Fimela.com, Jakarta Industri parfum tengah mengalami pergeseran besar. Jika satu dekade lalu Eau de Parfum (EDP) dianggap sebagai standar kemewahan, kini posisi itu mulai digeser oleh Extrait de Parfum. Fenomena ini mencerminkan perubahan selera para pencinta wewangian: bukan lagi sekadar mencari aroma yang mudah dikenali orang lain, melainkan wangi personal yang terasa intim, tahan lama, dan begitu eksklusif, seolah menjadi “second skin scent.”
Melansir dari Vogue, Extrait de Parfum kini disebut sebagai “the new luxury” dalam dunia fragrance. Bukan hanya karena konsentrasi minyak wanginya lebih tinggi, melainkan juga karena cara baru dalam menikmati parfum: lebih sedikit semprotan, lebih berkualitas, namun meninggalkan jejak aroma yang mendalam di kulit.
Evolusi Sebuah Aroma
Perjalanan wewangian modern bisa dilihat dari konsentrasi yang dikandungnya. Eau de Toilette (EDT) memiliki kadar minyak 5–15%, memberi kesan segar namun cepat menguap, ideal untuk pemakaian siang hari. Eau de Parfum (EDP) hadir lebih pekat dengan konsentrasi 15–20%, menjadikannya favorit para pencinta parfum luxury selama bertahun-tahun. Namun Extrait de Parfum berada di level paling intens dengan konsentrasi 20–40%, membuatnya bisa bertahan 8 hingga 12 jam, bahkan lebih lama.
Berbeda dengan EDP yang aromanya cenderung menyebar ke sekitar, Extrait justru bekerja lebih intim, yaitu menempel di kulit, menyatu dengan tubuh, dan memberikan kesan sensual yang personal. Inilah alasan mengapa banyak kalangan kini melihat Extrait sebagai ekspresi parfum paling mewah.
Perubahan ini sejalan dengan gerakan slow beauty yang semakin populer. Konsumen tidak lagi mengejar parfum yang memenuhi ruangan, melainkan aroma yang terasa personal dan berkualitas. Generasi muda kelas atas pun memandang parfum bukan sekadar aksesori wangi, tetapi pernyataan luxury dan identitas diri.
Bleu de Chanel L’Exclusif: Simbol Era Baru
Salah satu contoh nyata dari tren ini adalah peluncuran BLEU DE CHANEL L’Exclusif di Bangkok pada Agustus 2025. Diciptakan oleh Olivier Polge, In-House Perfumer CHANEL, parfum ini menghadirkan versi paling intens dari BLEU DE CHANEL yang pertama kali dirilis pada 2010. Nuansa citrus, aromatic woods, hingga sandalwood creamy khas CHANEL dipadatkan menjadi aroma maskulin yang elegan, tahan lama, namun tidak berlebihan.
“Ini adalah komposisi padat dan kompleks, konsentrat dari bahan-bahan terbaik. Facet paling magnetis dan misterius dari BLEU DE CHANEL,” ujar Olivier Polge dalam keterangan rilis. Hanya satu tetes di titik nadi, wanginya bisa bertahan seharian penuh.
Perayaan Eksklusif di Bangkok
Peluncuran L’Exclusif berlangsung dalam dua hari rangkaian acara yang meriah. Di Park Hyatt Bangkok, Olivier Polge memimpin workshop dan sesi intimate bersama media serta selebriti, membagikan proses kreatif di balik penciptaan BLEU DE CHANEL. Malam puncaknya, One City Center (OCC) Bangkok disulap menjadi dunia biru pekat bak jazz club futuristik.
Lebih dari 300 tamu dari seluruh Asia-Pasifik hadir, termasuk nama-nama besar seperti Mark Prin, Ally, Ice Paris, Aokbab, hingga Jerome Kurnia dari Indonesia. Tak ketinggalan, global ambassador BLEU DE CHANEL, Timothée Chalamet, yang sejak 2023 menjadi wajah resmi parfum ini.
BLEU DE CHANEL L’Exclusif hadir dalam dua ukuran, 50 ml dan 100 ml, dengan harga berkisar US$215–350 atau sekitar Rp3,5–5,5 juta. Dengan positioning ultra-premium ini, CHANEL menegaskan Extrait sebagai format parfum paling mewah, sekaligus menandai era baru dalam dunia fragrance.
Tren Extrait bukan sekadar soal aroma lebih tahan lama, tetapi juga tentang cara baru mencintai parfum—lebih intim, lebih personal, dan lebih berkelas. Dalam dunia yang semakin bising, wewangian ini mengajak kita untuk menemukan kemewahan dalam keheningan yang menempel lembut di kulit.