Kemenkes Investigasi dan Konsultasi Soal Gangguan Ginjal Akut Misterius ke Gambia dan WHO

Fimela Reporter diperbarui 29 Okt 2022, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Berbagai investigasi telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengetahui penyebab gangguan ginjal akut pada anak. Salah satunya adalah menghubungi pihak Gambia dan WHO untuk mencari tahu soal penyakit tersebut.

Dilansir dari liputan6.com, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) mengatakan bahwa sempat bingung dengan adanya gangguan ginjal akut misterius atau acute kidney injury (AKI) yang menyerang anak-anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 5 Oktober mengeluarkan pernyataan bahwa ada kasus gangguan ginjal akut di Gambia yang disebabkan oleh senyawa kimia dalam sirup anak-anak. Hal ini yang membuat pemerintah terbuka mengenai adanya kasus di Gambia, dan segera menghubungi pihak Gambia dan WHO untuk mendapatkan kepastian kasus mengenai penyebab gagal ginjal akut.

Dari kontak tersebut, Kementerian Kesehatan mengetahui bahwa kasus serupa juga pernah terjadi di Bangladesh dan India. Karena itu, ia menyimpulkan bahwa kasus gangguan ginjal akut ini memiliki kesamaan dengan kasus di Gambia. Sumber obatnya tidak sama tapi sumber senyawa kimianya sama, etilen glikol dan dietilen glikol.

2 dari 3 halaman

Penyebabnya lebih pasti

Perkiraan ini menjadi lebih jelas karena zat yang sama ditemukan pada anak-anak dengan gangguan ginjal akut. Credit: freepik.com

Berdasarkan komunikasi yang telah dilakukan, Kemenkes mulai mencurigai obat sirup serupa. Berbagai penelitian telah dilakukan, dan jawaban atas pertanyaan penyebab gagal ginjal akut semakin mengarah pada etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Perkiraan ini menjadi lebih jelas karena zat yang sama ditemukan pada anak-anak dengan gangguan ginjal akut.

“Apa sudah pasti (penyebabnya EG dan DEG)? Sekarang sudah jauh lebih pasti dibandingkan sebelumnya karena memang terbukti di anak-anak ada, jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini,” ujar Budi, dikutip dari liputan6.com

Pihaknya juga melakukan biopsy pada pasien gagal ginjal akut, yang menunjukkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan senyawa tersebut. Kementerian Kesehatan dan jajarannya sebelumnya telah melakukan serangkaian tes. Berdasarkan hasil tes tersebut, salah satu faktor yang diduga, yakni COVID-19, tidak berkontribusi terhadap gangguan ginjal akut. Begitu pula patogen lain yang dinyatakan tidak bisa disebut sebagai penyebab AKI.

Menurut laporan WHO terkait kasus Gambia, Kemenkes RI melakukan tes pada anak-anak yang menderita gagal ginjal akut misterius. Sebuah tes yang disebut toksikologi menunjukkan bahwa senyawa itu memang ada pada anak-anak. Tes ini dilakukan pada anak yang dirawat di RSCM, hasilnya 7 dari 11 anak dinyatakan positif memiliki senyawa kimia tersebut.

Senyawa ini, ketika masuk ke dalam tubuh dan kemudian mengalami proses metabolisme, akan menjadi asam oksalat. Hal ini bisa berbahaya, karena asam oksalat yang masuk ke ginjal bisa menjadi kalsium oksalat. Kalsium oksalat merupakan kristal-kristal kecil yang tajam. Oleh karena itu, jika balita memiliki kristal kecil akan berakibat ginjal yang rusak. Penyelidikan lebih lanjut menegaskan bahwa kerusakan ginjal disebabkan oleh kalsium oksalat.

3 dari 3 halaman

Jumlah kasus terbaru

Menkes mengatakan hingga 21 Oktober kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia sudah mencapai 241 kasus di 22 provinsi. Credit: pexels.com/Anna

Berdasarkan data yang dilaporkan, Menkes mengatakan hingga 21 Oktober kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia sudah mencapai 241 kasus di 22 provinsi. Dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus yang ada atau bisa disebut angka kematian dalam kasus ini lebih dari setengahnya.

Budi menjelaskan, kasus gangguan ginjal akut pada anak sebenarnya terjadi satu hingga dua kali dalam sebulan. Namun, tren kenaikan terlihat pada Agustus 2022. Ada 36 anak dilaporkan mengalami gangguan ginjal akut bulan ini. Kemudian meningkat menjadi 76 pada bulan September, dengan 110 kasus penyakit ginjal akut lainnya bulan ini.

Dari 241 kasus gangguan ginjal akut ini paling banyak menyerang balita dibawah lima tahun, dengan jumlah 153 kasus.

Jumlah kasus berdasarkan usia

  • Di bawah 1 tahun: 26 kasus
  • 1- 5 tahun: 153 kasus
  • 6-10 tahun: 37 kasus
  • 11-18 tahun: 25 kasus

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#Women For Women