5 Tanda Anak Mulai Bersikap Manipulatif yang Harus Diwaspadai Sejak Dini

Amelia Salsabila AswandiDiterbitkan 23 Mei 2025, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernah merasa kewalahan menghadapi si kecil yang tiba-tiba menangis kencang hanya karena permintaannya tidak dipenuhi? Atau merasa “terjebak” karena anak berkata manis lalu seketika berubah saat tak mendapatkan keinginannya? Jika iya, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan gejala awal dari perilaku manipulatif pada anak. Perilaku manipulatif pada anak bisa terlihat sangat halus, bahkan terkesan cerdas. 

Anak belajar dari pengalaman—jika menangis bisa membuat orangtua luluh, maka mereka akan melakukannya lagi. Jika berpura-pura sedih bisa membuat mereka mendapatkan perhatian, mereka akan mengulanginya. Sayangnya, jika pola ini dibiarkan tanpa pendampingan, anak bisa tumbuh dengan cara berpikir bahwa manipulasi adalah strategi utama untuk memenuhi keinginan—tanpa peduli pada orang lain. 

Untuk itu, sebagai orangtua, penting untuk bisa membedakan antara perilaku wajar anak yang sedang mengeksplorasi emosi, dengan pola manipulatif yang mulai terbentuk. Berikut adalah lima tanda anak mulai bersikap manipulatif yang wajib diperhatikan—dilansir dari educatormomhub.com.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Menggunakan Emosi untuk Menekan Orangtua

Salah satu ciri paling umum anak manipulatif adalah menggunakan tangisan sebagai alat. (Foto/Dok: freepik.com)

Salah satu ciri paling umum anak manipulatif adalah menggunakan tangisan sebagai alat, tantrum, atau kata-kata yang membuat orangtua merasa bersalah. Contohnya, mengatakan hal seperti, “Mama jahat kalau nggak beliin aku mainan itu!” dengan tujuan membuat orangtua luluh dan memenuhi keinginannya. 

Ini merupakan bentuk emotional blackmail atau pemerasan emosional yang efektif bagi mereka untuk mencapai apa yang diinginkan tanpa harus berusaha keras. Perilaku ini biasanya muncul karena anak belajar bahwa emosi kuat bisa menjadi alat untuk “bernegosiasi” dengan orang dewasa. Meski terlihat sebagai tanda anak sedang menguji batas, penting untuk mengajarkan anak bahwa ada cara lain yang lebih sehat dan sopan untuk menyampaikan keinginan. 

2. Selalu Ingin Mengontrol Situasi

Anak yang suka memanipulasi biasanya ingin mengatur segala hal, mulai dari saat bermain sampai aktivitas sehari-hari. Mereka mungkin tidak mau berbagi mainan, selalu ingin jadi yang paling memimpin, atau menentukan aturan sendiri. Karena susah berbagi kendali, anak seperti ini sering sulit diajak kompromi dan sering bertengkar dengan teman atau keluarga.

Sebenarnya, kebiasaan ingin mengontrol ini membuat anak merasa aman dan percaya diri. Tapi kalau mereka tidak diajarkan cara kerja sama dan menghargai orang lain, sikap ini bisa terus tumbuh jadi sifat yang sulit diubah nantinya. Oleh karena itu, penting untuk mengajari anak supaya mau berbagi dan bergantian sejak kecil supaya mereka belajar menghargai orang lain.

3 dari 4 halaman

3. Sangat Persuasif dan Pandai Merayu

Anak manipulatif biasanya sangat pandai berbicara dan merayu. (Foto/Dok: freepik.com)

Anak manipulatif biasanya sangat pandai berbicara dan merayu. Mereka tahu harus berkata apa agar orangtua merasa luluh—bahkan tak jarang mengucapkan kata-kata manis yang tidak benar-benar mereka maksud, seperti halnya berbohong saat meminta maaf. Kemampuan ini membuat mereka terlihat sangat memikat dan membuat orangtua sulit menolak permintaannya.

Jika kemampuan merayu ini tidak segera dibenahi, dikhawatirkan bisa menjadi alat manipulasi yang berbahaya. Anak perlu diajarkan kejujuran dan ketulusan dalam berkomunikasi. Dorong anak untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan secara jujur dan terbuka, bukan dengan cara memanipulasi perasaan orang lain agar mendapatkan keuntungan.

4. Kurang Peka terhadap Perasaan Orang Lain

Salah satu tanda yang sering luput dari perhatian adalah kurangnya empati pada anak manipulatif. Contohnya adalah mengambil mainan dari teman tanpa peduli bagaimana perasaan temannya, atau melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain demi keuntungan dirinya sendiri. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa anak belum belajar menghargai perasaan dan hak orang lain. 

Jika pola ini terus dibiarkan, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang egois dan sulit bergaul. Orangtua perlu membantu anak memahami pentingnya empati melalui contoh sehari-hari dan cerita-cerita yang mengajarkan rasa peduli terhadap orang lain. Latihan sederhana seperti bertanya, “Bagaimana perasaan temanmu ketika mainannya diambil?” bisa sangat membantu.

5. Memecah Belah Orangtua

Anak yang manipulatif sering mencoba memanfaatkan perbedaan pendapat atau ketidaksinkronan antara orangtua atau orang dewasa lainnya. Mereka bisa mengatakan hal berbeda pada Ayah dan Ibu untuk mendapatkan keuntungan dari keduanya, misalnya bilang ke Ibu bahwa Ayah sudah mengizinkan sesuatu padahal belum. Taktik ini membuat anak bisa “bermain dua sisi” untuk memanipulasi situasi.

Perilaku ini mengajarkan anak bahwa kebohongan dan pemecahbelahan adalah cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Maka dari itu, orangtua harus berkomunikasi dengan baik dan menunjukkan kesatuan dalam mendidik anak. Bersikap tegas dan konsisten dalam keputusan dapat mengurangi celah manipulasi yang anak coba manfaatkan.

4 dari 4 halaman

Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?

Perilaku manipulatif pada anak sebenarnya bisa menjadi tanda kecerdasan sosial yang sedang berkembang. (Foto/Dok: freepik.com)

Perilaku manipulatif pada anak sebenarnya bisa menjadi tanda kecerdasan sosial yang sedang berkembang—meskipun belum diarahkan dengan tepat. Oleh sebab itu, orangtua memiliki peran penting dalam membimbing anak agar tumbuh menjadi pribadi yang jujur, empatik, dan bertanggung jawab.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menetapkan batasan yang tegas dan konsisten, sehingga anak memahami mana yang boleh dan tidak, serta konsekuensi dari pelanggaran aturan. Selain itu, penting juga mengajarkan anak cara mengekspresikan emosi dengan benar, mendorong mereka untuk mengungkapkan keinginan tanpa harus menangis atau marah.

 

Sahabat Fimela, semoga informasi di atas bisa membantumu mengenali tanda-tanda manipulatif pada anak sedini mungkin, ya!