Sukses

Health

Deteksi Dini Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak sebagai Upaya Pencegahan

Fimela.com, Jakarta Gangguan ginjal akut misterius atau atypical progressive acute kidney injury (AKI) yang banyak menyerang anak di Indonesia. Banyaknya korban jiwa dari penyakit ini, membuat banyak orangtua yang khawatir. Diharapkan masyarakat lebih waspada terhadap kemungkinan anak terserang AKI. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dalam mencegah keparahan dengan melakukan deteksi dini pada anak.

Dilansir dari liputan6.com, dr. Ngabila Salama, MKM selaku Kasie Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengatakan bahwa deteksi dini menjadi kunci penting.

Salah satu cara mencegah gangguan ginjal akut adalah dengan mencegah anak terkena infeksi akut, baik saluran cerna dan saluran napas. Penting bagi orangtua agar anak selalu menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menjaga pola hidup bersih dan sehat. Dengan orangtua yang paham arti pencegahan penyakit, membuat anak tidak perlu meminum obat.

Adapun jumlah kebutuhan cairan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu:

Bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari

Bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari atau sekitar 2 sampai 3 gelas

Anak 1 – 3 tahun memerlukan 1300 mL/hari atau sekitar 5 gelas

Anak 4 – 8 tahun memerlukan 1700 mL/hari atau sekitar 6 sampai 7 gelas

Anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari pada perempuan atau sekitar 8 sampai 10 gelas

Anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari pada laki – laki dan 2300 mL/hari pada perempuan atau sekitar 9 sampai 13 gelas

Pola makan yang sehat dan bergizi juga merupakan faktor penting dalam upaya pencegahan AKI. Di Jakarta, 70% kasus AKI disebabkan oleh gizi buruk (malnutrisi). Oleh sebab itu, orangtua harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan makanan yang cukup bernutrisi.

Cara menghitung produksi urine

Lebih lanjut, orangtua juga bisa mewaspadai gejala gangguan fungsi ginjal setelah memenuhi kebutuhan air dan nutrisi pada anak. Gangguan ginjal akut biasanya ditandai dengan penurunan jumlah produksi urin.

Ngabila menyatakan bahwa ginjal yang rusak berakibat anak yang tidak bisa buang air kecil. Akibatnya anak bisa membengkak dan produksi urinnya berkurang.

Orangtua dapat menghitung volume buang air kecil (BAK) kurang pada anak dengan rumus berikut:

(Jumlah produksi urine dalam gram atau mL : berat badan dalam kg) : jam.

Jika hasilnya lebih atau sama dengan 1 mL/kg/jam, berarti normal

Jika anak memakai popok, timbang selisih perbedaan antara popok kotor dan bersih. Jika ada kotoran di popok yang kotor, keluarkan sebanyak mungkin. Jika anak dapat buang air kecil sendiri, kumpulkan atau tampung urin dalam gelas ukur dan gunakan rumus di atas untuk menghitungnya.

Contoh:

Selama 6 jam terakhir, seorang anak dengan berat badan 10 kg mengeluarkan 30 ml urin. Kemudian (30:10): 6 = 0,5 ml/kg/jam. Artinya produksi BAK anak tidak normal dan harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Cara menurunkan demam pada anak

Demam pada anak merupakan gejala lain dari AKI. Namun, saat ini masyarakat dihimbau untuk tidak memberikan obat atau vitamin pada anak dalam bentuk cair atau sirup. Hal ini dikarenakan bukan karena kandungan sirup, melainkan pelarut dari sirup yang dikhawatirkan terkontaminasi zat yang seharusnya tidak ada di dalam obat.

Hal ini membuat para orang tua khawatir tentang cara menurunkan demam pada anaknya. Meski demikian, Ngabila menjelaskan, ada cara menurunkan demam di bawah 38 derajat celcius tanpa obat. Orangtua bisa mulai dengan cara mencukupi kebutuhan air hangat, kompres air hangat di dahi, di ketiak, di lipat-lipat tubuh, dan menggunakan pakaian atau selimut yang tipis.

Namun, jika suhunya di atas 38 derajat celcius, Ngabila mengingatkan untuk tidak gegabah dan berhati-hati karena bisa menyebabkan kejang demam. Orangtua diharapkan segera pergi ke dokter. Agar diberikan sediaan puyer, atau tablet, atau melalui anus sebagai bentuk penanganan.

Tahapan keracunan etilen glikol

Efek samping sirup obat batuk yang terkontaminasi etilen glikol diyakini sebagai penyebab penyakit ginjal akut yang misterius pada anak-anak. Munculnya gejala keracunan etilen glikol tidak secara langsung menyebabkan gagal ginjal.

Ngabila mengatakan, ada gejala yang lebih dulu muncul mengawali kondisi ini dan masih banyak yang tidak terdeteksi di masyarakat. Ia juga menambahkan mungkin anak-anak yang ada di rumah juga sedang mengalaminya.

Gejala ringan seperti gangguan mood, mental, tantrum, kelainan saraf, mual dan muntah. Menurut Ngabila, ini bisa terjadi bahkan dalam beberapa jam setelah pengkonsumsian.

Tahapan keracunan etilen glikol adalah sebagai berikut:

1. Lemas, muntah, kejang, ataksia (tidak seimbang) 30 menit sampai 12 jam setelah waktu konsumsi. Ini menunjukkan bahwa sistem saraf sedang diserang

2. Batuk, sesak, gangguan tekanan darah, gagal jantung 12-24 jam setelah waktu konsumsi. Organ yang terkena adalah jantung dan paru-paru.

3. Gagal ginjal (berkurang atau tidak buang air kecil, nyeri pinggang) 24-72 jam setelah waktu konsumsi. Organ yang terkena adalah ginjal.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk mengamati setidaknya 10 hari sejak anak anak mengonsumsi vitamin atau obat-obatan ini.

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#WomenForWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading