Cara Mengajarkan Anak Agar Tidak Boros Sejak Dini

Alyaa Hasna HunafaDiterbitkan 22 Desember 2025, 16:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Di tengah era serba instan seperti sekarang, anak-anak tumbuh dengan kemudahan dalam mengakses apa pun yang mereka inginkan. Tak jarang, hal ini membuat mereka sulit memahami arti pentingnya menabung dan mengatur keuangan. Pernahkah kamu melihat anak yang langsung ingin membeli mainan baru padahal baru kemarin mendapatkannya? Nah, kebiasaan seperti ini bisa dicegah sejak dini dengan cara yang menyenangkan dan penuh makna.

Melansir laman www.udel.edu sama seperti program Teach Children to Save Day di Amerika Serikat yang mengajarkan ribuan siswa SD tentang pentingnya menabung, orang tua juga bisa menanamkan nilai hemat lewat aktivitas sederhana di rumah. Prinsipnya mudah yaitu anak akan lebih mudah belajar bila pelajaran disampaikan lewat pengalaman yang seru dan nyata.

Anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jadi, ajak seluruh anggota keluarga memiliki satu tujuan menabung bersama, misalnya untuk membeli permainan papan baru, berlibur, atau memberi hadiah pada kakek-nenek. Gunakan celengan transparan agar anak bisa melihat uangnya bertambah. Dengan begitu, mereka bisa merasakan kepuasan saat hasil usahanya terlihat nyata.

Belajar soal uang tak harus lewat ceramah panjang. Coba buat permainan peran sederhana di rumah. Misalnya, gunakan boneka atau kostum untuk menceritakan kisah “Penny si Penabung” dan “Boros yang Cepat Habis.” Anak-anak akan tertawa, tapi sekaligus belajar bahwa menabung membuat uang berkembang, sementara boros membuatnya cepat hilang.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Belajar nilai uang lewat pengalaman nyata dan apresiasi positif

Orang tua perlu memberikan contoh baik dalam pengelolaan uang. (foto: jcomp/freepik)

Anak-anak belajar lebih cepat lewat hal yang bisa mereka lihat dan sentuh. Siapkan dua toples, satu untuk menabung dan satu untuk pengeluaran. Setiap minggu, tambahkan sedikit “bonus bunga” ke toples tabungan agar mereka paham bagaimana uang bisa bertambah kalau disimpan. Melihat perbedaannya secara nyata akan membuat konsep menabung lebih mudah dipahami.

Selanjutnya, tanyakan pada anak apa yang mereka inginkan mungkin sepeda, mainan, atau buku baru. Lalu bantu mereka menghitung berapa yang perlu disimpan setiap minggu untuk mencapainya. Dengan begitu, mereka belajar bahwa setiap impian butuh perencanaan dan kesabaran, bukan sekadar keinginan sesaat.

Sedikit penghargaan juga bisa jadi motivasi besar bagi anak. Misalnya, tambahkan seribu rupiah untuk setiap lima ribu yang berhasil mereka tabung. Prinsipnya bukan soal jumlah, tapi tentang memberikan semangat bahwa usaha menabung itu layak dihargai dan menghasilkan hal positif.

Anak akan lebih percaya jika melihat contoh nyata. Kamu bisa mengundang saudara atau teman yang pandai mengatur keuangan untuk bercerita tentang pengalaman mereka dalam menabung sejak kecil. Cerita inspiratif seperti ini bisa menumbuhkan rasa ingin tahu dan semangat anak untuk meniru kebiasaan baik tersebut.

3 dari 3 halaman

Bangun kebiasaan menabung yang seru dan bermakna

Kebiasaan menabung sejak kecil memberikan banyak manfaat. (foto: rawpixel.com/freepik)

Menabung tidak harus terasa kaku atau membosankan. Gunakan buku cerita bertema keuangan, mainkan game edukatif tentang uang, atau gunakan aplikasi menabung anak. Jangan lupa rayakan pencapaian mereka bisa dengan stiker lucu, pelukan, atau sorakan semangat keluarga.

Kunci agar anak tidak boros bukan hanya satu kali pelajaran, tapi pembiasaan yang konsisten. Mulailah dengan langkah kecil seperti selalu menyisihkan uang jajan, atau memilih antara dua barang agar mereka belajar memprioritaskan. Lama-kelamaan, mereka akan memahami nilai uang dan pentingnya membuat keputusan yang bijak.

Pada akhirnya, mengajarkan anak agar tidak boros bukan soal melarang mereka membeli sesuatu, tetapi menanamkan kesadaran tentang tanggung jawab finansial. Saat anak belajar menghargai setiap rupiah, mereka tidak hanya tumbuh menjadi pribadi hemat, tetapi juga bijak dalam mengatur masa depan.

 

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa