Cara Mengatasi Stimulasi Berlebih agar Tetap Tenang Mengasuh Anak

Endah WijayantiDiterbitkan 11 November 2025, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi orangtua memang tidak pernah mudah. Dari pagi hingga malam, Moms dituntut untuk mengasuh, mengajarkan, sekaligus mendisiplinkan anak-anak dengan penuh kesabaran. Di balik semua cinta dan tanggung jawab itu, bisa jadi ada satu hal yang sering terlewat: kelebihan stimulasi atau overstimulation.

Melansir laman Parents, menurut Dr. Elaine Aron, penulis buku The Highly Sensitive Person, sensitivitas tinggi atau sensory processing sensitivity adalah sifat bawaan yang dimiliki sekitar 20% populasi. Orang dengan sifat ini memiliki sistem saraf yang lebih peka terhadap rangsangan di sekitarnya, baik suara, cahaya, maupun emosi. Akibatnya, ia bisa merasa mudah kewalahan oleh suara keras, rumah yang ramai, atau aktivitas yang terlalu padat.

Kondisi ini bisa dialami siapa pun, tidak hanya oleh mereka yang sensitif atau memiliki ADHD. Ketika stimulasi berlebih terjadi terus-menerus, risiko meledak karena kelelahan emosional semakin besar. Karena itu, memahami batas diri dan mengenali sinyal tubuh menjadi langkah pertama untuk kembali tenang.

Beberapa tanda umum stimulasi berlebih antara lain mudah gelisah, sulit fokus, otot terasa tegang, ingin menghindar, atau merasa “jenuh sentuhan” karena terlalu sering disentuh atau dipeluk anak. Jika tanda-tanda ini mulai muncul, itu sinyal bahwa tubuh dan pikiran Moms perlu jeda.

2 dari 3 halaman

Menciptakan Ruang untuk Tenang dan Pulih

Menciptakan Ruang untuk Tenang dan Pulih./Copyright depositphotos.com/havucvp

Setelah mengenali sumber kelelahan, langkah berikutnya adalah memberi diri sendiri ruang untuk bernapas. Sama seperti ponsel yang perlu diisi daya, Moms juga perlu mengisi ulang energi setiap hari.

Salah satu cara paling efektif adalah memprioritaskan waktu tenang. Tidak harus lama, cukup beberapa menit yang benar-benar milik Moms sendiri.

Misalnya dengan bangun sedikit lebih pagi untuk menikmati secangkir kopi tanpa gangguan, atau berjalan santai di sekitar rumah sambil mendengarkan suara alam. Aktivitas sederhana ini bisa membantu menurunkan tingkat stres dan menenangkan pikiran.

Meditasi juga bisa menjadi sahabat baru di tengah hiruk pikuk rumah. Dr. Aron menyarankan meditasi singkat lima menit setiap hari.

Tarik napas dalam, tutup mata, dan fokus pada embusan napas. Cara ini melatih tubuh agar lebih mudah tenang saat dihadapkan pada situasi yang menegangkan, seperti ketika anak mulai rewel atau rumah terasa terlalu ramai.

Selain itu, jangan ragu menyederhanakan jadwal harian. Tidak semua hal harus dikerjakan sekaligus. Jika hari ini Moms sudah harus belanja ke supermarket bersama anak-anak, mungkin itu cukup menjadi satu kegiatan besar. Biarkan waktu setelahnya lebih santai.

Belajar berkata “tidak” pada permintaan tambahan dari orang lain juga penting. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar bermakna bagi keluarga. Ingat, melewatkan satu acara sekolah bukan berarti Moms gagal menjadi orang tua.

Sebaliknya, itu bentuk kesadaran bahwa kehadiran yang utuh jauh lebih berharga daripada sekadar hadir secara fisik tapi lelah secara batin.

3 dari 3 halaman

Mengelola Kekacauan dengan Hati yang Lebih Tenang

Mengelola Kekacauan dengan Hati yang Lebih Tenang./Copyright depositphotos.com/pratthanchoruangsak

Keluarga yang bahagia bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang keseimbangan. Moms bisa mulai dengan mempermudah pengambilan keputusan agar energi tidak terkuras untuk hal-hal kecil.

Buat rutinitas sederhana, misalnya waktu bermain, waktu menonton, atau camilan yang boleh dipilih anak-anak, sehingga Moms tak perlu terus menimbang hal yang sama setiap hari.

Ketika situasi di rumah terasa terlalu riuh, jangan ragu untuk menjauh sejenak dari kekacauan. Tutup mata, ambil napas dalam, lalu hembuskan perlahan seperti sedang meniup balon.

Lihat sekitar, apakah lampu bisa diredupkan atau musik bisa dimatikan? Kadang, langkah kecil seperti membuat teh hangat atau memijat kaki sendiri sudah cukup membantu tubuh dan pikiran kembali rileks.

Jika anak-anak sudah cukup besar, beri tahu mereka dengan lembut bahwa Moms butuh waktu beberapa menit sendirian. Tidak apa-apa. Mereka pun akan belajar bahwa istirahat adalah bagian dari cinta diri yang sehat.

Moms, anak-anak tidak membutuhkan orang tua yang selalu sempurna, melainkan sosok yang hadir dengan hati yang tenang. Saat Moms mampu menenangkan diri, suasana rumah pun ikut berubah, yang lebih lembut, lebih hangat, dan penuh rasa aman.

Dan meski kesibukan keluarga tak akan pernah benar-benar hilang, langkah-langkah kecil seperti mengurangi kebisingan, menyederhanakan jadwal, dan menunda pekerjaan sesaat bisa membuat perbedaan besar.

Ketika perhatian kembali tertuju pada momen bersama keluarga, hati terasa lebih damai. Ketenangan itu bukan hanya hadiah untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang Moms cintai.