Sukses

Beauty

Faktor Yang Menyebabkan Anthony Ginting Mengalami Kram Saat Bertanding

Pebulutangkis tunggal Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting harus menelan kekalahan secara dramatis karena mengalami kram kronis di kaki kiri.

Pada akhir gim ketiga partai kesatu final beregu putra Asian Games 2018 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (22/8/2018), Anthony sudah tidak sanggup lagi melawan wakil pertama China, Shi Yuqi. Alhasil ia terpaksa mundur dalam kedudukan 21-14, 21-23, 20-21 dan dinyatakan kalah.

Menurut dr. Grace Tumbelaka, Sp.KO, Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedoteran Olahraga, kram atau cidera saat berolahraga, selain disebabkan karena kurang pemanasan, bisa pula karena kekurangan cairan dan elektrolit. Karenanya, penting untuk menjaga asupan cairan sebelum, selama dan setelah berolahraga.

“Kalau mau hasilnya maksimal, sebelum berolahraga harus dipersiapkan dengan baik,” tandas dr. Grace, saat ditemui beberapa waktu lalu oleh tim vemale.

Menurutnya, intensitas olahraga terbagi menjadi ringan, sedang dan berat. Olahraga intensitas berat bersifat endurance (latihan kardio), dengan intensitas 76% dari heart rate (HR) maksimal. “Bila di aplikasikan pada penguatan, intensitas sedang berarti 60-80% repetisi maksimal,” ujarnya.

Air sendiri menepati urutan terbawah di Tumpeng Gizi. Artinya, cairan adalah nutrisi yang paling banyak kita butuhkan. Fungsi cairan antara lain mengatur suhu tubuh, melancarkan aliran darah dengan menjaga volume darah dan mengatur sistem kardiovaskular, membuang racun dan sisa makanan, membantu sistem pernafasan serta menjaga kelembaban dan tekstur kulit. “Air adalah bagian dari tubuh, bukan sesuatu yang bisa diabaikan,” tegas Dr. Elvina, M.Sc., Sp.GK, Ph.D, Direktur Micronutrient Initiative.

Haus adalah tanda bahwa tubuh sudah kekurangan cairan (dehidrasi). Tubuh memiliki mekanisme untuk menjaga keseimbangan cairan. “Saat cairan keluar tanpa diikuti keluarnya natrium (Na), maka cairan dari sel akan masuk ke pembuluh darah,” terang Dr. Elvina, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI). Inilah yang akan memicu terjadinya rangsangan haus.

Secara alami, cairan keluar dari tubuh melalui urin, kulit (keringat) dan uap nafas. Aktivitas tinggi dan suhu tinggi (panas) akan menambah pengeluaran cairan dari tubuh. Untuk menilai kadar cairan tubuh, bisa dilihat melalui warna urin. “Bila terhidrasi dengan baik, warna urin hampir bening,” ujar Dr. Elvina. Kurang cairan berat ditandai dengan warna urin yang pekat: kuning tua hingga coklat. Ini bisa menjadi patokan urin di pagi hari.

Cairan yang hilang harus diganti (rehidrasi). Pada dehidrasi ringan, di mana terjadi pengurangan cairan 10% BB), dibutuhkan infus agar cairan langsung masuk ke pembuluh darah. Dehidrasi ringan bisa cepat berkembang menjadi sedang-berat pada kondisi tertentu, misalnya diare berat atau muntaber pada anak. Pada kondisi sehari-hari, biasanya cukup dengan minum. Secara alami, kita memiliki kemampuan untuk mengganti cairan yang hilang.

Baca Juga: https://m.liputan6.com/amp/3625732/bulu-tangkis-asian-games-2018-indonesia-harus-akui-keunggulan-tiongkok

Penyerapan cairan, dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung dan rata-rata penyerapan cairan melalui dinding usus halus. Minuman “suam-suam dingin” yakni bersuhu 10-15oC akan lebih mudah diserap dalam lambung.

Adapun tipe dehidrasi dibedakan menjadi tiga: hipertonik, isotonik dan isotonik. Hipertonik berarti air yang hilang lebih banyak daripada Na, sehingga kadar Na tinggi. Pada isotonik, air dan Na yang hilang jumlahnya sama. Sedangkan hipotonik, Na yang hilang lebih banyak daripada air.

(vem/asp)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading