Dukung Penyintas Depresi, Johnson & Johnson Adakan Talkshow dan Kampanye #MoreThanBlue

Fimela Reporter diperbarui 13 Des 2022, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebagai bentuk keperdulian terhadap kasus penyintas depresi yang terus meningkat, Johnson & Johnson menyelenggarakan seminar nasional yang bertajuk "The Great Blue Sea of Depression" pada Sabtu (10/12) lalu. Talkshow ini merupakan salah satu rangkaian dalam kampanye #MoreThanBlue yang bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi stigma negatif yang muncul terhadap para penyintas depresi. Dengan menggandeng UNIKA Atmajaya sebagai tempat diselenggarakannya talkshow, Johnson & Johnson mengajak para mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran tentang depresi.

Devy Yheanne sebagai Country Leader Communication and Public Affeirs Johnson & Johnson Pharmaceutical in Indonesia and Malaysia mengatakan dalam sambutannya, "Acara ini merupakan kerjasama antara Johnson & Johnson dengan berbagai instansi terkait sebagai bentuk komitmen untuk memberikan pemahaman tentang depresi"

"Kampanye ini diadakan untuk mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran tentang depresi dan pentingnya upaya pengobatan penyakit ini agar tidak muncul stigma negatif" ujar Devy.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Ajak masyarakat untuk lebih waspada

ajak masyarakat untuk lebih awareness tentang gejala-gejala dan pengobatan yang tepat untuk menangani depresi. Credit: freepik.com

Data pada RISKESDAS Tahun 2018 menyatakan bahwa ada lebih dari 19 juta orang dengan umur di atas 15 tahun mengalami gangguan emosi dan ada lebih dari 12 juta orang dengan umur di atas 15 tahun mengalami depresi. Data ini tentu mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Kampanye #MoreThanBlue juga dilatarbelakangi oleh data WHO yang menyebutkan bahwa ada lebih dari 86 juta orang di Asia Tenggara yang mengalami depresi ini diakibatkan oleh adanya stigma negatif yang muncul kepada para penyintas depresi.

Devy juga mengatakan, ada empat pesan penting yang ingin disampaikan melalui kampanye #MoreThanBlue, yaitu:

1. Bentuk dari depresi yang bermacam-macam

2. Depresi adalah sebuah penyakit yang bisa berdampak pada kesehatan fisik penyintasnya

3. Ada berbagai macam pengobatan yang tersedia untuk mengatasi depresi, dan

4. Meminta para penyintas depresi untuk mencari pertolongan kepada psikolog ataupun psikiater untuk mendapatkan pengobatan.

Empat pesan penting itu nantinya akan disampaikan secara berkala salah satunya melalui Komik Strip yang menampilkan tokoh animasi Alex. Komik ini menceritakan bagaimana perjalanan Alex sebagai penyintas depresi.

Pembuatan komik animasi ini sebagai bentuk salah satu upaya dalam kampanye #MoreThanBlue dengan harapan dapat menjangkau berbagai kalangan. Dengan menggunakan bahasa yang ringan dan visual yang menarik, komik ini diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk lebih awareness tentang gejala-gejala dan pengobatan yang tepat untuk menangani depresi.

3 dari 4 halaman

970 juta jiwa di dunia alami masalah kesehatan mental

Ada lebih dari 970 juta jiwa di dunia ini punya masalah kesehatan mental yang mengganggu kualitas hidup mereka/unsplash

dr. Eva Suryani, Sp., KJ. sebagai salah satu pembicara dalam seminar nasional "The Great Blue Sea of Depression" mengatakan bahwa ada lebih dari 970 juta jiwa di dunia ini punya masalah kesehatan mental yang mengganggu kualitas hidup mereka dan hanya 9% dari angka tersebut yang punya kesadaran untuk mengobati masalah mereka.

dr. Eva juga menyebutkan "Dari data yang dimiliki oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Indonesia. Dari 34 provinsi, bahwa masalah depresi yang dialami oleh masyarakat kita itu angkanya sudah mencapai lebih dari 50% dan ada potensi untuk mengakhiri hidup"

Dari angka tersebut tidak banyak yang mempunyai kesadaran untuk mengobati diri mereka.

"Informasi mengenai gejala depresi ini sangat mudah di akses di internet, hal ini menyebabkan banyak sekali orang yang akhirnya self claiming terhadap kondisi yang mereka alami. Ini juga yang akhirnya membuat banyak orang berpikir bahwa penyakit depresi ini bukan masalah yang serius" ucap dr. Eva di kesempatannya dalam menyampaikan materi.

"Stres itu merupakan bagian dari hidup yang harus dikelola, agar nantinya stres tersebut tidak memengaruhi kualitas hidup seseorang. Ketika seseorang tersebut mampu mengelola stres dan perasaannya, maka nantinya dia akan berhasil melampaui rasa sakit yang dialami" ujarnya.

4 dari 4 halaman

Kenali dan identifikasi gejala depresi

Mulai mengenali diri sendiri dan mengidentifikasi gejala-gejala depresi yang ada pada diri masing-masing. Credit: pexels.com/Alexander

Fadhil Farendi, S. Psi., C. Me. sebagai perwakilan dari komunitas "Into The Light" yang berfokus pada usaha untuk mencegah bunuh diri juga berbagi pengalamannya sebagai salah satu dari jutaan orang yang harus berjuang melawan depresinya.

Fadhil mengatakan bahwa banyak sekali jenis depresi yang bisa terjadi pada setiap orang. Salah satunya adalah yang dialami oleh dirinya sendiri sejak SMP, yaitu halusinasi audio dan visual yang kemudian menghancurkan hidupnya hingga sebuah usaha untuk menyakiti dirinya sendiri.

Sebagai salah satu penyintas depresi yang sudah berjuang lebih dari 10 tahun lebih, Fadhil memberikan edukasi kepada para penyintas depresi di luar sana untuk mulai mengenali diri sendiri dan mengidentifikasi gejala-gejala depresi yang ada pada diri masing-masing.

"Setelah mengenali gejalanya, diharapkan untuk langsung mencari pertolongan ke pada ahlinya. Apalagi kalau gejala-gejala depresi tersebut sudah dalam tahap yang membahayakan, seperti keinginan bunuh diri misalnya" ucap Fadhil.

UNIKA Atmaja sebagai salah satu Universitas yang memperdulikan kesehatan jiwa mahasiswanya juga membentuk sebuah komunitas WELCOME yang fungsinya adalah untuk melalukan pemerataan terkait masalah kesehatan jiwa yang dialami oleh para mahasiswanya.

Maureen Audreylia sebagai perwakilan WELCOME mengajak para mahasiswa khususnya mahasiwa UNIKA Atmaja untuk menghubungi komunitas mereka apabila mulai merasakan gejala-gejala depresi agar dapat diidentifikasi pengobatan atau cara yang tepat dalam menghadapi depresi tersebut.

 

*Penulis: Sri Widyastuti.

#WomenForWomen