Sukses

Health

Ketahui Penyebab Disleksia pada Anak yang Paling Umum, Begini Cara Penanganannya

Fimela.com, Jakarta Disleksia merupakan sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Secara umum ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata.

Anak yang menderita disleksia juga memiliki masalah mencerna informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Kebanyakan dari mereka kesulitan mengucapkan suatu kata atau bunyi yang disusun dari beberapa huruf tertentu.

Para ahli baru-baru ini telah menemukan bahwa kasus disleksia ada kaitannya dengan genetika. Jadi, jika kamu atau suami menderita disleksia, kemungkinan besar keturunannya juga bisa menderita disleksia.

Namun, apakah disleksia hanya disebabkan oleh faktor genetik? Untuk menjawab pertanyaan, berikut Fimela.com telah merangkum penyebab disleksia pada anak yang paling umum beserta cara penanganannya. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Penyebab Disleksia pada Anak

Para peneliti hingga kini masih belum menemukan penyebab pasti dari penyakit ini. Namun, telah diketahui bahwa gen dan perbedaan otak berperan penting sebagai faktor pemicu dari disleksia. Berikut beberapa kemungkinan penyebab disleksia yang paling umum:

1. Gen dan Keturunan

Disleksia memang umumnya disebabkan oleh gen dan keturunan. Disleksia sering diturunkan dalam keluarga. Sekitar 40% saudara kandung penderita disleksia juga kesulitan membaca. Sebanyak 49% orang tua dari anak disleksia juga mengalaminya. Para ilmuwan juga menemukan gen yang terkait dengan masalah membaca dan memproses bahasa.

2. Anatomi dan Aktivitas Otak

Penyebab lainnya dari disleksia adalah anatomi dan aktivitas otak. Studi pencitraan otak telah menunjukkan perbedaan otak antara orang dengan dan tanpa disleksia. Perbedaan ini terjadi di area otak yang terlibat dengan keterampilan membaca utama.

Keterampilan ini adalah mengetahui bagaimana suara direpresentasikan dalam kata-kata, dan mengenali seperti apa kata-kata tertulis. Tetapi, otak bisa berubah. Studi menunjukkan bahwa aktivitas otak pada penderita disleksia berubah setelah mereka mendapatkan instruksi atau bimbingan yang tepat.

Komplikasi Disleksia

Disleksia adalah penyakit yang dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti;

  • Kesulitan belajar. Karena membaca adalah keterampilan dasar untuk sebagian besar mata pelajaran sekolah lainnya, seorang anak dengan disleksia berada pada posisi yang kurang menguntungkan di sebagian besar kelas dan mungkin mengalami kesulitan mengikuti teman sebayanya.
  • Masalah sosial. Jika tidak diobati, disleksia dapat menyebabkan kemunculan rasa rendah diri, masalah perilaku, kecemasan, agresi, dan penarikan diri dari teman, orang tua, dan guru.
  • Masalah sebagai orang dewasa. Ketidakmampuan membaca dan memahami dapat menghalangi seorang anak untuk mencapai potensinya saat anak itu tumbuh dewasa. Hal ini dapat memiliki konsekuensi pendidikan, sosial dan ekonomi jangka panjang.

Anak-anak yang mengalami disleksia juga memiliki risiko untuk mengalami attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), dan sebaliknya. ADHD sendiri memicu kondisi kesulitan mempertahankan perhatian serta hiperaktif dan perilaku impulsif yang dapat menghambat penanganan disleksia.

Penanganan Disleksia yang Tepat

Beberapa orangtua memang pesimis dengan anak penderita disleksia, namun nyatanya mereka memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan seperti anak-anak lain pada umumnya. Meski belum ada obat untuk penyakit disleksia, tetapi berbagai pendekatan dapat membantu untuk mengatasi kondisi ini.

Disleksia memengaruhi setiap penderitanya secara berbeda, dan kebanyakan dari mereka akan menemukan cara untuk mengakomodasi perbedaan belajar dan berkembang dengan cara masing-masing. Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menangani disleksia pada anak, diantaranya:

  • Evaluasi kebutuhan individu: Hal ini dapat membantu guru mengembangkan program yang ditargetkan untuk anak.
  • Alat pembelajaran yang disesuaikan: Anak-anak dengan disleksia dapat mengambil manfaat dari alat belajar yang memanfaatkan indra mereka, seperti sentuhan, penglihatan, dan pendengaran.
  • Bimbingan dan dukungan: Konseling dapat membantu meminimalkan efek pada harga diri. Bentuk dukungan lain mungkin melibatkan, misalnya, memberikan waktu ekstra untuk ujian.
  • Evaluasi berkelanjutan: Orang dewasa dengan disleksia dapat mengembangkan strategi koping dan mengidentifikasi area di mana mereka akan mendapat manfaat dari lebih banyak dukungan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading