Sukses

FimelaMom

Batas Aman dan Dampak Tersembunyi Gula, Orangtua Wajib Tahu

ringkasan

  • Organisasi kesehatan merekomendasikan asupan gula bebas untuk anak-anak dibatasi kurang dari 10% dari total asupan energi harian
  • Konsumsi gula berlebihan pada anak dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti obesitas, kerusakan gigi, serta meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung di kemudian hari.
  • Gula berlebih juga berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan perilaku anak, termasuk gangguan memori, kesulitan belajar dan konsentrasi, perubahan suasana hati, serta potensi kekurangan nutrisi penting.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, siapa yang tidak suka rasa manis? Anak-anak, khususnya, seringkali tergoda oleh makanan dan minuman manis yang beredar di sekitar mereka. Namun, pernahkah terbayang bahwa di balik kenikmatan sesaat itu, tersimpan potensi bahaya serius bagi kesehatan dan tumbuh kembang si kecil? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan American Heart Association (AHA) telah mengeluarkan rekomendasi ketat mengenai asupan gula harian untuk anak-anak, mengingat dampak negatif jangka pendek maupun jangka panjang yang bisa ditimbulkan.

Mengapa kita perlu begitu cermat dalam mengawasi asupan gula pada anak? Konsumsi gula berlebihan bukan hanya sekadar menyebabkan 'sugar rush' yang membuat anak hiperaktif sesaat. Lebih dari itu, kebiasaan ini dapat memicu serangkaian masalah kesehatan yang serius, mulai dari kerusakan gigi hingga risiko penyakit kronis yang dapat terbawa hingga dewasa. Memahami batasan dan jenis gula yang aman adalah langkah awal penting bagi setiap orang tua.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai takaran manis yang direkomendasikan untuk anak, serta berbagai dampak negatif yang mungkin timbul jika asupan gula tidak terkontrol. Dengan informasi yang akurat, Sahabat Fimela diharapkan dapat membuat pilihan nutrisi terbaik demi masa depan kesehatan buah hati tercinta.

Rekomendasi Takaran Manis untuk Anak: Batasan dari Ahli

Menentukan takaran manis untuk anak memang memerlukan perhatian khusus. Berbagai organisasi kesehatan global telah menetapkan panduan yang jelas untuk membantu orang tua. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar asupan gula bebas harian, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, dikurangi hingga kurang dari 10% dari total asupan energi. Bahkan, pengurangan lebih lanjut hingga di bawah 5% (sekitar 25 gram atau 6 sendok teh) per hari akan memberikan manfaat kesehatan tambahan.

American Heart Association (AHA) memiliki rekomendasi serupa, yaitu kurang dari 25 gram (setara 6 sendok teh) gula per hari untuk anak-anak usia 2 hingga 18 tahun. Batasan ini juga mencakup tidak lebih dari 8 ons minuman manis per minggu. Yang sangat penting untuk diperhatikan, anak-anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali. Mereka membutuhkan nutrisi padat dan sedang mengembangkan preferensi rasa alami.

Penting untuk membedakan antara gula bebas atau gula tambahan (gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman, madu, sirup, jus buah) dan gula alami. Gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan utuh, sayuran, dan susu tidak termasuk dalam rekomendasi pembatasan ini, karena tidak ada bukti efek samping dari konsumsi gula alami tersebut.

Dampak Negatif Gula Berlebih pada Kesehatan Fisik Anak

Konsumsi gula yang berlebihan pada anak dapat menimbulkan serangkaian masalah kesehatan fisik yang serius. Salah satu dampak paling umum adalah kenaikan berat badan dan obesitas. Makanan dan minuman manis seringkali tinggi kalori namun rendah nilai gizi, sehingga asupan berlebih dapat menyebabkan penambahan berat badan yang tidak sehat. Obesitas pada masa kanak-kanak meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung di kemudian hari.

Selain itu, kerusakan gigi atau karies gigi adalah masalah yang sangat sering terjadi akibat gula berlebih. Gula menjadi sumber makanan bagi bakteri di mulut, yang kemudian menghasilkan asam dan merusak enamel gigi, menyebabkan gigi berlubang. Bukti menunjukkan bahwa tingkat karies gigi lebih tinggi ketika asupan gula bebas melebihi 10% dari total asupan energi.

Tidak hanya itu, konsumsi gula berlebihan juga meningkatkan risiko anak mengembangkan penyakit kronis jangka panjang lainnya. Ini termasuk diabetes tipe 2, masalah kardiovaskular, dan penyakit hati berlemak di kemudian hari. Studi bahkan menunjukkan bahwa asupan gula tambahan yang tinggi di awal kehidupan berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 pada usia dewasa.

Pengaruh Gula pada Perkembangan Kognitif dan Perilaku Anak

Dampak gula berlebihan tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi perkembangan kognitif dan perilaku anak. Asupan gula tinggi telah dikaitkan dengan gangguan memori dan kemampuan belajar. Efek merugikan ini disebabkan oleh peningkatan resistensi insulin, peradangan, dan stres oksidatif di otak, bahkan dapat memperlambat kecepatan perkembangan dalam domain kognitif dan motorik.

Gula juga dapat menyebabkan lonjakan dan penurunan energi yang cepat, yang pada anak-anak dapat memicu perubahan suasana hati, iritabilitas, dan kesulitan berkonsentrasi. Anak mungkin menjadi hiperaktif sesaat, kemudian diikuti dengan kelelahan dan kesulitan fokus.

Selain itu, diet tinggi makanan manis sering berarti anak-anak mengonsumsi lebih sedikit nutrisi penting dari makanan yang lebih sehat. Ini dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral yang krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa gula dapat bersifat adiktif, memicu pelepasan dopamin di otak yang serupa dengan zat adiktif lainnya, membuat anak sulit mengendalikan keinginan untuk makanan manis.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading