Sukses

Entertainment

5 Alasan Film Enak Tho Zamanku Hanya untuk 21 Tahun Lebih

Fimela.com, Jakarta Film Enak Tho Zamanku bakal diputar di bioskop mulai Kamis, 12 April 2018. Film ini dibintangi artis-artis muda yang sedang naik daun, seperti Ismi Melinda, Panji Addiemas, Ratu Erina, Eko Xamba, dan Ananda George. Mereka beradu akting dengan artis-artis senior seperti Soultan Saladin, Dolly Marten, Otig Pakis, Yurike Prastika, dan Riza Pahlawan.

Film yang mengambil judul dari jargon yang populer di tengah masyarakat seusai Pak Harto lengser sebagai presiden Piye Kabare, Enak Tho Jamanku? Piye Kabare ini mendekati proses akhir produksi. Film yang disutradarai oleh mantan jurnalis, Akhlis Suryapati ini, saat ini tengah dalam proses editing dan memasukkan musik.

 

Setelah penyerangan brutal atas Pinuntun (Dolly Martin) dan juru goreng Mbah Mangun (Otig Pakis), manajemen Area Warisan Keluarga berada di bawah kendali Saladin (Soultan Saladin). Datang Darmo Gandul (Panji Addiemas) kembali dari pencarian jatidiri.

Darmo Gandul bertemu dengan Retno (Ismi Melinda), pelacur pemberani yang ingin menyelamatkan adiknya dari korban jaringan penjualan wanita ke negeri seberang. Darmo Gandul juga menemukan kenyataan, Area Warisan Keluarga keluarganya kini dijadikan kartel kejahatan.

 

Darmo Gandul harus berhadapan dengan gerombolan GatoLoco (Eko Xamba), kaki tangan Saladin. Tetapi kekuasaan dan jaringan kejahatan Saladin, ternyata tidak sesederhana dibayangkan orang. Ada penjahat dan agen-agen, yang menjadi bagian dari matarantai organisasi global, tengah menciptakan grand design untuk menjadikan Saladin sebagai seorang Penguasa melalui politik yang dibangun lewat kejahatan.

Film ini dikhususkan untuk 21 tahun lebih. Tentu ada alasan khusus mengapa film Enak Tho Zamanku dikemas untuk kalangan penonton dewasa. Simak berikut 5 alasannya.

 

 

1. Konflik Politik

Karakter para tokoh, serta adegan-adegan dan dialog-dialog dalam film ini, bisa cepat ditangkap sebagai simbol-simbol peristiwa yang memaparkan kondisi tertentu dari kondisi sosial-politik kekinian. Jika penonton tak memahami susasa politik Indonesia tentu akan sulit memahami kisah film ini.

 

 

2. Adegan Kekerasan

Pertarungan antar pemain dalam film ini sangat vulgar. Tak cuma berlaga dengan berbagai jurus, ada adegan-adegan pertempuran yang menggunakan senjata. Tentu adegan ini tidak baik jika ditonton oleh remaja apalagi anak-anak.

 

 

3. Peredaran Narkoba

Diantara perjanjian politik yang ditayangkan di film ini, salah satu kesepatakan yang digunakan adalah pembagian wilayah peredaran narkoba. Narkoba menjadi momok untuk generasi muda, jika anak-anak atau remaja melihat narkoba begitu bebas digunakan tentu bukan hal baik untuk ditiru.

 

4. Multi Tafsir

Menurut produser film ini, Qdemank Sonny Pudjisasoni dari Midessa Pictures, kehadiran film ini segera diantisipasi karena multi tafsir. “Karena ini film yang multi tafsir. Ada yang bilang ini film tentang Pak Harto. Ada yang bilang ini film tentang Komedi, dan ada juga yang bilang ini film Drama. Jadi Silakan di tafsirkan sendiri,” kata Ketua Umum Perfiki ini.

 

5. Adegan Seksual

Karena salah satu tokoh dan cerita yang dihadirkan adalah tentang dunia prostitusi, maka adegan ranjang tak bisa dihindari. Bisa dibilang, adegan ranjang di film Enak Tho Jamanku tak cuma adegan ranjang yang manis, namun ada beberapa adegan seksual yang menggunakan kekerasan. Jadi wajar jika film ini hanya untuk 21 tahun lebih.

QDemank Sonny berharap, film ini akan memberi pencerahan pada masyarakat dalam menyikapi kekuasaan, tanpa harus tendensius mengkultuskan zaman tertentu. Judulnya Enak Tho Zamanku, bukan Enak Zamanku Tho. “Terlepas dari berbagai kemungkinan adanya penafsiran macam-macam, film ini sangat menghibur, seru, dan segar-berisi,” ujarnya saat screening film Enak Tho Jamanku di PPHUI, Kuningan, Jakpus, Selasa (10/4/2018)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading