseluruhan,” jelas Sancoyo Antarikso, Ketua Umum Perkosmi. Dr. Penny K. Lukito, MCP., Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia turut memaparkan bahwa terdapat peningkatan minat dan potensi bisnis kosmetika yang tetap tumbuh, walaupun pandemi melanda Indonesia sejak awal Maret 2020. Berdasarkan data perizinan yang didapatkan di BPOM, ada peningkatan perizinan notifikasi kosmetik di BPOM, yaitu sekitar kurang lebih 73.000-an notifikasi di tahun 2019; kemudian pada Tahun 2020 menjadi sebanyak 75.500 notifikasi. Tren ini menunjukkan minat dan potensi bisnis kosmetika tetap tumbuh walaupun pandemi melanda Indonesia sejak awal Maret 2020.

“Badan POM akan terus meningkatkan dukungannya untuk memberikan kemudahan berusaha, dimulai dari percepatan perizinan, program pendampingan UMKM Kosmetika hingga pemanfaatan digital untuk proses perizinan guna mendorong industri kosmetika maju dan berkembang,” jelasnya. “Potensi pemenuhan kebutuhan kosmetika untuk pasar domestik dan ekspor tentunya menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha kosmetika di Indonesia untuk terus berkembang dan bertumbuh di tengah krisis pandemi ini”, harap Kepala Badan POM RI. Lebih lanjut, ia memaparkan setidaknya terdapat tiga hal fundamental yang menunjukan bahwa potensi untuk pengembangan industri kosmetika besar. “Yakni proporsi penduduk usia muda Indonesia yang besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan penggunaan media sosial di Indonesia yang terus bertumbuh,” jelas Dr. Penny K. Lukito, MCP. Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A., Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menjelaskan Indonesia memiliki potensi industri kosmetika yang sangat besar dan memiliki potensi menghasilkan produk kosmetika yang menarik dan berkualitas, sehingga dapat memenuhi selera dan kebutuhan pasar dunia. “Industri kosmetika di Indonesia bisa dijadikan sebagai pendukung pariwisata dan ekonomi kreatif dengan keberagaman kosmetika Indonesia yang didukung dengan potensi kekayaan bahan bakunya. Kemenparekraf juga turut ambil bagian dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dengan harapan dapat meningkatkan konsumsi produksi ekonomi kreatif, membantu berjalannya roda perekonomian serta UMKM lokal sebagai sarana memasarkan produk kosmetika lokal Indonesia dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya”. Lebih lanjut, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kantar Indonesia Divisi Worldpanel dengan judul “To Diversity And Beyond: Indonesia Beauty Shoppers’ Road To Recovery”. 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Terdapat 5 tren dalam Beauty Recovery 4 :

Sandiaga Uno dalam HBH Harkomsi 2021.

1.  Perawatan sendiri dirumah, seperti produk masker, krim mata dan pelembab , dimana total face care tumbuh 4%. 

2. Masyarakat mencari produk yang lebih mutakhir seperti serum yang menarik +1,1M pembeli baru. 

3. Smize Generation atau Smiling Through Eyes, yang mendorong pertumbuhan eye make-up sebesar 29%. 

4.  Kebutuhan baru akan produk kosmetika terkait dengan adaptasi kebiasaan baru serta.

Kenaikan belanja produk kosmetika melalui online channels. Pada tahap new normal, setelah pemerintah dan masyarakat melakukan beberapa adaptasi dalam hal peraturan mobilitas dan lainnya, industri produk kecantikan mulai menunjukkan tren positif. Pemulihan yang terjadi di kalangan konsumen memiliki tren yang berbeda. Misalnya, pemulihan di perkotaan besar lebih pesat untuk produk-produk perawatan wajah, sementara di perkotaan kecil pemulihannya lebih pesat untuk produk-produk kosmetik. Adisti Bramanti, selaku Commercial Director dari Kantar Indonesia Divisi Worldpanel menjelaskan “Mode pemulihan yang sedang terjadi di industri kecantikan ini bisa menjadi peluang bagi pelaku industri. Untuk memperbesar peluang ini, yang menjadi kuncinya adalah dengan memahami perilaku dari konsumen terlebih dahulu. Ada perbedaan signifikan yang hadir dari masing-masing grup konsumen; misalnya, konsumen yang berusia muda lebih tertarik untuk menggunakan produk perawatan wajah yang memiliki manfaat yang lebih mutakhir, sementara konsumen yang berusia lebih tua cenderung memilih manfaat yang lebih umum dan menggunakan produk kosmetika yang dapat menutupi kekurangan kondisi kulit wajahnya. Dengan memahami perbedaan yang hadir dari konsumen, pelaku industri dapat menentukan strategi apa yang cocok bagi masing-masing grup konsumen, lalu menaikkan performa mereknya, dan tentunya dapat lebih mendorong pulihnya industri kecantikan secara keseluruhan.” Dalam sesi diskusi, ketiga panelis memaparkan pengalaman dan kiat bagaimana menghadapi perubahanperubahan dimasa pandemi:  

• Dr. (HC). Dra. Nurhayati Subakat, Apt, Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation memaparkan bahwa salah satu prioritas utama pada masa pandemi adalah menjaga keamanan dan Kesehatan para karyawan dengan bekerjasama dengan industri kesehatan. "Kami menerapkan protokol kesehatan yang baik dan benar sehingga baik produksi dan lapangan dapat berjalan baik. Menjaga motivasi karyawan agar terus semangat termasuk menghapus cemas mereka menjadi hal yang sangat penting.”

• Dengan penutupan salon di tahun 2020 lalu, tentunya memberikan berbagai perubahan bagi bisnis. Michael Justisoesetya selaku General Manager Professional Products Division, PT L’Oréal Indonesia menjelaskan bahwa pihaknya melakukan berbagai upaya dan advokasi kepada berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan pengusaha dan pekerja salon dapat tetap bertahan di masa pandemi dan turut merancang strategi bounce back agar dapat bangkit kembali dengan cepat. “Beberapa Langkah yang kami lakukan adalah dengan merancang dan mensosialisasikan ‘Protokol Pencegahan Covid-19 Unit Usaha Salon’ yang menjangkau lebih dari 5000 salon di Indonesia. Selain itu kami juga memberikan berbagai sesi pelatihan guna meningkatkan kapasitas mitra salon dalam menjalankan social commerce / penjualan produk ecer.” jelasnya. 

• Dra. Machfiyah, Apt, selaku Pendiri PT Aulia Citra Lestari memaparkan, “Produk utama kami merupakan haircare; berhubungan erat dengan perawatan di salon sehingga keadaan pandemi sangat mempengaruhi usaha kami. Kami terus berinovasi dan mengembangkan produk-produk yang mendukung perubahan aktivitas dan pola hidup konsumen. Melihat kondisi sekarang, dimana salon dan toko sudah mulai kembali beroperasi di tahun 2021 ini, kami optimis dan yakin bahwa usaha maksimal tak akan membohongi hasil.” “Kami berharap melalui program acara hari ini PERKOSMI dapat terus memberikan semangat bagi seluruh pelaku industri kosmetika untuk terus tumbuh berkembang mengikuti perubahan kebiasaan serta perilaku yang terjadi di masyarakat, terus dorong kemajuan industri kosmetika guna membantu percepatan ekonomi Indonesia,” tutup Sancoyo. Pada rangkaian kegiatan ini, PERKOSMI juga turut ambil bagian untuk mengumpulkan donasi dalam bentuk bantuan tunai dan produk-produk kebersihan hasil produksi anggota PERKOSMI yang diserahkan melalui PMI untuk masyarakat yang mengalami dampak pandemi. 

HBH Harkomsi 2021.

#Elevate Women