Bayi Belajar Bicara Melalui 6 Tahapan, Yuk Kita Pelajari

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 01 Desember 2025, 11:34 WIB

ringkasan

  • Bayi belajar berbicara melalui serangkaian tahapan prediktif, mulai dari pra-bicara hingga ucapan kompleks, yang dipengaruhi oleh faktor biologis, kognitif, dan lingkungan.
  • Mekanisme seperti pembelajaran statistik, pemrosesan intersensori, dan "parentese" berperan penting dalam bagaimana bayi memecah suara menjadi kata dan memahami bahasa.
  • Lingkungan rumah yang kaya bahasa, interaksi sosial aktif, dan peran responsif pengasuh adalah kunci utama dalam mendukung perkembangan bicara dan bahasa optimal pada bayi.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, perjalanan bayi dalam mengembangkan kemampuan berbahasa mereka adalah sebuah keajaiban yang dimulai sejak lahir. Proses belajar berbicara ini melibatkan serangkaian interaksi kompleks antara faktor biologis, kognitif, dan lingkungan. Memahami tahapan ini membantu kita memberikan stimulasi terbaik.

Orang tua dan pengasuh memainkan peran krusial dalam memfasilitasi setiap tonggak perkembangan bicara. Tahapan ini berlanjut hingga masa kanak-kanak dengan pencapaian yang dapat diamati dengan jelas. Setiap respons kita membentuk fondasi komunikasi mereka.

Pemahaman mengenai bagaimana bayi belajar bicara sangat penting untuk memberikan dukungan optimal. Proses ini terjadi paling intensif di lingkungan rumah dan interaksi sosial, membentuk dasar kemampuan komunikasi seumur hidup.

Perjalanan bayi dalam menguasai bahasa adalah sebuah keajaiban yang terbagi menjadi beberapa tahapan penting. Setiap tahapan menunjukkan perkembangan kemampuan komunikasi yang semakin kompleks. Kecepatan setiap anak dapat bervariasi, namun polanya cenderung sama.

Pada usia 0-3 bulan, bayi berkomunikasi melalui tangisan, kontak mata, dan ekspresi wajah. Mereka mulai mengenali suara penting di lingkungan, seperti suara ibu atau pengasuh utama. Kemudian, di usia 3-6 bulan, mereka mulai mengoceh atau "babbling" dengan suara satu suku kata seperti "ba" sebelum mengulanginya menjadi "ba ba ba".

Memasuki usia 6-12 bulan, bayi mulai mencoba meniru suara bicara dan mengucapkan kata pertama seperti "mama" atau "dada". Kosakata mereka akan meledak pada usia 12-18 bulan, mampu mengucapkan 10-15 kata dan memahami perintah sederhana. Mereka juga mulai menggunakan isyarat untuk berkomunikasi.

Saat menginjak 18-24 bulan, balita mulai menggabungkan dua kata menjadi "kalimat" pendek, misalnya "lebih banyak susu". Pada usia 24-36 bulan, anak-anak mengembangkan keterampilan tata bahasa yang lebih baik dan menggunakan kalimat lengkap, serta dapat dipahami sebagian besar waktu.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Mekanisme Ilmiah di Balik Cara Anak Belajar Bicara

Bayi menggunakan pemrosesan intersensori, mencocokkan ucapan dengan gerakan wajah pembicara. Mereka memperhatikan bagaimana suara dibuat, seringkali menatap mulut orang yang berbicara. / Unsplash - troy.

Proses cara balita belajar bicara tidak hanya tentang meniru suara, Sahabat Fimela. Ada mekanisme ilmiah kompleks yang bekerja di balik layar. Salah satunya adalah pembelajaran statistik, di mana bayi secara tidak sadar mendeteksi pola dalam urutan suara untuk memecahkannya menjadi unit bermakna.

Bayi juga menggunakan pemrosesan intersensori, mencocokkan ucapan dengan gerakan wajah pembicara. Mereka memperhatikan bagaimana suara dibuat, seringkali menatap mulut orang yang berbicara. Kemampuan ini memprediksi kemampuan bahasa mereka di kemudian hari.

Peran "parentese" atau "baby talk" sangat signifikan dalam proses ini. Gaya bicara bernada tinggi dan intonasi berlebihan ini membantu bayi menyelaraskan diri secara sosial. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan "parentese" dapat secara langsung memengaruhi kosakata anak-anak.

Perkembangan otak juga memegang peranan vital. Tiga tahun pertama kehidupan adalah periode kritis bagi akuisisi bahasa. Konsentrasi mielin yang lebih tinggi di jalur terkait bahasa otak dikaitkan dengan jumlah bicara orang dewasa yang lebih banyak, memfasilitasi komunikasi saraf yang efisien.

3 dari 4 halaman

Faktor Kunci yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Si Kecil

Selain mekanisme internal, beberapa faktor eksternal dan internal turut memengaruhi cara anak belajar bicara. Faktor biologis dan genetik adalah salah satunya, di mana kemampuan bahasa sebagian diwariskan. Kondisi tertentu seperti gangguan pendengaran atau spektrum autisme juga dapat memengaruhi akuisisi bahasa.

Lingkungan rumah dan sosial yang kaya bahasa sangatlah penting bagi perkembangan bicara. Interaksi verbal yang sering, bercerita, dan paparan kosakata yang beragam akan meningkatkan keterampilan bahasa. Interaksi timbal balik antara orang tua dan anak menjadi prediktor kuat kemampuan bahasa anak.

Interaksi sosial adalah fondasi akuisisi bahasa yang tak terpisahkan. Bayi belajar bahwa percakapan melibatkan dua atau lebih peserta yang bergantian berbicara. Interaksi sosial sehari-hari meningkatkan aktivitas otak di wilayah yang bertanggung jawab untuk perhatian, yang kemudian memprediksi peningkatan perkembangan bahasa.

4 dari 4 halaman

Peran Penting Pengasuh dalam Stimulasi Bahasa Bayi

Sahabat Fimela, pengasuh memegang kunci dalam memfasilitasi cara anak belajar bicara. Berbicara dan berinteraksi secara teratur dengan bayi adalah langkah pertama yang paling efektif. Orang tua tidak perlu membatasi kosakata atau bahasa mereka saat berkomunikasi dengan si kecil.

Menciptakan lingkungan yang responsif juga krusial untuk pengembangan bahasa. Sediakan buku, poster, dan benda-benda berlabel untuk memperkaya kosakata bayi. Mendorong aktivitas kelompok juga membantu anak berinteraksi dengan teman sebaya dan melatih keterampilan komunikasi mereka.

Menggunakan "parentese" secara alami akan membantu bayi belajar suara dan pola dasar bahasa ibu mereka. Merespons upaya komunikasi anak, seperti kontak mata atau senyuman, dengan antusiasme sangat penting. Membaca buku dan bercerita juga sangat baik untuk perkembangan bahasa.

Menanggapi komunikasi bayi, baik itu tangisan, dekutan, atau tawa, secara tepat waktu membangun kepercayaan. Ini juga memotivasi mereka untuk terus berkomunikasi. Pengasuh mengajarkan bayi untuk bergantian berbicara dengan memberikan jeda yang alami, seolah-olah menunggu respons dari bayi.