Fimela.com, Jakarta Ketika berbicara di depan umum, komunikasi tidak hanya terjadi melalui kata-kata yang diucapkan, tapi juga melalui bahasa tubuh. Mulai dari ekspresi wajah, postur tubuh, hingga kontak mata, semuanya berkontribusi pada 'kebenaran' di balik apa yang disampaikan. Kalau merasa gugup, tubuh bisa memberikan pesan yang berbeda kepada audiens dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
Bahasa tubuh merupakan bagian penting dari kesuksesan berbicara di depan umum. Isyarat nonverbal akan berdampak pada cara pesan diterima, seberapa terlibat audiens, dan apa yang mereka pikirkan tentang pembicara sebagai individu. Bahkan kalau sudah mempersiapkan pidato terbaik di dunia, kalau tidak terlihat hidup, terbuka, atau aktif, maka audiens tidak akan benar-benar memahami apa yang disampaikan.
Mengasah bahasa tubuh bisa membuat perbedaan besar dalam cara audiens memandang dan bagaimana perasaan tentang berbicara di depan umum secara keseluruhan. Lima elemen paling penting dari bahasa tubuh ini akan menentukan seberapa sukses presentasi yang dilakukan, lengkap dengan penjelasan mengapa penting dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik.
What's On Fimela
powered by
Berdiri dengan Percaya Diri
Berdiri dengan postur yang kuat dapat benar-benar membuat merasa lebih bertenaga. Teori menunjukkan bahwa pose terbuka dapat meningkatkan kadar testosteron dan menurunkan kadar kortisol, yang berarti meningkatkan dominasi dan menurunkan stres. Kalau punya bahasa tubuh yang percaya diri dan berpura-pura merasa kuat, kemungkinan besar akan benar-benar merasakannya. Berdirilah tegak dengan bahu ke belakang dan kaki selebar bahu. Bayangkan bahu terbuka satu sama lain sehingga beristirahat di tengah. Letakkan tangan di samping tubuh agar mudah membuat gerakan tangan saat diperlukan, dan hadapi audiens sebanyak mungkin.
Kontak Mata: Membangun Koneksi dengan Audiens
Membuat kontak mata dengan audiens membangun koneksi dan membuat mereka merasa lebih dihargai. Hal ini membuat audiens lebih cenderung menghormati dan mendengarkan karena merasa penting. Kontak mata juga membuat audiens lebih percaya karena orang cenderung menghindari kontak mata saat berbohong. Ketika berbicara dengan banyak orang, pertahankan kontak mata dengan satu anggota audiens selama 4 detik atau lebih sebelum berpindah ke anggota audiens lain. Lakukan kontak mata dalam formasi 'Z', lihat satu orang di sudut kiri belakang ruangan, kemudian kanan belakang, lalu depan kiri, dan akhirnya seseorang di depan kanan.
Gerakan Tangan: Memperkuat Pesan dengan Gestur
Ketika digunakan dengan benar, gerakan tangan dan lengan dapat membantu memperkuat pesan dan membuat terlihat lebih percaya diri serta rileks. Gestur memperkuat cerita dan membantu terlihat lebih tulus dan dapat dipercaya. Gerakan tangan adalah salah satu cara nonverbal paling jelas untuk mengkomunikasikan bahasa tubuh yang percaya diri. Gunakan gerakan tangan sebagai alat bercerita dengan mengubah kata kerja menjadi tindakan. Jangan berlebihan, lakukan gerakan dengan hemat dan fokus pada kata-kata aksi. Mulai dalam posisi netral dengan tangan di samping tubuh agar gerakan mengalir dengan lancar.
Pergerakan di Panggung: Menguasai Ruang dengan Bijak
Bergerak di sekitar panggung adalah cara yang bagus untuk menunjukkan kepada audiens bahwa percaya diri dengan apa yang disampaikan dan melibatkan semua orang dalam percakapan. Menguasai ruang menunjukkan kepemimpinan yang kuat, dan saat presentasi, presenter adalah pemimpin. Jangan mondar-mandir di panggung setiap 30 detik karena ini mengganggu audiens. Tunggu setidaknya 3 menit sebelum berpindah ke area lain di panggung. Waktu pergerakan di panggung bersamaan dengan perubahan topik sebagai cara menandai transisi secara fisik. Bergeraklah mendekati audiens saat mengajukan pertanyaan atau membuat poin penting.
Ekspresi Wajah: Mencerminkan Emosi dalam Cerita
Orang mengandalkan ekspresi wajah untuk menafsirkan motif dan emosi, jadi audiens akan merespons lebih baik kalau ekspresif. Ini seperti akting - perlu menekankan ekspresi agar semua orang di audiens dapat menafsirkan makna dari ekspresi tersebut. Wajah harus mencerminkan emosi dalam cerita yang disampaikan. Saat mencoba menunjukkan kejutan atau kebingungan, angkat alis. Kalau menyampaikan kemarahan atau kekhawatiran, berkerut. Ketika bahagia dalam cerita, cukup tersenyum. Untuk momen sedih, sedikit berkerut dan miringkan sedikit sudut bibir ke bawah. Latih berbicara dengan wajah untuk menunjukkan kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, dan kejutan agar terlihat lebih natural dan meyakinkan di depan audiens.
Kelima elemen bahasa tubuh ini saling melengkapi untuk menciptakan kehadiran yang kuat dan meyakinkan di atas panggung. Ingat bahwa bahasa tubuh yang baik tidak terjadi dalam semalam. Mulai dengan fokus pada satu atau dua elemen yang paling mudah diterapkan, lalu secara bertahap tambahkan elemen lainnya. Dengan menguasai elemen-elemen ini, presentasi tidak hanya akan lebih berkesan tapi juga akan terasa lebih percaya diri dan menyenangkan bagi pembicara maupun audiens.