Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, di tengah derasnya arus informasi di era digital, pesan-pesan kesehatan kini tersebar lebih cepat dari sebelumnya. Namun, kecepatan ini tidak selalu dibarengi dengan akurasi, terutama terkait isu penting seperti kanker leher rahim. Menjawab kebutuhan edukasi yang lebih tepat sasaran, MSD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan RI kembali menghadirkan program literasi kesehatan bagi rekan jurnalis.
Tahun ini menandai tahun keempat pelaksanaannya dan bertepatan dengan World Cervical Cancer Elimination Day dengan mengangkat tema Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI.
Acara edukasi ini dibuka oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Staf Khusus Menteri Kesehatan RI drg. Monica R. Nirmala, MPH; Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan; serta External Affairs Director MSD Indonesia, Dudit Triyanto.
Para jurnalis kemudian mengikuti sesi talkshow dan edukasi bersama para narasumber yang kompeten, seperti dr. Prima Yosephine, MKM; Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si; Deputi Komunikasi Pemerintah BKP RI, Noudhy Valdryno; serta Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Amrilmaen Badawi.
What's On Fimela
powered by
Misinformasi Kesehatan Masih Jadi Tantangan Serius
Data Kementerian Komunikasi dan Digital menunjukkan bahwa sepanjang 2024 terdapat lebih dari 1.900 konten hoaks, dan 163 di antaranya berkaitan dengan isu kesehatan. Angka ini memperlihatkan betapa rentannya masyarakat terhadap informasi yang menyesatkan, terutama seputar vaksinasi dan pengobatan alternatif.
Menurut dr. Prima Yosephine, edukasi yang benar memiliki peran krusial dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia. Ia menegaskan bahwa imunisasi HPV merupakan langkah pencegahan utama yang sudah terbukti efektif dan aman.
Mengapa Pengetahuan tentang HPV Sangat Penting?
Prof. Soedjatmiko menjelaskan bahwa infeksi HPV sering kali tidak menunjukkan gejala, namun dapat berkembang menjadi berbagai jenis kanker dalam 15 hingga 20 tahun. Sekitar 71 persen kasus kanker leher rahim disebabkan oleh HPV, dan virus ini juga dapat memicu kanker vagina, vulva, penis, orofaring, serta kutil kelamin.
Ia menegaskan bahwa vaksin HPV telah digunakan sejak 2006 di lebih dari 130 negara dan terbukti aman serta bermanfaat. Karena itu, masyarakat diimbau untuk berhati-hati terhadap mitos atau informasi keliru yang banyak beredar di media sosial tanpa dasar ilmiah.
Peran AI dalam Akses Informasi Kesehatan
Dengan semakin populernya kecerdasan buatan, survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa 64,7 persen masyarakat menggunakan AI untuk mencari informasi, dan 70 persen mempercayai hasilnya. Kondisi ini membuka peluang penyebaran informasi kesehatan yang lebih luas, namun juga menuntut tanggung jawab dalam menjaga akurasi.
Deputi BKP RI, Noudhy Valdryno, menegaskan bahwa satu informasi keliru saja dapat berdampak besar bagi masyarakat. Karena itu, pemerintah terus memperkuat ekosistem komunikasi publik yang lebih sehat melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk media dan sektor swasta.
Ajakan untuk Lebih Teliti dalam Menerima Informasi
Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Amrilmaen Badawi, mengajak masyarakat untuk melakukan langkah-langkah sederhana dalam memerangi misinformasi. Mulai dari memeriksa kredibilitas sumber, mengonfirmasi informasi dengan tenaga kesehatan, hingga tidak menyebarkan kabar yang belum terverifikasi.
Ia menekankan bahwa informasi yang benar tentang kanker leher rahim akan membantu masyarakat memahami pentingnya imunisasi HPV dan deteksi dini sebagai langkah perlindungan diri.