Mengenal Ableisme, Diskriminasi terhadap Penyandang Disabilitas

Maritza Samira diperbarui 19 Jan 2024, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Diskriminasi banyak terjadi di sekitar kita. Tindakan ini sering kali dikarenakan adanya steriotip yang berkembang di masyarakat sebab kurangnya pengetahuan ataupun adanya perbedaan. Ableisme merupakan salah satu bentuk dari diskriminasi, di mana sebagian orang memandang penyandang disabilitas sebagai kelompok “yang lain” yang lebih rendah.

Dilansir dari ocw.upj.ac.id, secara umum ableisme merujuk pada cara berpikir, stigma, praktik diskriminasi yang merendahkan dan membatasi potensi penyandang disabilitas. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1981 pada saat munculnya gerakan pembela orang difabel. Ableisme berasal dari kata “able” yang berarti mampu, sanggup, dapat, dan bisa.

Ableisme adalah diskriminasi dan prasangka sosial terhadap disabilitas yang dianggap sebagai orang-orang yang tidak mampu, tidak normal, dan cacat. Tidak hanya merendahkan, ableisme melahirkan diskriminasi, steriotip atau pelabelan terhadap disabilitas, marjinalisasi dan pemiskinan, kekerasan, dan subordinasi akibat adanya pengkategorian cacat dan normal oleh sebagian orang.

2 dari 3 halaman

Bentuk Ableisme

Tidak hanya merendakan, ableisme sering kali berujung kekerasan. (Foto: Unsplash/CDC)

Pengetahuan yang berbasis ableisme dan sikap ableis tentu bertentangan dengan hak asasi manusia. Sejatinya, manusia yang disabilitas dan non disabilitas memiliki kedudukan yang sama, tidak hanya di dalam negara, tetapi juga di mata Tuhan. Ableisme menciptakan penghalang yang tak terlihat bagi penyandang disabilitas untuk terlibat secara penuh dalam komunitas.

Bentuk dari ableisme antara lain:

  • Pemberian komentar negatif
  • Steriotip
  • Stigma
  • Sikap menjauhi
  • Bullying
  • Pelecehan
  • Tidak memberikan ruang dan kesempatan
  • Mengucilkan
  • Peraturan yang tidak sensitif
  • Perlakuan diskriminasi lainnya
3 dari 3 halaman

Faktor Penyebab Ableisme

Banyak faktor yang menyebabkan munculnya ableisme, salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat. (Foto: Unsplash/Audi Nissen)

Dilansir dari ocw.upj.ac.id, berikut beberapa faktor penyebab ableisme:

Sejarah

Banyak sejarah yang tidak memberikan peran, kesempatan, dan ruang yang positif untuk orang-orang difabel. Banyak di antaranya eksploitasi dan diskriminasi di masa lalu tentang kelompok disabilitas.

Kurangnya pengetahuan

Beberapa orang dengan pengetahuan yang terbatas tidak memahami bahwa kelompok difabel juga memiliki kebutuhan sosial dan biologis yang sama dengan kelompok non difabel. Mereka juga sering kali tidak memahami bagaimana cara memfasilitasi keperluan kelompok disabilitas dan tidak mengetahui bahwa orang disabilitas memiliki prestasi.

Stereotipe di masyarakat

Karena fisiknya yang sedikit berbeda, masyarakat meragukan semua kemampuan dan kompetensi penyandang disabilitas. Stereotipe ini menganggap bahwa orang disabilitas tidak berdaya dan hanyalah beban bagi keluarga atau sosial.

Peran media

Peran media terutama di masa lalu terkadang memberikan informasi yang tidak berimbang dan kurang berpihak sehingga menciptakan framing negatif bagi kaum difabel.

Peraturan yang tidak adil

Tidak hanya diskriminasi oleh masyarakat, salah satu aspek dari ableisme adalah kurangnya aksesibilitas. Mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas umum, transportas, atau layanan lainnya yang kurang ramah disabilitas.

Dalam menghadapi ableisme penting untuk tidak hanya memperjuangkan hak-hak individu dengan disabilitas, tetapi juga dengan menumbuhkan kesadaran di masyarakat tentang keberagaman dan kontribusi yang dapat diberikan oleh semua anggota komunitas. Dengan begitu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua.

Penulis: Maritza Samira

#BreakingBoundariesJanuari