Ini Cara Atasi Anak yang Suka Mengompol dengan Efektif

Nabila MecadinisaDiterbitkan 06 November 2025, 23:58 WIB

ringkasan

  • Mengompol (enuresis) pada anak di bawah usia 5 tahun masih dianggap normal, namun jika berlanjut setelah usia 7 tahun atau disertai gejala lain, perlu konsultasi medis.
  • Penyebab mengompol bervariasi, meliputi faktor fisiologis seperti kapasitas kandung kemih kecil atau produksi urine berlebih, genetik, kondisi medis seperti ISK atau sembelit, serta faktor psikologis seperti stres dan kecemas
  • Cara mengatasi anak yang suka mengompol melibatkan pendekatan perilaku seperti <em>toilet training</em>, pembatasan cairan sebelum tidur, penggunaan alarm mengompol, dukungan emosional, dan jika diperlukan, penanganan medis d

Fimela.com, Jakarta Mengompol, atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai enuresis, adalah kondisi umum yang sering dialami oleh anak-anak. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing, baik saat tidur (enuresis nokturnal) maupun saat terjaga (enuresis diurnal), seperti yang dijelaskan oleh Alodokter dan Halodoc. Meskipun seringkali merupakan bagian normal dari proses tumbuh kembang, mengompol dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi anak dan stres bagi keluarga.

Banyak orang tua bertanya-tanya, hingga usia berapa kebiasaan ini masih tergolong normal dan kapan perlu mendapatkan perhatian khusus. Memahami batas usia normal sangat penting untuk menentukan apakah kondisi anak masih dalam tahap wajar atau memerlukan penanganan lebih lanjut. Ini juga membantu Sahabat Fimela dalam memberikan dukungan yang tepat tanpa menimbulkan tekanan berlebihan pada si kecil.

Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai faktor penyebab anak mengompol, mulai dari aspek fisiologis hingga psikologis, serta memberikan panduan lengkap mengenai cara atasi anak yang suka mengompol. Dengan informasi yang akurat dan pendekatan yang tepat, Sahabat Fimela dapat membantu anak mengatasi kebiasaan ini secara bertahap dan membangun kepercayaan dirinya.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Memahami Mengompol: Normalitas dan Batasan Usia

Mengompol adalah kondisi yang wajar pada anak-anak, terutama di bawah usia tertentu. Menurut Alodokter, pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, kebiasaan mengompol masih dianggap normal karena sistem kontrol kandung kemih mereka belum sepenuhnya matang. Mereka belum terlatih untuk menahan pipis, sehingga cenderung mudah mengompol atau mengalami enuresis.

Namun, kemampuan mengontrol kandung kemih biasanya berkembang seiring bertambahnya usia. Halodoc menyebutkan bahwa kebanyakan anak mampu mengontrol kandung kemih sepenuhnya di usia 7 tahun. Jika anak berusia 5-7 tahun masih sering mengompol, ini bisa menjadi indikasi perlunya perhatian lebih, meskipun masih dalam rentang yang dapat diatasi dengan pendekatan non-medis.

Kapan Sahabat Fimela perlu khawatir? Jika anak masih mengompol setelah usia 7 tahun, atau jika anak mulai mengompol kembali setelah beberapa bulan tidak mengompol, ini adalah saat yang tepat untuk berkonsultasi dengan dokter. Gejala tambahan seperti nyeri saat buang air kecil, urine berwarna kemerahan, haus berlebihan, atau mendengkur juga menjadi sinyal penting untuk segera mencari bantuan medis guna menyingkirkan kemungkinan masalah kesehatan yang mendasarinya.

3 dari 4 halaman

Faktor Penyebab Mengompol pada Anak

Penyebab mengompol pada anak seringkali multifaktorial dan tidak selalu dapat dipastikan secara tunggal. Memahami akar masalahnya adalah langkah pertama dalam menemukan cara atasi anak yang suka mengompol. Beberapa faktor fisiologis berperan penting, seperti kapasitas kandung kemih yang masih kecil dan belum cukup berkembang untuk menampung urine sepanjang malam. Produksi urine berlebih di malam hari, seringkali karena kekurangan hormon antidiuretik (ADH) yang berfungsi memperlambat produksi urine saat tidur, juga menjadi pemicu.

Selain itu, anak yang tidur terlalu nyenyak mungkin tidak terbangun saat kandung kemih penuh, atau adanya keterlambatan kematangan sistem saraf yang menyebabkan otak dan kandung kemih belum belajar memberi sinyal dengan baik. Faktor genetik juga memiliki peran signifikan; jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat mengompol, risiko pada anak meningkat. Primaya Hospital dan Alodokter menegaskan bahwa riwayat keluarga menjadi faktor penyebab anak ngompol, menunjukkan adanya pengaruh keturunan.

Faktor medis seperti infeksi saluran kemih (ISK), sembelit kronis, diabetes melitus, atau sleep apnea obstruktif juga dapat memicu mengompol. Gangguan struktur ginjal, saluran kemih, atau masalah saraf juga bisa menjadi penyebab. Tidak kalah penting, faktor psikologis seperti stres dan kecemasan akibat perubahan lingkungan, konflik keluarga, atau trauma dapat memengaruhi. Hellosehat menjelaskan bahwa stres yang dialami anak bisa termasuk perubahan lingkungan, seperti memulai hari pertama di sekolah atau kelahiran adik, yang kemudian memicu kebiasaan mengompol.

4 dari 4 halaman

Strategi Efektif Mengatasi Anak yang Suka Mengompol

Ngompol yang terjadi terus-menerus pada anak usia enam tahun ke atas bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau tekanan emosional yang perlu diperhatikan. (Foto: Annie Spratt/Unsplash)

Mengatasi anak yang suka mengompol membutuhkan kesabaran dan pendekatan yang komprehensif, Sahabat Fimela. Salah satu cara paling efektif adalah melalui pendekatan perilaku dan perubahan gaya hidup. Mulailah dengan toilet training yang konsisten, ajari anak untuk mengutarakan keinginan buang air kecil, dan biasakan ke toilet secara teratur setiap 2-3 jam sekali. Penting juga untuk mengatur asupan cairan; batasi minuman 1-2 jam sebelum tidur, namun pastikan kebutuhan cairan harian tetap terpenuhi di siang hari. Hindari minuman diuretik seperti teh, kopi, atau minuman bersoda menjelang tidur.

Selanjutnya, biasakan anak untuk buang air kecil sebelum tidur untuk mengosongkan kandung kemih. Penggunaan alarm mengompol (bed-wetting alarm) juga sangat direkomendasikan, terutama bagi anak yang tidur sangat nyenyak. Alat ini berbunyi saat anak mulai mengompol, melatih otak anak untuk mengenali sinyal kandung kemih penuh, dan terbukti efektif mengurangi frekuensi mengompol menurut LinkSehat dan Alodokter. Yang terpenting, berikan dukungan emosional; jangan memarahi atau menghukum anak karena mengompol. Pujian dan penghargaan saat anak berhasil tidak mengompol akan membangun kepercayaan dirinya.

Jika pendekatan perilaku tidak membuahkan hasil atau ada kekhawatiran medis lainnya, konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk tanya jawab mengenai gejala, gaya hidup, riwayat kesehatan, dan mungkin pemeriksaan penunjang seperti tes urine atau USG ginjal dan kandung kemih. Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan, seperti desmopressin, untuk menurunkan produksi urine di malam hari. Terapi lain seperti latihan otot kandung kemih juga dapat disarankan. Dengan kombinasi strategi ini, Sahabat Fimela dapat membantu anak mengatasi masalah mengompol dengan lebih baik.