Sukses

FimelaMom

Mengenal Permissive Parenting yang Perlu Dipahami Orangtua Modern

ringkasan

  • Permissive parenting dicirikan oleh dukungan tinggi namun kontrol minimal, di mana orang tua berperan lebih sebagai teman daripada figur otoritas.
  • Dampak negatif pola asuh permisif seringkali meliputi kurangnya disiplin diri dan kesulitan regulasi emosi pada anak, meskipun ada potensi peningkatan kreativitas dan harga diri.
  • Para ahli umumnya tidak merekomendasikan pola asuh permisif karena berisiko menghambat perkembangan anak dalam regulasi diri dan pengambilan keputusan yang baik.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, memahami gaya pengasuhan adalah kunci dalam membentuk karakter anak. Salah satu gaya yang sering menjadi perbincangan adalah permissive parenting, sebuah pendekatan yang dikenal dengan kehangatan namun minim batasan. Pola asuh ini menempatkan orang tua sebagai sosok yang sangat responsif terhadap kebutuhan anak, namun cenderung menghindari penetapan aturan yang ketat.

Pola asuh permisif, atau sering disebut juga pola asuh longgar, dicirikan oleh tingginya tingkat dukungan dan responsivitas orang tua. Namun, di sisi lain, struktur dan kontrol yang diberikan kepada anak justru sangat minim. Orang tua dengan gaya ini seringkali lebih menyerupai teman bagi anak-anak mereka, daripada figur otoritas yang memberikan bimbingan tegas.

Gaya pengasuhan ini memiliki ciri khas berupa keengganan orang tua untuk menetapkan batasan yang jelas dan konsisten. Mereka membiarkan anak mengatur sebagian besar perilaku dan pilihan mereka sendiri, dengan harapan dapat mendorong kemandirian. Namun, pendekatan ini tentu membawa serangkaian dampak yang perlu kita pahami bersama.

Mengenali Traits Khas Orang Tua dengan Permissive Parenting

Orang tua yang menerapkan permissive parenting menunjukkan beberapa karakteristik utama yang membedakan mereka dari gaya pengasuhan lainnya. Mereka adalah sosok yang sangat menyayangi dan responsif terhadap kebutuhan emosional anak-anak. Dukungan dan kenyamanan selalu menjadi prioritas utama dalam interaksi sehari-hari.

Namun, ciri paling menonjol dari pola asuh ini adalah minimnya batasan dan aturan yang jelas. Jika pun ada, penegakannya seringkali tidak konsisten, bahkan cenderung diabaikan. Lingkungan rumah yang kurang terstruktur dan minim rutinitas juga menjadi bagian dari gambaran umum pola asuh permisif ini.

Orang tua permisif cenderung menghindari konfrontasi dan jarang menerapkan tindakan disipliner. Mereka mungkin khawatir bahwa batasan atau hukuman akan merusak hubungan baik dengan anak. Akibatnya, mereka sering mengalah pada permintaan anak, bahkan menggunakan suap seperti hadiah atau makanan agar anak berperilaku sesuai keinginan.

Mereka juga memiliki ekspektasi yang rendah terhadap kematangan dan kontrol diri anak, serta menekankan kebebasan anak di atas tanggung jawab. Kata "tidak" menjadi sangat jarang diucapkan, membuat mereka kesulitan menolak permintaan anak dan sering bertindak lebih seperti teman daripada figur orang tua.

  • Kehangatan dan responsivitas tinggi terhadap kebutuhan anak.
  • Minimnya batasan, aturan, dan ekspektasi yang jelas.
  • Lingkungan rumah yang tidak terstruktur dan kurang rutinitas.
  • Menghindari konfrontasi dan jarang menerapkan disiplin.
  • Cenderung memanjakan anak dan mengalah pada permintaan.
  • Menekankan kebebasan anak daripada tanggung jawab.
  • Bertindak lebih seperti teman daripada figur otoritas.
  • Jarang mengatakan "tidak" dan kesulitan menolak permintaan.
  • Mungkin menggunakan suap (hadiah/makanan) untuk mengatur perilaku.
  • Ekspektasi rendah terhadap kematangan dan kontrol diri anak.

Impacts Permissive Parenting pada Perkembangan Anak

Dampak dari permissive parenting pada anak dapat bervariasi, meliputi aspek negatif dan, dalam beberapa kasus, positif. Memahami dampak ini penting agar Sahabat Fimela dapat menimbang pendekatan pengasuhan yang paling tepat. Kurangnya batasan dan ekspektasi yang konsisten seringkali berujung pada beberapa tantangan serius bagi anak.

Anak-anak yang diasuh dengan gaya permisif cenderung kesulitan dalam hal disiplin diri dan regulasi emosi. Mereka mungkin menunjukkan perilaku impulsif atau agresif karena tidak terbiasa dengan batasan. Keterampilan sosial mereka juga bisa terganggu, membuat mereka menjadi egois, menuntut, dan kesulitan berempati atau berbagi dengan orang lain.

Selain itu, performa akademik anak bisa menurun karena kurangnya struktur dan tuntutan belajar. Mereka juga mungkin kurang memiliki rasa hormat terhadap figur otoritas, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Studi bahkan menunjukkan peningkatan risiko perilaku berisiko seperti penyalahgunaan zat dan kenakalan remaja pada anak-anak dari orang tua permisif.

Namun, di tengah potensi dampak negatif, ada juga beberapa potensi manfaat. Anak-anak dari orang tua permisif terkadang menunjukkan harga diri yang lebih tinggi dan kreativitas yang meningkat. Kebebasan yang diberikan mendorong mereka untuk menjelajahi minat dan ide-ide baru, serta mengembangkan kemandirian dalam mengambil keputusan.

  • Dampak Negatif:
    • Kurangnya disiplin diri.
    • Kesulitan mengatur emosi dan impuls.
    • Keterampilan sosial yang buruk (egois, menuntut).
    • Performa akademik yang rendah.
    • Kurangnya rasa hormat terhadap otoritas.
    • Peningkatan risiko perilaku berisiko (penyalahgunaan zat).
    • Kesulitan pengambilan keputusan.
    • Merasa tidak aman karena minimnya batasan.
    • Potensi masalah berat badan (kurang pengawasan).
    • Perasaan berhak (entitlement).
  • Potensi Dampak Positif:
    • Peningkatan harga diri.
    • Peningkatan kreativitas.
    • Kemandirian dalam membuat keputusan.
    • Keterampilan komunikasi yang terbuka.

Insights dan Penelitian Seputar Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah salah satu dari tiga gaya pengasuhan asli yang pertama kali dijelaskan oleh psikolog perkembangan Diana Baumrind pada tahun 1960-an. Berdasarkan penelitiannya terhadap anak-anak prasekolah, Baumrind mengamati bahwa orang tua permisif "lebih responsif daripada menuntut, tidak tradisional dan lunak, serta menghindari konfrontasi." Ini memberikan info penting tentang asal-usul konsep ini.

Prevalensi pola asuh permisif di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 14% hingga 25% dari total orang tua, berdasarkan studi tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pengasuhan ini cukup umum diterapkan, meskipun dengan berbagai variasi dalam praktiknya. Penelitian terus dilakukan untuk memahami kompleksitas dampak jangka panjangnya.

Meskipun ada beberapa potensi manfaat seperti peningkatan kreativitas, para ahli, termasuk American Psychological Association (APA), umumnya tidak merekomendasikan pola asuh permisif. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan permisif seringkali menghadapi kesulitan dalam regulasi diri, pencapaian rendah, dan pengambilan keputusan yang baik. Ini adalah poin krusial yang perlu diingat oleh setiap orang tua.

Keseimbangan antara dukungan dan bimbingan yang hangat dengan batasan yang jelas dan disiplin yang konsisten sangat penting untuk perkembangan anak yang sehat. Sahabat Fimela, menemukan titik tengah antara responsivitas dan tuntutan adalah kunci untuk membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kontrol diri yang baik.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading