Sukses

Lifestyle

Keberanian Seorang Ibu Bicara Terbuka tentang Putranya yang Meninggal karena Bunuh Diri

Fimela.com, Jakarta Julia Park Tracey memiliki seorang putra berusia 21 tahun, yang meninggal karena bunuh diri di tahun 2019 lalu. Ya, Julia menyampaikan fakta yang sebenarnya, segera setelah ia bisa membahas masalah ini.

Julia ingin orang-orang memahami ia sebagai seorang manusia biasa, yang juga memiliki keluarga. Awalnya, kenyataan bahwa putranya bunuh diri tidak bisa ia beritahukan kepada siapapun, namun itu adalah fakta yang tidak bisa diabaikan, maupun disangkal sekalipun.

Julia tidak bisa menghidupkan anaknya kembali, namun sebagai orangtua yang berduka, ia dapat meminta satu hal kepada semua orang. Sebenarnya, ia bisa bersikeras.

Ia tidak ingin ada orang lain yang mengatakan putranya bunuh diri. Julia menganggap anaknya bukan bunuh diri, namun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Julia tidak lagi menganggap seseorang dengan skizofrenia kerasukan setan atau mereka yang mengidap depresi kronis sedang dikutuk. Bunuh diri masih dianggap sebagai kejahatan terhadap diri sendiri dan hal yang paling tabu.

 

 

Austin adalah putra dari suami baru Julia dan ia memang memiliki masalah kesehatan mental

Julia masuk ke dalam kehidupan putranya Austin saat ia baru berusia 6 tahun, ketika ayahnya dan Julia mulai berkencan. Julia dan ayah Austin mulai menggabungkan keluarga mereka yang terdiri dari lima orang anak; empat remaja perempuan dan satu anak laki-laki.

Penggabungan keluarga itu rumit, kesehatan mental juga rumit, dan trauma masa kanak-kanak bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, bahkan dengan terapi dan intervensi sekalipun. Ketika Austin melewati masa remajanya, ia berjuang melawan perasaan bahwa orang dewasa sedang menentangnya, bahwa Julia dan suaminya tidak mendukungnya, dan bahwa ada persengkokolan di sekitarnya.

Keluarga Julia melewati beberapa tahun yang sulit, namun masih terus berharap saat akhirnya Austin berusia 21 tahun nanti, ia akan tumbuh dewasa. Namun sebaliknya, ia bunuh diri.

Keluarga Julia sangat sedih, mereka nyaris tidak meninggalkan rumah selama berbulan-bulan. Mereka mencoba bergumul dengan pilihan apa yang masih mereka miliki dalam hidup.

Lalu, sebuah pikiran menjadi begitu jelas bagi mereka. Keluarga Julia tidak akan pernah membiarkan keputusan Austin untuk bunuh diri menjadi sumber rasa malu, mereka memutuskan untuk berbicara secara terbuka.

Namun, orang-orang menjadi gugup ketika Julia bicara tentang Austin. Mereka tampak terkejut karena Julia tidak merasa malu.

Julia dan keluarganya memutuskan untuk bicara secara terbuka tanpa menutupi apapun tentang kematian putranya

Ketika akhirnya Julia berbicara tentang Austin di media sosial, kotak masuknya dibanjiri cerita dari teman-temannya yang berharap bisa mengatur ulang waktu agar kerabat mereka tidak bunuh diri juga. Patah hati terasa lebih berat dua kali lipat karena rasa malu, rasa bersalah, dan kecanggungan sosial orang lain.

Jika Austin menderita kanker atau diabetes atau meninggal dalam kecelakaan, Julia dan keluarganya juga tidak akan mengatakan bahwa ia menderita kanker atau diabetes, atau kematiannya adalah sesuatu yang tidak disengaja. Semua orang meninggal dengan alasan apapun.

Ketika Austin memutuskan bunuh diri, Julia yakin putranya itu telah membuat rencana ke depan, karena ia meninggalkan surat. Austin mengucapkan selama tinggal, dengan caranya sendiri.

Austin mengakhiri rasa sakitnya yang hebat dengan caranya sendiri. Julia bertanya-tanya, bagaimana keputusan putus asa seperti itu dapat dianggap sebagai kejahatan atau dosa?

Julia berpikir bahwa jika ia mengatakan Austin bunuh diri itu berarti ia menyalahkan putranya dan menstigmatisasi kematiannya. Julia ingin berhenti menyembunyikan penderitaan yang dialaminya dan keluarganya.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading