Fimela.com, Jakarta Menyusui adalah momen istimewa yang mempererat hubungan emosional antara ibu dan bayi, sekaligus memenuhi kebutuhan nutrisi sang buah hati. Namun, tidak semua perjalanan menyusui berjalan tanpa hambatan. Beberapa ibu justru menghadapi tantangan berupa produksi ASI yang berlebih atau disebut hiperlaktasi.
Kondisi ini kerap dianggap sebagai tanda keberhasilan menyusui, padahal jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi ibu serta gangguan pada bayi akibat aliran ASI yang terlalu deras.
Sindrom hiperlaktasi terjadi ketika tubuh menghasilkan ASI lebih banyak daripada kebutuhan bayi. Berdasarkan sumber dari mama-hangs.com, hiperlaktasi menyebabkan payudara terasa bengkak, nyeri, dan mudah penuh, sementara bayi sering tersedak atau menjadi rewel karena sulit menyesuaikan diri dengan derasnya aliran susu. Selain menimbulkan dampak fisik, kondisi ini juga dapat memengaruhi keseimbangan emosional ibu, menimbulkan stres, serta mengganggu pola menyusui.
Oleh sebab itu, penting bagi ibu untuk memahami bahwa menjaga keseimbangan produksi ASI bukan berarti mengurangi manfaatnya, melainkan menciptakan proses menyusui yang lebih nyaman dan sehat bagi keduanya.
Panduan ini hadir untuk membantu para ibu mengenali penyebab, gejala, serta cara mengatasi hiperlaktasi secara efektif. Langkah yang tepat, ibu dapat tetap nyaman menyusui sambil memastikan bayi memperoleh asupan nutrisi yang cukup.
Sebab, keseimbangan dalam menyusui bukan hanya soal banyaknya ASI, tetapi juga tentang menciptakan keharmonisan dan kenyamanan antara ibu dan bayi di setiap momen berharga mereka.
Gunakan teknik “block feeding”
Teknik block feeding merupakan salah satu metode yang efektif untuk menyeimbangkan produksi ASI pada ibu yang mengalami hiperlaktasi. Cara ini dilakukan dengan menyusui bayi dari satu sisi payudara dalam jangka waktu tertentu sekitar dua hingga tiga jam sebelum berpindah ke sisi lainnya.
Tujuannya adalah memberi waktu bagi payudara yang tidak digunakan untuk menurunkan tekanan produksi, sementara sisi yang digunakan dapat mengosongkan diri secara alami. Dengan begitu, tubuh akan belajar menyesuaikan jumlah ASI sesuai kebutuhan bayi, bukan karena rangsangan menyusui yang terlalu sering.
Selain menyeimbangkan produksi ASI, block feeding juga membantu meningkatkan kenyamanan selama menyusui. Payudara menjadi tidak terlalu penuh atau nyeri, dan bayi dapat menyusu dengan lebih tenang tanpa terganggu oleh aliran susu yang terlalu cepat. Meski demikian, teknik ini perlu diterapkan dengan hati-hati dan disesuaikan dengan kondisi tubuh ibu. Jika payudara terasa sangat tegang atau bayi belum terlihat puas setelah menyusu, durasi menyusui bisa diatur ulang atau dikonsultasikan dengan konselor laktasi.
Penerapan yang benar, block feeding dapat menjadi solusi sederhana namun efektif untuk membantu ibu menjaga keseimbangan produksi ASI sekaligus menciptakan proses menyusui yang lebih nyaman bagi ibu dan bayi.
Perhatikan posisi dan pelekatan saat menyusui
Posisi dan pelekatan saat menyusui memegang peranan penting dalam membantu ibu menghadapi sindrom hiperlaktasi. Dengan posisi yang benar, bayi dapat mengontrol aliran ASI secara lebih baik sehingga terhindar dari risiko tersedak atau menelan udara berlebihan. Salah satu posisi yang direkomendasikan adalah laid-back breastfeeding atau menyusui sambil setengah berbaring.
Dalam posisi ini, gravitasi membantu memperlambat laju aliran susu, membuat proses menyusui lebih nyaman bagi bayi. Selain itu, posisi ini juga memberikan kesempatan bagi ibu untuk lebih rileks, sementara pelekatan yang tepat di mana mulut bayi menutupi sebagian besar areola, bukan hanya puting, membantu ASI mengalir lancar tanpa menimbulkan nyeri atau lecet pada payudara.
Selain memberikan kenyamanan, penyesuaian posisi dan pelekatan yang benar juga berperan dalam menjaga keseimbangan produksi ASI secara alami. Saat bayi mampu menyusu dengan efektif, tubuh akan menyesuaikan produksi susu sesuai kebutuhan, sehingga risiko kelebihan ASI dapat diminimalkan.
Sebaliknya, posisi menyusui yang kurang tepat dapat membuat bayi sulit mengosongkan payudara, yang berpotensi memperparah hiperlaktasi dan menyebabkan pembengkakan. Karena itu, penting bagi ibu untuk memperhatikan tanda-tanda pelekatan yang baik, seperti dagu bayi yang menempel pada payudara dan ritme isapan yang tenang. Memahami teknik ini, proses menyusui dapat berlangsung lebih nyaman, seimbang, dan penuh kehangatan antara ibu dan bayi.
Kompres dingin setelah menyusui
Mengompres payudara dengan air dingin setelah menyusui merupakan cara sederhana namun efektif untuk meredakan ketidaknyamanan akibat hiperlaktasi. Kompres dingin dapat membantu mengurangi pembengkakan, rasa nyeri, serta tekanan pada payudara yang disebabkan oleh produksi ASI berlebih. Suhu dingin bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah dan menurunkan aktivitas hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI, sehingga membantu menenangkan jaringan payudara yang terasa tegang.
Ibu dapat menggunakan kain lembut atau handuk bersih yang telah direndam air dingin, lalu menempelkannya pada payudara selama beberapa menit setelah menyusui. Cara ini tidak hanya meredakan rasa sakit secara fisik, tetapi juga membantu ibu merasa lebih nyaman dan rileks.
Selain memberikan efek menenangkan, kompres dingin juga membantu menyeimbangkan produksi ASI secara alami. Dengan berkurangnya pembengkakan dan tekanan, tubuh akan lebih mudah menyesuaikan jumlah ASI sesuai kebutuhan bayi.
Namun, hindari penggunaan es batu langsung pada kulit karena dapat menyebabkan iritasi. Kompres dapat dilakukan secara teratur setelah menyusui atau saat payudara terasa nyeri dan penuh. Melalui langkah sederhana ini, ibu dapat menjaga kenyamanan tubuh sekaligus membantu menstabilkan produksi ASI, sehingga proses menyusui berlangsung lebih tenang dan menyenangkan bagi ibu dan bayi.
Hindari terlalu sering memompa ASI
Memompa ASI memang berguna untuk memastikan pasokan susu tetap tersedia, tetapi bagi ibu yang mengalami hiperlaktasi, kebiasaan ini perlu dilakukan dengan hati-hati. Terlalu sering memompa justru dapat memperburuk kondisi karena tubuh mengira kebutuhan ASI meningkat, sehingga memicu produksi yang lebih banyak dari yang diperlukan.
Hal ini dapat menyebabkan payudara terasa bengkak, nyeri, dan aliran susu menjadi terlalu deras saat menyusui. Untuk mencegahnya, sebaiknya ibu hanya memompa ketika payudara terasa sangat penuh atau untuk meredakan tekanan berlebih. Cara ini, tubuh dapat menyesuaikan produksi ASI secara alami sesuai dengan kebutuhan bayi.
Selain membantu menstabilkan produksi, mengurangi intensitas memompa juga berpengaruh positif terhadap kenyamanan ibu saat menyusui. Payudara tidak lagi terasa sesak atau mudah bocor karena kelebihan ASI. Bila perlu memompa, lakukan dalam waktu singkat dan hindari mengosongkan payudara sepenuhnya agar tubuh tidak mendapat sinyal untuk memproduksi lebih banyak susu.
Pola ini, bila diterapkan secara konsisten, dapat membantu tubuh menemukan keseimbangan produksi yang ideal. Dengan menjaga keseimbangan antara menyusui langsung dan memompa seperlunya, ibu dapat menikmati proses menyusui yang lebih tenang, nyaman, dan seimbang bersama buah hati.