Sukses

FimelaMom

Rahasia Ampuh, Ini 9 Cara Mengatasi Anak GTM

ringkasan

  • Gerakan Tutup Mulut (GTM) adalah kondisi umum anak menolak makan yang sering terjadi antara usia 9 bulan hingga 2 tahun, disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis seperti belum lapar, bosan menu, atau kondisi sakit.
  • GTM yang tidak diatasi berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi, penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan, hingga kondisi <em>failure to thrive</em>.
  • Cara mengatasi anak GTM melibatkan penerapan aturan makan konsisten, menciptakan suasana makan menyenangkan, memvariasikan menu, dan menghindari paksaan atau distraksi.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, apakah si kecil sering menunjukkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) saat waktu makan tiba? Kondisi ini merujuk pada perilaku anak yang menolak makan atau sulit menerima asupan nutrisi. GTM umum terjadi pada anak usia 9 bulan dan sering memuncak saat mereka berusia 2 tahun. Ini tentu menjadi kekhawatiran besar bagi banyak orang tua.

Penolakan makanan ini bisa terlihat dari anak yang menggelengkan kepala saat disuapi, menyemburkan, atau menutup rapat mulutnya. Meskipun tidak selalu ada masalah kesehatan serius, GTM dapat membuat orang tua merasa cemas. Mereka bertanya-tanya mengapa anak mereka tiba-tiba susah makan.

Jangan khawatir, karena ada berbagai strategi efektif untuk mengatasi tantangan ini. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai cara mengatasi anak GTM. Mari kita pahami penyebabnya dan temukan solusi terbaik demi tumbuh kembang optimal si kecil.

Mengapa Anak Melakukan GTM? Pahami Penyebab Umumnya

Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak bisa disebabkan oleh beragam faktor, baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Memahami akar masalahnya adalah langkah pertama dalam menemukan cara mengatasi anak GTM yang tepat dan efektif.

Salah satu penyebab utama adalah anak belum merasa lapar sepenuhnya. Ini bisa terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi camilan atau susu sebelum waktu makan utama. Selain itu, anak juga bisa merasa bosan jika menu makanan yang disajikan monoton atau tidak bervariasi setiap harinya.

Faktor lain yang memicu GTM adalah tekstur makanan yang tidak sesuai dengan usia atau tahapan perkembangannya, terutama saat masa MPASI. Kondisi kesehatan seperti sakit tenggorokan, pilek, sariawan, tumbuh gigi, atau gangguan pencernaan juga dapat menyebabkan anak kehilangan nafsu makan dan menolak makanan.

Pengalaman negatif seperti dipaksa makan, tersedak, atau suasana makan yang tidak menyenangkan bisa menimbulkan trauma. Distraksi lingkungan seperti televisi atau gadget juga sering mengalihkan perhatian anak dari makanannya. Bahkan, perkembangan emosional anak yang mulai ingin mandiri juga bisa menjadi pemicu GTM.

Dampak Serius GTM Jika Tidak Segera Diatasi

Jika Gerakan Tutup Mulut (GTM) dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan yang tepat, ada risiko serius terhadap tumbuh kembang anak. Kekurangan nutrisi menjadi ancaman utama yang dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif si kecil.

Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi penurunan berat badan yang signifikan dan gangguan pertumbuhan. Anak berisiko mengalami defisiensi zat besi, seng, vitamin D, serta nutrien penting lainnya yang krusial untuk kesehatan mereka.

Dalam kasus yang lebih parah, GTM dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai failure to thrive atau gagal tumbuh. Ini adalah situasi di mana anak gagal mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai kurva standar yang ditetapkan oleh WHO. Oleh karena itu, penting bagi Sahabat Fimela untuk segera mencari cara mengatasi anak GTM.

9 Cara Mengatasi Anak GTM: Panduan Praktis untuk Orang Tua

Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) memerlukan kesabaran dan strategi yang konsisten dari orang tua. Berikut adalah beberapa cara mengatasi anak GTM yang bisa Sahabat Fimela terapkan:

  • Terapkan Aturan Makan (Feeding Rules) yang Konsisten: Buat jadwal makan utama (3 kali) dan camilan (2 kali) yang teratur. Batasi waktu makan tidak lebih dari 30 menit. Beri jeda 2-3 jam sebelum makan agar anak benar-benar lapar.
  • Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan: Ajak anak makan bersama keluarga di meja makan. Hindari memaksa atau memarahi anak, jadikan waktu makan sebagai momen interaksi positif.
  • Variasikan Menu dan Sajian Makanan: Tawarkan berbagai jenis makanan dengan rasa dan tekstur yang bervariasi sesuai usia. Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik atau seperti karakter favorit anak untuk memancing selera.
  • Berikan Porsi Kecil: Sajikan makanan dalam porsi kecil agar anak tidak merasa kewalahan. Puji anak meskipun ia hanya makan sedikit untuk membangun motivasi positif.
  • Libatkan Anak dalam Proses Makan: Ajak anak memilih menu, membantu menyiapkan makanan, atau menyajikannya. Keterlibatan ini dapat meningkatkan nafsu makan dan rasa penasaran mereka terhadap makanan.
  • Hindari Distraksi: Jauhkan televisi, gadget, atau mainan saat waktu makan agar anak dapat fokus sepenuhnya pada makanannya.
  • Jangan Memaksa: Jika anak menolak, tawarkan kembali makanan tanpa memaksa setelah 10-15 menit. Jika tetap menolak, hentikan proses makan. Ini membantu anak mengenali rasa lapar dan kenyangnya sendiri serta mencegah trauma makan.
  • Batasi Pemberian Susu dan Minuman Manis: Terlalu banyak susu atau jus buah kemasan dapat membuat anak cepat kenyang dan mengurangi nafsu makan makanan padat yang lebih bergizi.
  • Perkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap: Jika ingin memperkenalkan makanan baru, lakukan secara bertahap dalam jumlah kecil. Anak mungkin membutuhkan beberapa kali paparan sebelum mau mencoba makanan baru.

Kapan Saatnya Berkonsultasi dengan Dokter Anak?

Meskipun GTM seringkali merupakan fase normal, ada beberapa kondisi yang mengharuskan Sahabat Fimela untuk segera berkonsultasi dengan dokter anak. Intervensi medis mungkin diperlukan jika GTM menunjukkan tanda-tanda yang lebih serius.

Segera hubungi dokter jika GTM berlangsung lama dan tidak ada perubahan meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Tanda bahaya lainnya adalah jika berat badan anak menurun atau tidak naik sesuai usia, atau jika anak hanya mau makan kurang dari 20 jenis makanan.

Konsultasi juga diperlukan apabila anak menolak seluruh kelompok makanan (misalnya karbohidrat, protein), tidak mau makan sama sekali selama beberapa hari, atau hanya mau makan makanan dengan merek atau kemasan tertentu. Kecemasan ekstrem terkait makanan atau dugaan masalah sensorik yang membuat anak sangat pilih-pilih tekstur atau warna makanan juga perlu perhatian medis profesional.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading