Tantangan ASI dan Pentingnya Teknologi Pompa Modern

Ibu dan Bayi — Ilustrasi Tantangan ASI dan Pentingnya Teknologi Pompa Modern . (Foto: Unsplash/Ana Tablas)... Selengkapnya

ringkasan

Banyak ibu menghadapi tantangan menyusui seperti nyeri puting, masalah pasokan ASI, kelelahan, dan kurangnya dukungan sosial, yang menyebabkan tingkat menyusui eksklusif di bawah rekomendasi WHO.
Teknologi pompa ASI modern menawarkan solusi inovatif dengan efisiensi, kenyamanan, portabilitas, dan konektivitas canggih, membantu ibu mengatasi berbagai kendala menyusui.
Penggunaan pompa ASI terbukti dapat membantu mempertahankan pasokan ASI, memberikan fleksibilitas bagi ibu, mengatasi masalah khusus, dan secara signifikan memperpanjang durasi menyusui, terutama pada kelompok yang rentan.

Fimela.com, Jakarta Menyusui adalah fondasi penting bagi kesehatan dan kelangsungan hidup anak, namun faktanya, kurang dari separuh bayi di bawah usia 6 bulan disusui secara eksklusif. Angka ini masih jauh dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menekankan pentingnya ASI eksklusif.

dr. Dea Nurmaulidia, IBCLC, CIMI menyampaikan faktor terbesar yang menghambat produksi ASI adalah teknik menyusui yang kurang tepat, khususnya posisi dan pelekatan bayi. Selain itu, pemilihan pompa ASI yang tidak sesuai juga kerap menimbulkan masalah seperti puting lecet hingga pengosongan payudara yang tidak optimal.

"Ibu harus bahagia. Asibuster itu sederhana. Dukungan pasangan, makanan bergizi, hingga bantuan pekerjaan rumah dapat membantu meningkatkan produksi ASI,” hal itu di ungkapkan dr. Dea Nurmaulidia, IBCLC, CIMI, dalam sebuah talk show edukatif tentang menyusui

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada pantangan makanan khusus yang dapat menghambat ASI. Untuk ibu bekerja, dr. Dea menganjurkan pola menyusui langsung (DBF) saat bersama anak dan pumping setiap tiga jam saat di kantor, dengan tambahan sesi opsional di malam hari bila payudara terasa penuh.

Fitur paling penting pada pompa ASI

Perjalanan menyusui seringkali diwarnai berbagai kendala yang dapat membuat ibu merasa tertekan dan bahkan memutuskan untuk berhenti. Salah satu masalah paling umum yang dihadapi adalah nyeri puting dan masalah pelekatan, terutama di awal masa menyusui hingga pemilihan pompa ASI.

Mom Influencer Stefani Gabriela yang hadir dari Surabaya membagikan perjalanannya yang penuh tantangan dalam memberikan ASI. Ia mengaku sempat gagal melakukan direct breastfeeding (DBF) karena kurang persiapan sebagai ibu baru. Namun kegagalan itu tidak membuatnya berhenti. Stefani beralih ke metode pumping sebagai “kesempatan kedua” untuk tetap memberikan ASI kepada anaknya. Perjuangannya tak mudah. Ia mencoba berbagai jenis pompa, mulai dari pompa kabel hingga hands-free.

Kendala teknis, rasa sakit, hingga ASI tersumbat pernah dialaminya. Demi membantu para ibu lain, Stefani kemudian menguji 38 jenis pompa hands-free, mencatat hasilnya satu per satu, dan membagikannya melalui kanal YouTube hingga meraih Rekor MURI untuk ulasan pompa ASI terbanyak.

“Saya ingin para mama tak perlu mengalami kesulitan yang saya alami. Cukup lihat review saya, dan temukan pompa terbaik versi masing-masing,” ungkap Stefani.

Stefani menilai fitur paling penting pada pompa ASI meliputi mode pemompaan, range level hisapan, kenyamanan, teknologi pengosongan optimal, serta ketersediaan garansi dan suku cadang. Ia menekankan bahwa stigma pompa hands-free “hisapannya kurang kuat” sudah tidak relevan.

"Teknologi terbaru, termasuk Air Flow Technology, membuat pompa hands-free mampu bekerja efektif tanpa rasa sakit Mooimom M3 Pro," ujarnya

Dampak Faktor Ibu, Bayi, dan Lingkungan terhadap Durasi Menyusui

Ilustrasi Tantangan ASI dan Pentingnya Teknologi Pompa Modern . (Foto: Unsplash/Hollie Santos)... Selengkapnya

Tidak hanya masalah fisik, faktor kesehatan ibu dan bayi juga berperan besar dalam Tantangan ASI. Kelelahan ekstrem akibat menyusui sesuai permintaan, terutama di malam hari, menjadi alasan umum penghentian menyusui.

Ibu baru juga seringkali mengalami kecemasan karena tidak dapat melihat berapa banyak ASI yang diminum bayi, sehingga merasa khawatir tidak mampu memberikan nutrisi yang cukup. Sementara itu, bayi prematur atau sakit mungkin terlalu lemah untuk menyusu langsung, dan bayi dengan cacat lahir seperti bibir sumbing juga menghadapi kesulitan pelekatan.

Faktor sosial dan lingkungan turut memperberat Tantangan ASI. Kembali bekerja atau sekolah sering dikaitkan dengan penghentian menyusui lebih awal. Kurangnya dukungan dari pasangan, keluarga, dan masyarakat juga berdampak negatif pada inisiasi dan durasi menyusui. Pemasaran pengganti ASI yang tidak tepat juga terus merusak upaya peningkatan tingkat menyusui di seluruh dunia, memperumit Tantangan ASI yang sudah ada.