Sukses

Lifestyle

Anak Obesitas, Haruskah Diet Ketat?

Next

anak obes

Meningkat Tiap Tahun

Menurut beberapa penelitian, masalah obesitas pada anak memang selalu meningkat setiap tahunnya di dunia. Meski dipengaruhi banyak faktor, tapi secara umum, obesitas disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Pada banyak kasus, perubahan gaya hidup yang kemudian juga memengaruhi pola makan, meningkatkan risiko obesitas. Menjamurnya makanan junk food yang tinggi kalori dan kolesterol menjadi penyebab utama meningkatnya berat badan secara instan ataupun akumulatif. Hal ini terjadi pada Bea (sekarang delapan tahun), putri dari Dara-Lynn Weiss, yang mulai mengalami pelonjakan berat badan saat usianya menginjak tiga tahun.

Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai adanya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak berisiko untuk menetap bahkan meningkat saat si anak dewasa. Ini bisa menjadi pemicu berkembangnya penyakit yang sifatnya metabolik dan degeneratif, yang bukan nggak mungkin berakibat lebih lanjut menjadi kematian. Penanganan obesitas pada anak-anak dan dewasa kurang lebih sama, yaitu dengan perubahan pola makan dan gaya hidup, serta penerapan aktivitas fisik.

Diet saat Tujuh Tahun

Melihat pertumbuhan fisik anaknya yang terlalu pesat di bawah usia lima tahun, Dara-Lynn cemas setengah mati. Bagaimana nggak, saat usianya tujuh tahun dengan tinggi badan sekitar 128 cm, Bea punya bobot 42 kg! Beragam saran dan tip pun berdatangan kepada Dara-Lynn, mulai dari tetangga sampai guru-guru di sekolah Bea. Menurut mereka, pola makan Bea seharusnya dibatasi, dan ia harus dibiasakan olahraga rutin, agar badannya nggak makin membengkak. Kecemasan Dara-Lynn memuncak ketika suatu hari, ia melihat Bea menangis sepulang sekolah. Alasannya: salah seorang teman laki-lakinya mengoloknya dengan sebutan ‘gendut’.

 

Next

 

diet anak

Dibesarkan dalam keluarga mapan yang nggak pernah bermasalah dengan kesehatan, khususnya masalah berat badan, Dara-Lynn memutuskan untuk menerapkan diet ketat pada Bea. Tentu saja, sebagai anak-anak, saat itu Bea merasa hak makannya dipotong begitu saja. Berkali-kali ia merengek kelaparan, tapi berkali-kali juga ibunya bilang ‘tidak’, jika saat itu belum memasuki waktu makannya. Saat menghadiri suatu pesta, Dara-Lynn bahkan melarang Bea makan cup cake sebuah pun.

Harus Seimbang

Dara-Lynn benar-benar mengurangi jumlah makanan Bea. Jika biasanya ia sarapan dengan menyantap sebuah roti bagel, kini Bea harus makan seporsi mini bagel dengan topping cream cheese rendah lemak. Bahkan, bekal snack Bea untuk di sekolah hanyalah beberapa potong buah. Saat makan malam, ia hanya boleh makan setengah dari porsi yang dulu biasa ia makan. Selain itu, Bea juga nggak pernah diizinkan makan camilan.

Diet memang diperlukan siapa saja yang mengalami obesitas, termasuk anak-anak. Namun tentu bukan sembarang diet, karena pelaksanaannya harus seimbang berdasarkan RDA (Recommended Daily Allowance). Ini penting, karena anak masih dalam proses tumbuh kembang. Diet juga harus disesuaikan dengan tingkat obesitas, usia anak, dan faktor penyakit yang menyertai kondisi obesitas tersebut. Menurut nutritionist Petrina Simanjuntak, pada obesitas tingkat sedang yang nggak disertai penyakit tertentu, jumlah kalori yang dikurangi adalah sebanyak 30%. Dan pada obesitas tingkat berat, khususnya yang disertai penyakit tertentu, kalori yang diasup haruslah sangat rendah.

 

Next

 

bea

Camilan Masih Perlu

Obesitas tingkat berat adalah jika Indeks Massa Tubuh yang bersangkutan lebih dari 97 persentil. Pada kasus Bea, IMT yang dimilikinya adalah 99 persentil. Jadi, nggak salah sebenarnya jika ia harus diet ketat. Namun, pelaksanaan diet juga harus memerhatikan beberapa faktor yang sudah disebut di atas, bukan asal mengurangi jumlah makanan sampai sesedikit mungkin, seperti yang dilakukan Dara-Lynn. Camilan pun sebenarnya masih boleh diberikan pada anak obes, asalkan energi yang terkandung di dalamnya nggak lebih dari 300 mg per hari. Dan yang penting, seperti dikatakan dr. Samuel Oetoro, camilan yang sehat adalah yang bebas minyak dan gula.

Tindakan Dara-Lynn yang mengharuskan Bea untuk diet ini sangat dipengaruhi pengalaman masa kecilnya, ketika ia sangat concern terhadap setiap kenaikan bobot tubuhnya. Pada usia 20an, Dara-Lynn sempat nggak menyukai penampilan fisiknya, meski berat badannya nggak tergolong overweight. Ia juga menjalani diet ini-itu untuk bisa mencapai proporsi tubuh sesuai keinginannya. Bahkan, ia pernah meminta obat pengurang nafsu makan pada dokter.

Pengaruh Kondisi Psikologis

Secara psikologis, sikap Dara-Lynn pada Bea bisa merupakan obsesi yang sama seperti yang pernah dialaminya dulu. “Selain itu, kenyataan bahwa bobot Bea sangat melonjak bahkan sampai obes menimbulkan ketakutan tersendiri bagi Dara-Lynn, sehingga ia ingin mencegah akibat yang lebih buruk lagi, yang bisa terjadi pada anaknya,” kata Adinda Pasha, M. Psi., mengenai tindakan Dara-Lynn yang jadi kontroversi tersebut.

Jadi, jika disimpulkan, diet memang perlu dilakukan untuk menangani masalah obesitas, tapi tetap harus melihat beberapa faktor yang berpengaruh. Jumlah nutrisi yang masuk juga harus sesuai dengan kebutuhan tubuh yang bersangkutan, dengan perbandingan khusus terhadap tingkat obesitasnya. Meski program Dara-Lynn berhasil, dan dalam satu tahun bobot Bea berkurang sekitar 7-10 kg, proses diet yang dijalani pada masa kecil tersebut bisa jadi trauma tersendiri bagi Bea. Begitu dijelaskan Adinda. Bagaimana menurut kamu?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading