Anies Baswedan-Cak Imin dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD Kenakan Kain Tenun Sumba dengan Motif Satwa Saat Daftar Capres-Cawapres, Ini Maknanya

Vinsensia Dianawanti diperbarui 05 Des 2023, 15:43 WIB

Fimela.com, Jakarta Anies Baswedan - Cak Imin dan Ganjar Mahfud telah resmi menjadi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilu Presiden 2024. Meski demikian, Anies Baswedan-Cak Imin jadi yang pertama kali mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum.

Tiba di kantor KPU pada Kamis (19/10/2023) pagi, kedua pasangan capres dan cawapres itu memilih busana semi formal. Anies Baswedan-Cak Imin kompak mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Sementara Ganjar Pranowo-Mahfud MD pilih busana kontras. Ganjar Pranowo kenakan kemeja lengan panjang hitam yang digulung dan celana hitam, sedangkan Mahfud MD kenakan kemeja putih dan peci

Melengkapi outfit semi formalnya, kedua pasangan capres dan cawapres ini terlihat kompak mengalungkan kain tenun Sumba. Mengutip dari laman Indonesia Travel, kain tenun Sumba memiliki makna yang beragam bagi pemakainya. Di dalam kain tenun Sumba yang dikenakan Anies Baswedan-Cak Imin dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD setidaknya ada dua motif.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Makna motif kain tenun Sumba

Intip makna kain tenun Sumba yang dikenakan Anies Baswedan dan Cak Imin saat daftar Capres dan Cawapres (@rajivsingh9191)

Salah satunya adalah motif yang biasa ditemukan di Kabupaten Sumba Timur. Motif ayam jantan ini sendiri memiliki makna akan kesadaran yang mengartikan insting ayam jantan yang selalu berkokok setiap pagi. Ayam yang berkokok ini akan membangunkan manusia, kehidupan, dan pemimpin yang bersifat melindungi.

Selain motif ayam, kain tenun Sumba yang dikenakan Anies-Cak Imin memiliki motif burung. Motif ini melambangkan persatuan. Ada juga motif singa atau yang disebut sebagai mahang.

 

3 dari 3 halaman

Lekat dengan motif fauna

Intip makna kain tenun Sumba yang dikenakan Anies Baswedan dan Cak Imin saat daftar Capres dan Cawapres (@ganjarpranowo)

Mahang dijelaskan sebagai pengaruh gaya Renaissance di Eropa dari masa Raja Hendry III di pertengahan abad XVI. Mereka masuk ke Indonesia melalui kebudayaan Hindu. Singa yang dijadikan sebagai motif tenun ikat Sumba Timur itu memiliki makna bahwa masyarakat lokal sebenarnya sudah lebih dulu mengenal hubungan dengan dunia luar.

Kain tenun Sumba sendiri menjadi wastra Nusantara yang mempertahankan motif-motif fauna sebagai ciri khas tersendiri. Masyarakat Sumba pun memiliki kepercayaan terhadap binatang-binatang tertentu layak dijadikan sebagai simbol untuk melambangkan nilai kehidupan manusia.