Survei Menarik: 77% Perempuan dan 68% Pria Indonesia Siap Pindah ke Luar Negeri demi Cinta

Endah WijayantiDiterbitkan 24 September 2025, 15:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada kalanya perjalanan bukan hanya tentang paspor yang penuh stempel atau galeri foto dengan pemandangan indah, melainkan tentang hati yang menemukan keberanian melangkah lebih jauh. Menjelang Hari Pariwisata Sedunia, cerita tentang perjalanan biasanya menyoroti pertukaran budaya dan destinasi eksotis. Namun tahun ini, data menarik justru menyingkap sisi yang lebih personal: perjalanan juga membuka pintu menuju cinta lintas negara.

Annual Dating Survey 2024 dari Lunch Actually Group menunjukkan fenomena yang begitu menarik: 68% pria lajang dan 77% perempuan lajang di Indonesia bersedia pindah ke luar negeri demi sebuah hubungan. Data ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran nyata bahwa orang Indonesia kini semakin berani menyambut cinta global, melintasi batas geografi, bahkan rela meninggalkan zona nyaman demi seseorang yang dicintai.

Survei ini mengungkap bahwa perjalanan kini dipandang lebih luas dari sekadar wisata. Perjalanan bisa menjadi ruang untuk bertemu, terhubung, dan mencintai. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa cinta global bukan lagi sekadar fantasi film, melainkan realitas yang dijalani banyak lajang Indonesia.

Lebih menarik lagi, keterbukaan pada cinta antar ras juga meningkat pesat. 84% pria dan 78% perempuan kini nyaman menjalin hubungan lintas budaya, angka yang melonjak signifikan dibandingkan tahun 2019 yang hanya 78% pria dan 64% perempuan. Perubahan ini menandai pergeseran besar dalam cara masyarakat melihat cinta, yaitu bukan lagi dibatasi kebangsaan, tetapi justru diperkaya oleh keragaman.

Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh globalisasi. Internet, media sosial, hingga kemudahan akses transportasi membuat jarak geografis terasa kian semu. Di tengah dunia yang terhubung secara digital, cinta juga menemukan jalannya sendiri: inklusif, lintas batas, dan penuh warna.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Perjalanan sebagai Ruang Pertemuan Emosional

Perjalanan sebagai Ruang Pertemuan Emosional./Copyright depositphotos.com/havucvp

Hari Pariwisata Sedunia biasanya menjadi panggung untuk merayakan keindahan destinasi dan budaya. Hanya saja kini, perjalanan juga memiliki dimensi emosional yang semakin disorot: sebuah perjalanan memberi peluang bagi hati untuk menemukan koneksi manusia yang bermakna.

Bagi sebagian orang, tiket pesawat bisa jadi awal dari kisah cinta yang tak terduga. Interaksi lintas budaya seringkali memperkaya pengalaman pribadi, yang mengajarkan bahasa baru, membiasakan diri dengan tradisi unik, hingga membuka wawasan bahwa cinta tidak hanya tentang kesamaan, tetapi juga kemampuan untuk merangkul perbedaan.

Dalam hal ini, cinta lintas negara sejajar dengan semangat pariwisata: merayakan keragaman, menghargai perbedaan, dan menemukan makna baru dalam hubungan antar manusia. Sahabat Fimela, inilah wajah lain dari perjalanan yang jarang dibicarakan, tetapi nyatanya semakin nyata.

3 dari 4 halaman

Perempuan Indonesia Lebih Berani Melangkah

Perempuan Indonesia Lebih Berani Melangkah./Copyright depositphotos.com/bongkarngraphic

Survei memperlihatkan bahwa lebih banyak perempuan Indonesia (77%) dibandingkan pria (68%) yang bersedia pindah ke luar negeri demi cinta. Data ini mematahkan stereotip lama bahwa perempuan lebih pasif dalam mengambil keputusan besar tentang hidup.

Fenomena ini mencerminkan perubahan sosial yang kuat. Perempuan kini lebih mandiri secara emosional, percaya diri menghadapi tantangan global, dan berani menentukan jalan hidup sesuai nilai yang diyakini. Mereka tidak sekadar menunggu cinta datang, tetapi aktif mengejarnya meski harus menyeberangi lautan.

Sahabat Fimela, hal ini juga menegaskan bahwa perempuan modern Indonesia telah menemukan suara dan keberanian mereka sendiri. Cinta tidak lagi dilihat sebagai pengekang, melainkan sebagai alasan untuk bertumbuh, belajar, dan memperluas cakrawala hidup.

Violet Lim, CEO sekaligus Co-Founder Lunch Actually, biro jodoh terbesar dan terkemuka di Asia, menegaskan bahwa cinta kini tidak lagi terikat batas geografis atau budaya.

Menurutnya, para lajang semakin merangkul keberagaman dan melihat perjalanan sebagai peluang untuk terhubung dengan orang-orang yang mungkin tak akan pernah mereka temui sebelumnya.

“Keterbukaan ini adalah kunci untuk membangun hubungan yang bermakna di dunia yang semakin terhubung secara global,” jelas Violet. Ucapannya menggambarkan betapa pentingnya perspektif inklusif dalam hubungan modern.

Pandangan ini sejalan dengan tren global di mana cinta lintas budaya menjadi semakin umum. Jika dulu pasangan beda negara dianggap menghadapi terlalu banyak hambatan, kini justru dilihat sebagai simbol keterbukaan, kekuatan adaptasi, dan kematangan emosional.

4 dari 4 halaman

Antara Romansa dan Realitas

Antara Romansa dan Realitas./Copyright depositphotos.com/havucvp

Meski terdengar indah, pindah ke luar negeri demi cinta bukanlah keputusan ringan. Ada tantangan nyata yang menanti: penyesuaian budaya, kendala bahasa, restu keluarga, hingga karier yang mungkin harus diubah total.

Hubungan lintas negara menuntut komitmen lebih, yang membutuhkan komunikasi hangat, saling mendukung, serta kemampuan untuk kompromi dalam menghadapi perbedaan. Tanpa itu, cinta bisa goyah meski dimulai dengan rasa yang besar.

Sahabat Fimela, di sinilah keseimbangan dibutuhkan. Cinta memang bisa menjadi alasan terkuat untuk melangkah, tetapi kesiapan mental dan emosionallah yang memastikan perjalanan tersebut tidak berakhir dengan penyesalan.

Di era globalisasi, cinta tak lagi sekadar urusan pribadi. Melainkan sudah menjadi bagian dari narasi pariwisata dunia. Saat orang bepergian, mereka tidak hanya membawa pulang foto dan kenangan, tetapi juga peluang untuk membangun ikatan lintas budaya.

Hubungan antar negara menjadi cermin semangat keragaman yang dirayakan dunia. Dalam semangat Hari Pariwisata Sedunia, perjalanan bukan lagi dilihat hanya sebagai aktivitas rekreasi, tetapi juga sebagai jembatan yang menyatukan manusia dengan latar belakang berbeda.

Romansa lintas negara pun menjadi wujud bahwa cinta adalah bahasa universal. Ia tidak membutuhkan paspor, hanya hati yang berani terbuka.

Merayakan Cinta di Hari Pariwisata Sedunia

Hari Pariwisata Sedunia tahun ini bisa menjadi momen refleksi yang indah. Perjalanan memang mengajarkan kita untuk mencintai alam, budaya, dan tradisi baru. Lebih dari itu, perjalanan juga membuka ruang bagi cinta lintas negara yang penuh warna.

Bagi sebagian orang, bandara bukan lagi sekadar pintu gerbang menuju liburan, tetapi juga titik awal dari sebuah kisah cinta. Dan mungkin, justru di tengah perjalananlah kita menemukan seseorang yang selama ini kita cari.

Bagaimana pun juga, perjalanan terbesar manusia bukanlah melintasi benua atau samudra, melainkan perjalanan hati. Dan cinta lintas negara bisa dibilang sebagai salah satu bukti bahwa urusan hati bisa melampaui batas-batas geografis.