Sukses

Health

Fenomena Bed Rotting, Apakah Benar Bisa Membuat Pikiran Lebih Sehat?

Fimela.com, Jakarta Di tengah tekanan hidup yang semakin tinggi, muncul tren baru di media sosial bernama bed rotting. Fenomena ini merujuk pada kebiasaan menghabiskan waktu seharian di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas produktif.

Tren ini banyak diadopsi oleh generasi muda, khususnya Gen Z, sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya hustle yang menuntut untuk selalu sibuk dan berprestasi. Rebahan seharian dianggap sebagai cara untuk memulihkan diri dari kelelahan mental.

Namun, di balik kenyamanan kasur dan selimut hangat, muncul pertanyaan, apakah bed rotting benar-benar bermanfaat bagi kesehatan mental? Atau justru bisa memperburuk kondisi psikologis?

Sebagian orang menganggapnya sebagai bentuk self care yang tepat. Mereka percaya bahwa tubuh dan pikiran butuh waktu untuk istirahat total, tanpa tekanan untuk menjadi produktif.

Di sisi lain, para ahli mengingatkan bahwa jika dilakukan berlebihan, bed rotting bisa menjadi tanda penghindaran atau bahkan gejala awal gangguan mental. Lalu, bagaimana cara menilai apakah kebiasaan ini sehat atau tidak?

Apa Itu Bed Rotting?

Bed rotting adalah istilah yang merujuk pada kebiasaan menghabiskan waktu seharian di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas produktif. Aktivitas ini bisa berupa rebahan sambil menonton film, scrolling media sosial, makan di atas kasur, atau bahkan hanya berdiam diri.

Fenomena ini bukan sekadar malas atau tidak ingin bangun. Bagi sebagian orang, bed rotting adalah bentuk perlawanan terhadap tekanan hidup dan ekspektasi atau prestasi selalu tinggi. Ini dianggap sebagai cara untuk memulihkan diri secara mental dan fisik.

Tren ini mulai populer di kalangan Gen Z, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram, di mana banyak pengguna membagikan momen bed rotting mereka sebagai bentuk self care. Namun, praktik ini masih menuai pro dan kontra di kalangan ahli kesehatan mental.

Manfaat Psikologis Bed Rotting

Meski terdengar pasif, bed rotting bisa menjadi bentuk pemulihan mental yang baik jika dilakukan dengan kesadaran penuh. Beberapa psikolog menyebutnya sebagai coping mechanism yang sah, terutama bagi mereka yang merasa kewalahan oleh rutinitas harian.

Salah satu manfaat utamanya adalah mengurangi stres dan kelelahan mental. Dengan berdiam diri di tempat tidur, otak diberi kesempatan untuk berhenti sejenak dari tuntutan berpikir, bekerja, atau bersosialisasi yang melelahkan.

Selain itu, momen tenang di atas kasur bisa menjadi ruang refleksi diri. Tanpa gangguan eksternal, seseorang lebih mudah mengenali emosi yang sedang dirasakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh dan pikiran.

Menariknya, bed rotting juga bisa meningkatkan rasa kontrol atas hidup. Ketika seseorang memilih untuk tidak melakukan apa pun, itu bisa menjadi bentuk reclaiming atas waktu dan tubuh sendiri, sebuah pernyataan bahwa istirahat adalah hak, bukan kemewahan.

Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat ini hanya bisa dirasakan jika bed rotting dilakukan secara sadar, bukan sebagai bentuk pelarian dari masalah atau tanggung jawab. Keseimbangan tetap menjadi kunci agar rebahan tidak berubah menjadi kebiasaan yang buruk.

Risiko dan Bahaya Bed Rotting

Meski bed rotting sering dianggap sebagai bentuk istirahat yang menenangkan, kebiasaan ini bisa berdampak negatif jika dilakukan secara berlebihan. Rebahan seharian tanpa batas waktu dapat mengganggu keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.

Salah satu risiko utama adalah penurunan produktivitas dan motivasi. Ketika tubuh terlalu lama berada dalam mode pasif, otak bisa kehilangan dorongan untuk bergerak dan menyelesaikan tugas-tugas harian. Lama-kelamaan, ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan semangat hidup.

Selain itu, bed rotting dapat mengganggu pola tidur dan waktu sirkadian. Tidur yang tidak teratur atau terlalu lama bisa membuat tubuh bingung membedakan waktu istirahat dan waktu aktif, sehingga kualitas tidur justru menurun dan menyebabkan kelelahan berkepanjangan.

Kebiasaan ini juga berisiko memicu perasaan bersalah atau isolasi sosial. Ketika seseorang terlalu sering menarik diri dari lingkungan, ia bisa merasa tidak berguna dari hubungan sosial yang penting bagi kesehatan mental.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali kapan bed rotting berubah dari bentuk self care menjadi pola penghindaran. Jika dilakukan tanpa kontrol, aktivitas ini bisa memperburuk kondisi psikologis dan menghambat pemulihan yang sebenarnya dibutuhkan.

Sahabat Fimela, bed rotting memang bisa menjadi cara untuk merawat diri dan memberi ruang bagi pikiran untuk beristirahat. Namun, seperti halnya semua bentuk self care, penting untuk melakukannya dengan kesadaran dan batas yang sehat. Rebahan seharian bukanlah masalah, selama kita tahu kapan harus bangkit dan kembali menjalani hidup dengan seimbang.

Jika kamu merasa bed rotting membantumu pulih dari stres, itu sah-sah saja. Tapi jika mulai merasa terisolasi, kehilangan motivasi, atau menjauh dari rutinitas yang penting, mungkin sudah waktunya untuk mencari cara pemulihan yang lebih aktif dan mendukung.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading