Punya IQ Tinggi Tapi EQ Rendah? Waspadai Risikonya dalam Karier dan Kehidupan Sosial

Sahabat Fimela, sepintar apapun seseorang, jika ia tak mampu berkomunikasi dengan baik dan memahami sudut pandang orang lain, maka kerja sama dalam tim bisa menjadi tantangan besar. Individu dengan EQ rendah cenderung terlalu fokus pada logika atau hasil, sehingga sering mengabaikan dinamika emosional rekan kerja. Akibatnya, hubungan profesional bisa terasa kaku dan tidak harmonis.

2. Tidak Tahan Tekanan Emosional

IQ tinggi memang bisa membantu menyelesaikan persoalan rumit, tapi ketika emosi mengambil alih, kemampuan berpikir jernih bisa terhambat. Orang dengan EQ rendah lebih mudah merasa frustasi, panik, atau terpancing amarah dalam situasi penuh tekanan. Ini bisa berdampak pada produktivitas hingga hubungan kerja jangka panjang.

3. Kurang Peka dan Gagal Menyampaikan Kritik dengan Empati

Kritik membangun bisa menjadi alat untuk berkembang, tapi menyampaikannya tanpa empati justru bisa menyakiti orang lain. Inilah salah satu risiko dari EQ rendah—kurangnya kepekaan dalam memilih kata, membaca situasi, dan merespons dengan bijak. Akibatnya, seseorang bisa dianggap arogan atau terlalu dingin.

Jadi pemimpin bukan hanya soal kecerdasan analitis, tapi juga soal kemampuan membangun hubungan, memberi inspirasi, dan menciptakan suasana kerja yang suportif. Tanpa EQ, seseorang bisa saja memimpin secara teknis, tapi gagal menciptakan ikatan emosional dengan timnya.

5. Dampak pada Hubungan Pribadi

Risiko memiliki EQ rendah tak hanya muncul di dunia kerja, tapi juga dalam hubungan sehari-hari. Kurang mampu mengelola emosi atau memahami perasaan orang lain bisa membuat seseorang terlihat cuek, sulit dipercaya, atau bahkan menyakitkan tanpa sadar. Dalam jangka panjang, ini bisa mengganggu keharmonisan dalam hubungan sosial maupun keluarga.

EQ Bisa Dilatih, Kok!

Kabar baiknya,tidak seperti IQ yang cenderung stabil, EQ adalah sesuatu yang bisa terus dikembangkan. Berikut ini, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperkuat kecerdasan emosional:

• Latih kesadaran diri dengan rutin menulis jurnal, bermeditasi, atau sekadar refleksi tentang emosi harianmu.
• Perdalam empati dengan belajar mendengarkan tanpa menghakimi dan mencoba melihat sesuatu dari perspektif orang lain.
• Kenali emosi dan responmu saat stres, lalu cari cara sehat untuk menenangkan diri seperti teknik pernapasan atau jeda sebelum merespons.
• Bangun relasi positif dengan komunikasi yang jujur dan hangat, serta hindari gosip atau asumsi berlebihan.

Bukan Sekadar Pintar, Tapi Juga Punya Hati

Sahabat Fimela, mungkin dulu kita mengira bahwa kepintaran adalah segalanya. Namun seiring waktu, kita sadar bahwa kemampuan memahami emosi diri dan orang lain jauh lebih bermakna. EQ bukan hanya soal dunia kerja, tapi juga tentang menjadi pribadi yang lebih peka dan utuh. Yuk, seimbangkan IQ dan EQ, agar kesuksesanmu tak hanya diukur dari prestasi, tapi juga dari hubungan dan kebahagiaan yang kamu ciptakan.

Penulis: Siti Nur Arisha