Sukses

FimelaMom

Cara Tepat Menghadapi dan Mengatasi Silent Treatment pada Anak

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah merasa bingung saat si kecil tiba-tiba diam dan menjauh setelah dimarahi? Kenapa anak memilih diam dari pada bicara? Apakah itu bentuk protes atau sekadar cara mereka melindungi diri? Atau bisa saja itu pertanda bahwa mereka sedang kesulitan mengungkapkan perasaan.

Silent treatment adalah bentuk komunikasi pasif yang bisa muncul saat anak merasa kesal, kecewa, atau tidak tahu cara mengekspresikan emosinya. Jika tidak ditangani dengan tepat, kebiasaan ini bisa mengganggu hubungan komunikasi antara orangtua dan anak.

Diamnya anak bukan untuk diabaikan, melainkan untuk dipahami. Agar komunikasi kembali terbuka, yuk kenali langkah-langkah tepat yang bisa dilakukan orangtua saat menghadapi silent treatment.

Cara Orang Tua Menghadapi Silent Treatment pada Anak

Menghadapi anak yang tiba-tiba diam dan menutup diri memang bisa membuat orangtua merasa bingung, bahkan frustrasi. Namun, di balik sikap diam itu, sering kali tersembunyi perasaan yang belum mampu mereka ungkapkan. Daripada terburu-buru menuntut penjelasan, penting bagi orangtua untuk memahami makna diam tersebut.

1. Kenali Penyebab Diamnya Anak

Diam bukan berarti tidak peduli. Anak bisa memilih diam karena merasa tidak aman secara fisik, takut dimarahi, atau bingung dengan perasaan yang sedang ia alami. Tugas kita adalah membantu mereka mengenali emosi tersebut.

2. Berikan Ruang, tapi Tetap Hadir

Memberikan ruang bukan berarti membiarkan anak sendirian, melainkan memberi mereka kesempatan untuk menenangkan diri. Saat anak memilih diam, orangtua bisa menunjukkan kehadiran lewat tindakan sederhana seperti menemani tanpa banyak bicara atau menyentuh lembut bahunya. Kehadiran yang tenang dan tidak menghakimi ini akan membantu anak merasa aman, sehingga ketika mereka siap, mereka tahu bahwa ada tempat yang nyaman untuk kembali bercerita.

3. Gunakan Kalimat yang Menenangkan

Alih-alih bertanya “Kenapa kamu diam?”, cobalah kalimat seperti “Mama tahu kamu lagi tidak mau bicara sekarang, tapi Mama di sini kalau kamu butuh teman cerita, ” Kalimat ini memberi rasa aman dan menunjukkan bahwa perasaan mereka dihargai. Dengan cara ini, anak merasa didukung dan lebih mungkin membuka diri secara perlahan.

4. Jadilah Contoh dalam Mengelola Emosi

Anak adalah peniru ulung, terutama dalam hal mengelola emosi. Ketika orangtua menunjukkan sikap tenang, terbuka, dan penuh pengertian saat menghadapi konflik, anak akan belajar dari rasa kecewa bisa diselesaikan tanpa harus saling diam. Sebaliknya, jika orangtua membalas dengan silent treatment, anak bisa menganggap bahwa diam adalah cara untuk menghindari masalah. Maka, penting untuk membentuk pola komunikasi yang sehat dalam keluarga.

Cara Mengatasi Silent Treatment pada Anak

Mengatasi silent treatment dari anak membutuhkan pendekatan yang lembut dan penuh kesadaran emosional. Orang tua perlu memahami bahwa diamnya anak bukan bentuk pembangkangan, melainkan sinyal bahwa mereka sedang kesulitan mengelola perasaan. Daripada terburu-buru menuntut penjelasan, penting untuk menciptakan ruang yang memungkinkan anak merasa didengar dan dihargai.

1. Tenangkan Diri dan Hindari

Saat anak memilih diam, orang tua perlu menahan diri untuk tidak bereaksi secara kesal. Mengelola emosi pribadi adalah langkah awal yang krusial agar tidak memperburuk suasana. Dengan sikap tenang, anak merasa lebih nyaman untuk membuka diri tanpa tekanan.

2. Ajak Anak Beraktivitas Nonverbal

Menggambar, bermain, atau membaca buku bersama bisa menjadi jembatan untuk membuka komunikasi. Aktivitas ini membantu anak merasa nyaman dan perlahan membuka diri tanpa harus langsung bicara.

3. Bantu Anak Mengenali

Emosi yang Mereka RasakanSetelah anak mulai terbuka, bantu mereka menamai perasaan yang dialami. Ajarkan bahwa marah, kecewa, atau sedih adalah hal yang wajar, dan ada cara sehat untuk mengekspresikannya.

4. Jangan Balas dengan Silent Treatment

Membalas diam dengan diam hanya akan memperpanjang jarak perasaan antara orang tua dan anak. Anak bisa menganggap bahwa menghindari komunikasi adalah cara yang wajar untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, tunjukkan sikap terbuka dan penuh kasih agar anak belajar bahwa konflik bisa diselesaikan dengan dialog dan pengertian.

Moms, diamnya anak bukan berarti mereka menjauh, tapi bisa jadi mereka sedang mencari cara untuk dipahami. Di balik keheningan itu, ada harapan, pengertian, dan ruang untuk bercerita. Dengan kasih sayang dan kehadiran yang tulus, kita bisa menjadi tempat pulang terbaik bagi anak, kapan pun mereka siap membuka hati.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading