Hamil di Atas Usia 35 Tahun, Simak 5 Hal Penting Ini

Endah WijayantiDiterbitkan 18 Desember 2025, 13:45 WIB

Fimela.com, Jakarta - Kehamilan bukan lagi sekadar soal usia biologis, melainkan tentang kesiapan tubuh, pikiran, dan dukungan yang menyertainya. Di usia di atas 35 tahun, banyak perempuan justru memasuki fase hidup dengan kesadaran diri yang lebih matang, akses informasi yang luas, dan kemampuan mengambil keputusan yang lebih tenang. Perspektif inilah yang membuat kehamilan di usia matang perlu dipahami lebih baik lagi.

Dengan dukungan yang tepat dan perawatan medis yang memadai, perempuan berusia di atas 35 tahun memiliki peluang besar untuk menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula. Berikut lima hal penting yang perlu diketahui tentang kehamilan di atas usia 35 tahun.

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Kehamilan di Atas 35 Tahun Disebut Advanced Maternal Age

1. Kehamilan di Atas 35 Tahun Disebut Advanced Maternal Age./(Foto: Unsplash/Juan Encalada)

Di dunia medis, kehamilan setelah usia 35 tahun kerap disebut sebagai advanced maternal age. Istilah ini sering terdengar kaku dan menegangkan, padahal realitasnya jauh lebih beragam. Mengutip laman Parents, banyak perempuan di usia ini menjalani kehamilan dengan lancar karena tubuh mereka dirawat lebih serius dan dipantau lebih cermat.

Tren global menunjukkan bahwa semakin banyak perempuan memilih menunda kehamilan hingga usia yang lebih matang. Laporan dari Pew Research Center mencatat bahwa usia rata-rata menjadi orangtua terus meningkat sejak 1990-an, seiring perubahan sosial, pendidikan, dan ekonomi.

3 dari 6 halaman

2. Memahami Risiko Bisa Disikapi sebagai Menyiapkan Diri Lebih Baik

2. Memahami Risiko Bisa Disikapi sebagai Menyiapkan Diri Lebih Baik. [Dok/freepik.com/wirestock]

Secara biologis, bertambahnya usia memang membawa perubahan pada tubuh. Risiko seperti kelainan kromosom, diabetes gestasional, preeklampsia, hingga persalinan prematur tercatat lebih tinggi pada kehamilan setelah usia 35 tahun. Fakta ini penting diketahui, bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik.

Pendekatan medis modern memungkinkan deteksi dini terhadap berbagai potensi komplikasi tersebut. Pemeriksaan tambahan, pemantauan rutin, dan teknologi skrining genetik membantu dokter dan ibu hamil mengambil langkah preventif sejak awal.

Yang sering luput disadari adalah bahwa risiko bukanlah vonis. Risiko adalah informasi, dan informasi ini bisa menjadi sumber kekuatan dalam menjalani kehamilan dengan lebih sadar dan aman.

4 dari 6 halaman

3. Pentingnya Memahami Kondisi Kesehatan Ibu Secara Menyeluruh

3. Pentingnya Memahami Kondisi Kesehatan Ibu Secara Menyeluruh./ Ashton Mullins/unsplash

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), batas usia 35 tahun sebenarnya bersifat arbitrer. Banyak risiko kehamilan tidak meningkat secara signifikan hingga mendekati usia 40 tahun atau lebih, terutama bila kondisi kesehatan ibu secara umum baik.

Pandangan ini menggeser narasi lama yang terlalu menyederhanakan usia sebagai satu-satunya faktor penentu. ACOG menekankan pentingnya melihat kehamilan secara individual, seperti riwayat kesehatan, gaya hidup, dan akses perawatan medis jauh lebih menentukan.

Bagi Sahabat Fimela, perspektif ini memberi gambaran bahwa kehamilan bukan perlombaan melawan usia, melainkan proses yang perlu dipahami secara personal, dengan dukungan profesional yang tepat.

5 dari 6 halaman

4. Strategi Medis dan Gaya Hidup demi Kehamilan Lebih Aman

4. Strategi Medis dan Gaya Hidup demi Kehamilan Lebih Aman./Copyright unsplash/Sylwia Bartyzel

ACOG merekomendasikan beberapa langkah penting bagi ibu hamil di atas usia 35 tahun. Di antaranya adalah skrining genetik prenatal, penggunaan aspirin dosis rendah bagi yang memiliki faktor risiko preeklampsia, serta USG tambahan untuk memantau perkembangan janin.

Pilihan gaya hidup sehari-hari juga memiliki dampak besar. Pola makan bergizi, aktivitas fisik teratur, tidak merokok, dan pengelolaan penyakit kronis menjadi fondasi penting kehamilan yang sehat.

Di usia matang, banyak perempuan justru lebih disiplin dalam merawat diri. Kesadaran ini menjadi aset berharga karena kehamilan di usia 35+ sering kali dijalani dengan tanggung jawab dan perhatian yang lebih mendalam terhadap kesehatan diri dan janin.

6 dari 6 halaman

5. Manfaat yang Jarang Dibicarakan tentang Kehamilan Usia Matang

5. Manfaat yang Jarang Dibicarakan tentang Kehamilan Usia Matang./Copyright unsplash.com/ryan franco

Di balik daftar risiko, kehamilan setelah usia 35 tahun menyimpan manfaat yang kerap terabaikan. Studi dalam JAMA Health Forum menunjukkan bahwa perempuan yang memasuki usia 35 tahun justru menerima perawatan prenatal yang lebih optimal dan memiliki hasil kehamilan yang baik.

Penelitian lain dalam jurnal Menopause menemukan kaitan antara usia ibu yang lebih tua saat melahirkan dengan panjang telomer yang lebih besar, yaitu indikator biologis yang sering dikaitkan dengan harapan hidup lebih panjang.

Tak hanya itu, studi di Journal of the American Geriatrics Society mengungkap bahwa kehamilan terakhir setelah usia 35 tahun berhubungan dengan kemampuan memori verbal yang lebih baik di kemudian hari. Tubuh dan otak ternyata mampu beradaptasi secara mengejutkan, bahkan memberi manfaat jangka panjang.

Kehamilan setelah usia 35 tahun bukan cerita tentang keberanian melawan waktu, melainkan tentang kesediaan mendengarkan tubuh dan merawat diri dengan lebih penuh kesadaran. Dengan pemantauan medis yang tepat, gaya hidup sehat, serta dukungan emosional yang memadai, perjalanan ini bisa menjadi pengalaman yang aman sekaligus bermakna.