Sukses

Entertainment

Sophia Latjuba Cerita Soal Kakek, Bukan Ariel Noah

Fimela.com, Jakarta Jika sebelumnya selalu dibicarakan soal hubungannya dengan Ariel Noah, Sophia Latjuba berbagi cerita lain. Kali ini ia memberi informasi sepenggal kisah hidup kakeknya, Mahmud Lamako Latjuba. Siapa dia?

"Mengenang kakek ❤," tulis Sophia Latjuba yang dibubuhi emoticon 'cinta' dalam akun Instagramnya, Rabu (20/1/2016).

Melalui akun Instagramnya, Sophia Latjuba memosting potret hitam putih kakeknya. Tak hanya dekat dengan tokoh pergerakan Hos Tjokroaminoto, tapi juga dengan Mohammad Roem, Soekarno, Syarifudin Prawiranegara, dan lain-lain.

Foto profil Sophia Latjuba di acara Jakarta Fashion Week 2016 (Andy Masela/bintang.com)

"Lahir pada tanggal 2 Mei 1909 di Una-una, Sulawesi Tengah. Beliau adalah anak keturunan Arab yg sdh sejak lama bermukim di nusantara. Sejak muda, Latjuba meninggalkan kampung halamannya utk menuntut ilmu di Yogyakarta. Mula pertama datang ke Yogyakarta, beliau tinggal di di rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Dari Tjokroaminoto, Latjuba banyak menimba ilmu organisasi dan berkenalan dengan tokoh politik seperti Mohammad Roem, Soekarno, Syarifudin Prawiranegara, Kasman Singodimedjo," ungkap Sophia.

Sophia menjelaskan, pada 1925, Latjuba bergabung dengan Jong Islamieten Bond (JIB) yang didirikan antara lain oleh Syamsurizal, Moehammad Koesban, dan Soedewo. Ia juga bergabung dengan Moeslim Broederschaap yang didirikan oleh Minhadjurrahman Djojosoegito dan Moehammad Hoesni pada tahun yang sama.

"Tahun 1932, beliau melanjutkan sutdi di Jurusan Sospol Universitas Lahore, India. Tahun 1937, beliau kembali ke Yogyakarta dan tinggal di rumah H. Zarkasyi, salah satu tokoh Persyarikatan Muhammadiyah kala itu. Beliau kemudian menikah dengan gadis pilihannya bernama Siti Fatihah. Dari pernikahannya ini beliau dikaruniai lima orang anak," lanjut Sophia.

Sophia Latjuba cerita soal kakeknya (Instagram/@sophia_latjuba88)


Pada 1952, Latjuba diangkat menjadi sebagai Kuasa Usaha (Charge d’Affairs ad Interim) dengan gelar Duta Luar Biasa dan Menteri Berkuasa Penuh untuk memimpin Kedutaan Besar Republik Indonesia di Karachi (Pakistan).  Pada 1956, ia dipindah tugas dan menjadi Duta besar RI untuk Mesir. Pada tahun ini, ia mengajak tokoh-tokoh Indonesia di Kairo untuk mendukung berdirinya Sekolah Indonesia Cairo (SIC) di kawasan Dokki, Giza, Cairo.

Dalam Muktamar GAI pada 1973 di Purwokerto, beliau ditetapkan sebagai Ketua III PB GAI. Pada Jalsah tahun 1975, beliau menawarkan diri membantu Ketua Umum saat itu, H. M. Bachroen, untuk menerjemahkan The Holy Qur’an karya Maulana Muhammad Ali. Ia menerjemahkannya dimulai dari surat-surat juz amma.

Sayang sekali, ia tidak dapat melanjutkan pekerjaan itu, karena pada 1975 ia dipanggil oleh Allah Ta’ala. Mahmud Lamako Latjuba wafat pada tanggal 7 Desember 1975 di Jakarta dalam usia 66 tahun. "Sumbangsih beliau bagi GAI dan bangsa Indonesia pada umumnya semoga selalu dikenang dan diteladani oleh kita semua," tulis Sophia Latjuba.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading