Sukses

Info

Najwa Shihab Soroti 2 Faktor Penyebab Maraknya Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus

Fimela.com, Jakarta Isu kekerasan seksual masih menjadi isu nomor 1 yang dialami perempuan dan membuat korbannya merasa tidak berharga. Faktanya, 8 dari 10 perempuan pernah mengalami pelecehan di ruang publik dan 91% responden tidak tahu harus berbuat apa karena merasa kurangnya pengetahuan untuk lebih berdaya.

Isu kekerasan seksual di ruang publik bisa terjadi di mana saja, termasuk instansi pendidikan. Berdasarkan survei Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi pada tahun 2020, kekerasan seksual terjadi di semua jenjang pendidikan dan 27 persen dari aduan terjadi di universitas.

Dari laporan pengaduan kekerasan seksual hanyalah fenomena gunung es, di mana masih banyak yang belum berani melaporkannya.

Najwa Shihab, jurnalis dan pendiri Narasi pun menyoroti banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus. Namun, dari sekian banyaknya faktor yang ditemukan dalam penelitian, ada dua faktor utama yang menjadi perhatian Najwa Shihab. 

“Mari secara sadar mengakui, sebagian besar dari kita masih tahap dalam tahap yang sangat awal terhadap informasi dan kesadaran soal isu-isu kekerasan seksual. jadi potensi kalian sebagai mahasiswa untuk melakukan critical reflection, critical action, melakukan advokasi, potensinya masih minimal. Karena informasi yang didapat juga masih minim. Jadi itu salah satu faktornya,”  ungkap Najwa Shihab dalam diskusi publik StandUP di FISIP Universitas Indonesia, Jumat (21/10/2022).

 

Ketidaksiapan Pihak Kampus

Najwa Shihab melanjutkan, faktor berikutnya yang tak kalah penting adalah kurangnya dukungan dari pihak kampus. 

“Mari secara jujur melihat banyak kampus yang tidak siap dan  tidak menyiapkan diri untuk  menghadapi isu-isu kekerasan seksual di kampusnya. Sebelum ada Permendikbudristek, rasanya tidak ada yang punya aturan yang jelas kalau terjadi kekerasan seksual, belum ada bagaimana proses pendampingan korban, bagaimana ruang aman, bagaimana menjamin kelangsungan pendidikan korban,” tutur Najwa Shihab.

Hal ini akhirnya terefleksi dari pihak kampus ketika menghadapi kasus kekerasan seksual di ruang publik. Banyak pihak kampus yang justru melindungi pelaku demi menjaga nama baik kampus dan tidak memberikan perlindungan pada korban.

“Reaksi berikutnya adalah menyalahkan korban. Biasanya karena pelaku memiliki otoritas keilmuan dan keagamaan yang lebih diakui daripada korban, jadi masyarakat cenderung percaya pada pelaku. Korban akhirnya lagi-lagi ada di posisi tidak dipercaya,” kata Najwa,

Situasi-situasi inilah yang menurut Najwa Shihab memerlukan pendekatan yang berbeda. Sebab angka kasus kekerasan seksual paling tinggi adalah kampus dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.

“Jadi mari sama-sama mengakui ada masalah, mari sama-sama berani bicara terbuka. karena dengan itu kita bisa menyusun langkah bersama untuk mengatasinya,” pungkas Najwa.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading