Melihat Perjalanan, Pemberdayaan dan Replikasi Keberlanjutan Ulos Melalui Sebuah Buku

Nabila Mecadinisa diperbarui 11 Feb 2022, 19:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada hari ini bertepatan dengan dibukanya gelaran akbar Adiwastra Nusantara di Jakarta Convention Center (JCC) yang menampilkan beragam kain dari seluruh daerah di Nusantara, Torang Sitorus meluncurkan bukunya yang berjudul “Identity in a piece of cloth – The Batak Ulos”. 

 Torang Sitorus (40) adalah pemuda batak yang lahir dan besar di Tarutung Sumatera Utara dan sempat terpilih menjadi satu dari 75 ikon prestasi Pancasila pada tahun 2020 telah mendedikasikan waktunya setidaknya dalam 2 dekade terakhir pada pelestarian wastra Batak, Ulos. Hingga kini, setidaknya Torang telah mengoleksi sekitar ±2000 helai ulos yang dinilai lengkap untuk semua jenis ulos yang ada di dunia. Koleksi tersebut merupakan hasil pencarian Torang Sitorus selama kurang lebih 20 tahun yang berasal dari dalam dan luar negeri antara lain daerah Samosir, Bali, Singapura, Belanda, India dan lainnya. Torang bukan hanya sekedar kolektor. 

Perjalanannya hingga hari ini adalah bagian dari grand design yang telah ia susun dan pikirkan sejak lama. Torang mengklaim dirinya sebagai sosok yang non – eksklusif, baginya hasil pembangunan harus dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua orang. Tidak terkecuali para artisan tenun ulos, yang menurutnya adalah harta dan nilai yang tidak terukur dan sangat penting untuk dilestarikan keahliannya.

2 dari 3 halaman

Program pendampingan bagi artisan tenun ulos

Identity in a piece of clothes

Hal ini juga yang menginisiasi Torang membentuk partonun pada tahun 2016, sebuah program pendampingan bagi artisan tenun ulos pada aspek kelembagaan, finansial dan teknis pembuatan ulos yang lebih mumpuni. Hasilnya adalah replikasi ulos dengan motif dan material pilihan, sehingga dinilai berhasil menempatkan serta mengangkat ulos di hati masyarakat. 

Sambutan hangat dan dukungan positif berdampak baik pada semangat Torang untuk terus berkarya. Baginya, perjalanan dan perjuangan tidak memiliki arti jika hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri. Torang ingin berbagi pengetahuan mengenai Ulos dalam buku yang mengemas dengan cukup rinci tentang perjalanannya itu. Dibutuhkan dedikasi yang tinggi untuk bisa menghasilkan karya yang dinilai baik dan menarik. Torang tidak berpretensi untuk terlihat berbeda dari yang lain, namun dalam buku ini Torang bercerita tentang awal mula mencintai ulos, filosofi dan pakem budaya Batak. 

 

3 dari 3 halaman

Dimeriahkan dengan peragaan busana Eddy Betty

Identity in a piece of clothes

Buku ini dilengkapi dengan fotografi untuk 136 koleksi ulos terbaik disertai dengan penjelasan pada masing-masing ulos yang akan memancing rasa penasaran pembacanya untuk menyelesaikan seluruh 376 halaman yang luar biasa di dalamnya. “Menyelesaikan buku ini adalah sebuah perjuangan, sebuah harapan dan perwujudan mimpi serta tanggung jawab saya untuk dapat berkontribusi kepada bangsa dan negara.

Bagi saya Ulos adalah sebuah hasil budaya yang dapat menjadi salah satu pertahanan dan kekuatan bangsa, yang dapat membuat kita bangga menjadi bangsa Indonesia, yang begitu kaya akan budaya” demikian Torang menjelaskan tentang bukunya.

 Acara peluncuran ini juga menampilkan beragam kain ulos yang dikemas dalam sebuah peragaan busana berkolaborasi dengan kebaya koleksi Rengganis dan Eddy Betty serta perhiasan dari Manjusha Nusantara. 

#Women for Women