Fimela.com, Jakarta - Menanam kangkung merupakan pilihan yang menarik bagi banyak petani dan pecinta berkebun, terutama karena waktu panennya yang relatif singkat. Namun, menanam kangkung saat musim hujan membawa berbagai tantangan, seperti risiko terjadinya genangan air serta meningkatnya serangan hama. Agar tanaman kangkung Anda tetap sehat dan dapat memberikan hasil panen yang melimpah, diperlukan perawatan serta strategi yang tepat.
Dengan mengikuti panduan yang ada, Anda dapat mengatasi berbagai masalah yang muncul saat musim hujan dan memaksimalkan hasil panen kangkung. Lalu, apa saja Tips agar Tanaman Kangkung Subur dan Cepat Dipanen untuk Musim Hujan? Mengutip dari berbagai sumber, Selasa (24/12), berikut adalah informasi yang perlu Anda simak.
1. Pemilihan Bibit Kangkung Unggul
Pemilihan bibit yang sesuai adalah langkah awal yang sangat penting untuk memperoleh tanaman kangkung yang tidak hanya kuat dan subur, tetapi juga cepat panen, terutama saat musim hujan tiba. Bibit berkualitas tinggi akan lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan memiliki potensi pertumbuhan yang maksimal. Beberapa karakteristik bibit kangkung yang sehat dan unggul meliputi fisik yang sempurna, tanpa bopeng, serta bebas dari bekas gigitan serangga. Untuk memastikan kualitas bibit tersebut, Anda dapat melakukan uji sederhana. Caranya, tekan bibit secara perlahan; jika bibit tersebut mudah hancur, itu menandakan bahwa kualitasnya sudah buruk. Metode lain yang bisa digunakan adalah dengan memasukkan bibit ke dalam wadah berisi air, di mana bibit yang sehat akan tenggelam.
Pilihlah benih kangkung yang telah bersertifikat dan terjamin bebas dari hama serta penyakit agar risiko kegagalan dapat diminimalisir. Di pasaran, Anda akan menemukan berbagai varietas kangkung unggulan yang bisa dijadikan pilihan, seperti kangkung Bangkok, Bika, Bisi, dan Serimpi. Kangkung Bangkok, misalnya, terkenal dengan daunnya yang lebar dan dapat dipanen sekitar 20 hari setelah ditanam, dengan tinggi rata-rata antara 20-30 cm. Di sisi lain, varietas kangkung Bisi memiliki pertumbuhan yang tegak dan seragam, serta mampu beradaptasi dengan baik di berbagai ketinggian, baik dataran tinggi maupun rendah, sehingga menjadikannya pilihan yang fleksibel untuk berbagai kondisi lahan.
2. Persiapan Lahan atau Media Tanam yang Tepat
Persiapan lahan yang tepat merupakan langkah penting untuk mendukung pertumbuhan kangkung secara optimal, terutama saat musim hujan. Jika kondisi lahan tidak sesuai, hal ini dapat mengakibatkan genangan air yang berlebihan, sehingga dapat merusak tanaman. Oleh karena itu, tanah harus digemburkan dengan mencangkul dan meratakannya kembali. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa tingkat keasaman (pH) tanah berada di antara 5,5 hingga 6,5, karena ini adalah pH yang ideal untuk pertumbuhan kangkung.
Untuk menghindari terjadinya genangan air di musim hujan, disarankan untuk membuat bedengan atau gundukan tanah. Lebar bedengan sebaiknya berkisar antara 100 hingga 120 cm dengan tinggi sekitar 30 cm, serta jarak antar bedengan harus sekitar 30 cm. Selain itu, pengapuran menggunakan dolomit dapat dilakukan 2 hingga 4 minggu sebelum penanaman, untuk menyesuaikan pH tanah dan menyediakan nutrisi tambahan yang diperlukan tanaman. Bagi Anda yang memilih untuk menanam kangkung dalam pot atau polybag, media tanam yang direkomendasikan adalah campuran tanah gembur, kompos, serta sekam atau cocopeat dengan perbandingan 1:1:1. Campuran ini sangat dianjurkan karena dapat menahan air dengan baik sambil tetap memiliki drainase yang efisien, sehingga mencegah akar kangkung terendam terlalu lama dan mengalami pembusukan.
3. Pemupukan yang Optimal dan Tepat Waktu
Pemupukan yang dilakukan secara tepat dan teratur memiliki peranan yang sangat krusial dalam mendukung pertumbuhan kangkung yang subur serta mempercepat masa panen, terutama pada musim hujan ketika nutrisi yang ada di dalam tanah cenderung mudah hilang. Untuk pupuk dasar, Anda bisa menggunakan pupuk kandang atau kompos yang ditaburkan di atas bedengan dengan jumlah sekitar 10 ton per hektare, dan biarkan selama 2 hingga 3 hari sebelum melakukan penanaman.
Sementara itu, untuk pemupukan lanjutan, Anda dapat memberikan campuran antara pupuk urea dan pupuk organik ketika usia tanaman kangkung mencapai 1-2 minggu, dengan dosis yang disarankan sekitar 3 liter per hektare. Pupuk kandang, terutama kotoran ayam yang sudah matang, sangat dianjurkan karena lebih cepat terurai dan memiliki kandungan nutrisi yang ideal untuk tanaman kangkung yang memiliki siklus panen yang relatif cepat.
Jika Anda melihat bahwa tanaman kangkung tampak kurang subur atau daunnya mulai menunjukkan warna pucat, hal ini bisa menjadi tanda bahwa tanaman tersebut mengalami kekurangan nutrisi. Dalam situasi seperti ini, penting untuk memberikan pupuk tambahan berupa pupuk organik yang kaya akan nitrogen atau pupuk kotoran ayam yang sudah matang dan dicampur dengan sekam atau kompos. Pemberian pupuk tambahan ini akan sangat membantu dalam mengembalikan kesuburan tanaman dan mendorong pertumbuhan yang lebih optimal.
4. Jarak Tanam yang Sesuai
Menentukan jarak tanam yang ideal adalah aspek penting untuk memastikan bahwa setiap tanaman kangkung dapat memperoleh nutrisi, sinar matahari, dan ruang yang cukup agar dapat tumbuh dengan baik. Jika jarak tanam terlalu dekat, hal ini dapat mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi dan cahaya, yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menanam kangkung, Anda dapat membuat lubang atau garis sedalam sekitar 5 cm, dengan jarak antar garis bedengan sekitar 20 cm. Dalam setiap lubang tanam, Anda dapat menempatkan 2-5 biji kangkung. Metode ini terbukti efektif dalam mencapai kerapatan tanaman yang sesuai.
Apabila Anda memilih untuk menanam kangkung darat atau kangkung cabut, biji dapat disebar langsung ke bedengan dengan jarak tanam sekitar 2-3 cm per tanaman. Pendekatan ini sangat efisien untuk menghemat ruang dan memaksimalkan penggunaan lahan, sehingga sangat cocok untuk budidaya dalam skala besar atau pada lahan yang terbatas. Jika menggunakan sistem tugal, Anda perlu membuat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 5 cm dan jarak antar lubang 15-20 cm. Selanjutnya, masukkan 3-5 biji kangkung ke dalam setiap lubang. Jarak tanam yang tepat ini akan membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit di antara tanaman serta memastikan sirkulasi udara yang baik, yang sangat penting terutama di musim hujan untuk mencegah kelembapan berlebih.
5. Pengelolaan Air dan Drainase yang Baik
Kangkung merupakan tanaman yang sangat menyukai lingkungan lembab dan idealnya ditanam pada musim hujan. Namun, perlu diingat bahwa genangan air yang berlebihan bisa menjadi ancaman serius bagi pertumbuhannya. Meskipun kangkung dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab dan bahkan dalam kondisi tergenang air, genangan yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan akar tanaman membusuk dan daun menjadi kuning. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengelolaan air dan sistem drainase yang efektif.
Untuk menjaga kesehatan tanaman kangkung, sangat penting untuk memastikan adanya parit di sekitar bedengan atau area tanam. Parit ini berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air hujan, sehingga dapat mencegah genangan yang berpotensi merusak tanaman. Dengan sistem drainase yang baik, akar kangkung tidak akan terendam terlalu lama, yang pada gilirannya mengurangi risiko terjadinya busuk akar serta penyakit lain yang disebabkan oleh kelembaban yang berlebihan. Di musim hujan, frekuensi penyiraman kangkung dapat dikurangi atau bahkan dihentikan, tergantung pada kondisi kelembaban tanah yang ada.
Selalu penting untuk memeriksa kelembaban tanah sebelum melakukan penyiraman, agar terhindar dari risiko overwatering. Meskipun kangkung memiliki toleransi terhadap genangan, bedengan yang dibuat tidak perlu terlalu tinggi, namun perhatian terhadap sistem drainase tetap harus diutamakan untuk menjaga keseimbangan kelembaban. Dengan langkah-langkah ini, Anda dapat memastikan pertumbuhan kangkung yang optimal meskipun dalam kondisi cuaca yang tidak menentu.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Musim hujan yang disertai dengan kelembaban tinggi sering kali menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit pada tanaman kangkung. Meskipun kangkung dikenal sebagai tanaman yang mudah ditanam dan cukup tahan terhadap hama, kondisi lahan yang tidak ideal atau cuaca yang buruk dapat membuat tanaman ini lebih rentan.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengendalian yang proaktif untuk melindungi tanaman tersebut. Beberapa jenis hama yang sering menyerang kangkung antara lain bekicot, ulat grayak, dan kutu daun (aphid). Bekicot dapat merusak bagian daun dan batang, sedangkan ulat grayak dapat menyebabkan kerusakan pada daun dengan membuat lubang-lubang akibat aktivitas makannya. Selain hama, ada juga penyakit yang harus diwaspadai, seperti karat putih (Albugo ipomoeae-panduratae) dan bercak daun. Penyakit karat putih diketahui peka terhadap fungisida seperti Dithane M-45.
Pengendalian terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara mekanis, contohnya dengan mengumpulkan dan memusnahkan hama secara langsung, atau mencabut tanaman yang sudah terinfeksi parah untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Menjaga kebersihan area tanam juga sangat krusial untuk mengurangi tempat persembunyian hama. Jika serangan hama sudah sangat parah dan tidak bisa diatasi dengan metode mekanis, penggunaan pestisida bisa dipertimbangkan. Namun, penting untuk selalu mengikuti dosis dan petunjuk penggunaan yang dianjurkan agar dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan dapat diminimalkan.
7. Panen Secara Bertahap
Kangkung bisa dipanen mulai 25–30 hari setelah tanam. Memanen sebagian daun secara rutin akan merangsang pertumbuhan tunas baru.
Hindari memanen seluruh tanaman sekaligus agar tanaman tetap hidup dan bisa berproduksi kembali. Metode panen bertahap membantu mendapatkan daun segar lebih lama.
Dengan panen rutin, tanaman tetap subur, cepat menghasilkan daun baru, dan panen bisa dilakukan beberapa kali dalam satu musim.