Sukses

FimelaMom

5 Ucapan Orangtua yang Justru Membuat Anak Susah Diatur

Fimela.com, Jakarta Peran orangtua sangat besar dalam membentuk emosi dan karakter anak. Setiap kata yang terucap bisa menjadi dorongan yang menenangkan atau justru melukai. Ketika orangtua sedang marah, sering kali nada bicara menjadi tinggi dan ucapan yang muncul terdengar menyudutkan anak. Meski tidak bermaksud jahat, kata-kata yang melukai hati dapat membuat anak semakin sulit diatur karena ia merasa tidak dipahami.

Dalam momen penuh stres, orangtua mungkin hanya ingin anak segera menurut. Namun kenyataannya, kalimat yang bernada mengancam, menyalahkan, atau membandingkan justru membuat anak merasa tidak aman. Alih-alih memperbaiki perilaku, anak lebih mungkin menunjukkan respons melawan, menjauh, atau justru membeku karena ketakutan. 

Dilansir dari The Mom Psychologist, ada sejumlah ucapan yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak karena dapat mempengaruhi perkembangan mentalnya. Ucapan ini bisa memicu rasa malu, rendah diri, hingga memengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. Orangtua perlu lebih berhati-hati dalam memilih kata terutama saat emosi sedang memuncak. Berikut lima di antaranya yang perlu dihindari dan contoh alternatif ucapan yang lebih tepat.

1. “Kamu bikin Mama/Papa marah!”

Kalimat ini membuat anak bertanggung jawab atas emosi orangtua, seolah kesalahan selalu ada pada dirinya. Padahal setiap orang harus mengelola emosinya sendiri. Anak yang sering merasa disalahkan berisiko mengalami kecemasan dan takut mencoba hal baru karena takut memancing kemarahan.

Alternatif positif:

“Aku lagi merasa marah, jadi aku butuh waktu sebentar untuk menenangkan diri.” Ini tidak hanya melindungi emosi anak, tetapi juga mengajarkan contoh regulasi emosi yang sehat.

2. “Kamu itu bodoh/ceroboh!”

Ucapan yang menyerang karakter anak dapat menjadi suara batin yang terus mereka dengar hingga dewasa. Kritikan keras cenderung membuat anak menghindari tantangan, tidak percaya diri, serta kesulitan menjalin hubungan karena takut dikritik.

Alternatif positif:

“Kita lihat apa yang bisa diperbaiki ya, supaya tidak terulang.” Pendekatan solusi membuat anak belajar dari kesalahan tanpa merasa dirinya buruk.

3. “Kenapa nggak bisa seperti kakak/adik?”

Membandingkan anak dengan saudara kandung menimbulkan persaingan tidak sehat dan bibit kebencian di kemudian hari. Anak yang dibandingkan akan merasa kurang berharga, sementara anak yang diunggulkan bisa merasa tertekan untuk selalu sempurna.

Alternatif positif:

“Aku lihat kamu sudah berusaha, yuk kita tingkatkan lagi sama-sama.” Fokus pada perkembangan unik setiap anak jauh lebih efektif membangun kerja sama.

4. “Jangan ganggu! Sana pergi!”

Kalimat ini sering terlontar saat orangtua sedang sangat lelah. Namun bagi anak, ini bisa berarti penolakan. Anak menjadi bingung kapan boleh mendekat dan kapan tidak, sehingga perilakunya justru tampak semakin menuntut atau semakin menarik diri.

Alternatif positif:

“Aku butuh waktu tenang sebentar ya, nanti kalau Mama/Papa sudah siap kita ngobrol lagi.” Memberi kejelasan membuat anak tetap merasa aman secara emosional.

5. “Kok kamu susah banget sih? Ada apa sih sama kamu?”

Pertanyaan bernada menyalahkan membuat anak defensif dan tidak mau mendengarkan arahan. Perilaku yang dianggap seperti mengganggu sering kali merupakan ekspresi dari kebutuhan yang belum terpenuhi.

Alternatif positif:

“Kita cari cara bersama yuk supaya situasinya lebih baik.” Anak cenderung lebih kooperatif ketika merasa dihargai dan diajak bekerja sama.

Orangtua Juga Perlu Berbelas Kasih pada Diri Sendiri

Tidak ada orangtua yang selalu sempurna. Kita semua pernah terpancing emosi dan mengucapkan hal-hal yang kemudian disesali. Yang terpenting adalah menyadari kesalahan dan memperbaikinya. Anak juga belajar dari cara orangtua meminta maaf dan mencoba lagi.

Dengan mengubah ucapan menjadi lebih lembut dan solutif, anak akan lebih mudah percaya dan mengikuti arahan. Kata-kata yang baik mampu memperkuat ikatan keluarga dan membangun pribadi yang lebih percaya diri. Jangan lupa diterapkan kepada si kecil ya Sahabat Fimela!

Penulis: Siti Nur Arisha

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading