Sukses

FimelaMom

Tips Hadapi Perubahan Hormon dan Emosi Selama Kehamilan

ringkasan

  • Perubahan hormonal drastis, stres, kelelahan, dan faktor fisik menjadi penyebab utama fluktuasi emosi intens selama kehamilan.
  • Ibu hamil dapat merasakan spektrum emosi luas mulai dari kegembiraan, kecemasan, iritabilitas, hingga kesedihan, yang merupakan bagian normal dari proses kehamilan.
  • Mengelola emosi dapat dilakukan dengan tidur cukup, olahraga, pola makan sehat, relaksasi, komunikasi, dan mencari bantuan profesional jika gejala depresi atau kecemasan memburuk.

Fimela.com, Jakarta Kehamilan adalah sebuah perjalanan luar biasa yang membawa banyak perubahan, baik fisik maupun emosional. Sahabat Fimela mungkin merasakan gelombang emosi yang intens dan perubahan suasana hati yang cepat. Fenomena ini sangat umum dan merupakan bagian alami dari proses kehamilan.

Perubahan ini seringkali membuat calon ibu merasa bingung atau khawatir tentang apa yang sedang terjadi pada diri mereka. Namun, penting untuk memahami bahwa fluktuasi emosi ini adalah respons tubuh terhadap berbagai faktor. Artikel ini akan membahas mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana mengelolanya.

Memahami penyebab di balik gejolak emosi ini dapat membantu Sahabat Fimela menghadapinya dengan lebih tenang dan positif. Mari kita selami lebih dalam Panduan Emosi dan Perubahan Suasana Hati Selama Kehamilan ini untuk menjalani kehamilan yang lebih nyaman.

Mengapa Emosi Berubah Drastis Saat Hamil?

Perubahan hormon menjadi pemicu utama di balik gejolak emosi selama kehamilan. Peningkatan drastis estrogen dan progesteron memengaruhi neurotransmitter di otak yang berperan dalam mengatur suasana hati. Estrogen dapat memicu kecemasan, iritabilitas, dan depresi, sementara progesteron seringkali menyebabkan kelelahan dan kelesuan.

Lonjakan hormon ini sangat terasa pada trimester pertama, khususnya antara minggu ke-6 hingga ke-10 kehamilan. Namun, efeknya juga kembali meningkat menjelang persalinan di trimester ketiga. Selain hormon, stres dan kecemasan juga turut berkontribusi pada perubahan suasana hati yang signifikan.

Kekhawatiran tentang keuangan, peran sebagai orang tua, atau kesehatan bayi dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh. Kadar kortisol yang tinggi ini memicu perasaan cemas dan iritabilitas. Sekitar 13 persen wanita hamil mengalami depresi, dan hampir 1 dari 5 orang dewasa, termasuk ibu hamil, mengalami kecemasan.

Faktor lain seperti kelelahan akibat kurang tidur juga memperburuk perubahan suasana hati. Mual di pagi hari, perubahan fisik yang cepat, sakit kepala, hingga fluktuasi kadar gula darah akibat pola makan juga memengaruhi stabilitas emosi ibu hamil.

Beragam Emosi yang Umum Dirasakan Ibu Hamil

Selama kehamilan, Sahabat Fimela akan merasakan spektrum emosi yang sangat luas, mulai dari kegembiraan hingga kesedihan. Kegembiraan dan kebahagiaan sering muncul, terutama jika kehamilan direncanakan atau jika ibu merasa sehat. Hormon estrogen dapat berkontribusi pada perasaan sejahtera ini.

Di sisi lain, kecemasan dan ketakutan juga merupakan emosi yang umum. Kekhawatiran tentang persalinan, menjadi orang tua, atau masa depan adalah hal yang normal. Iritabilitas dan kemarahan juga bisa muncul akibat perubahan hormonal, rasa rentan, atau ketidaknyamanan fisik yang dialami.

Tidak jarang pula ibu hamil merasakan kesedihan atau bahkan gejala depresi. Perasaan putus asa, sering menangis, kurang energi, perubahan nafsu makan, dan kesulitan berkonsentrasi bisa menjadi tanda depresi. Perasaan kewalahan, ketergantungan, kebanggaan, dan cinta yang mendalam terhadap bayi juga merupakan bagian dari pengalaman emosional ini.

Beberapa ibu hamil juga mengalami "baby brain" atau pikiran kacau, yang dikaitkan dengan kadar progesteron yang tinggi. Bahkan, perasaan sedih karena kehilangan keadaan sebelumnya atau ketidaksabaran menunggu kelahiran bayi juga sering dirasakan.

Cara Mengelola Emosi dan Kapan Mencari Bantuan Profesional

Mengelola perubahan suasana hati selama kehamilan sangat penting untuk kesejahteraan ibu dan bayi. Prioritaskan tidur yang cukup, yaitu 7 hingga 9 jam setiap malam, dan jangan ragu untuk tidur siang. Aktivitas fisik teratur seperti jalan kaki, berenang, atau yoga prenatal juga efektif melepaskan endorfin yang meningkatkan suasana hati.

Pola makan seimbang dengan mengonsumsi buah, sayur, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan lemak sehat dapat menstabilkan kadar gula darah. Hindari gula dan kafein berlebihan yang bisa memperburuk kecemasan. Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam untuk mengelola stres.

Komunikasi terbuka dengan pasangan, teman, atau keluarga sangat membantu. Bergabung dengan kelompok dukungan kehamilan juga dapat mengurangi perasaan terisolasi. Luangkan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti pijat atau membaca buku. Kelola stres dengan mengidentifikasi pemicunya dan jangan merasa bersalah atas emosi yang campur aduk.

Meskipun perubahan suasana hati normal, Sahabat Fimela perlu mencari bantuan profesional jika emosi menjadi sangat intens, berlangsung lebih dari dua minggu, atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Segera konsultasikan dengan dokter atau bidan jika mengalami gejala depresi yang parah atau memiliki riwayat pikiran untuk bunuh diri. Kondisi kesehatan mental yang tidak diobati dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi dalam jangka panjang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading