Sukses

Lifestyle

Kepergian Ayah Menyadarkanku Bahwa Mencintai Pria Beristri adalah Hal yang Buruk

Fimela.com, Jakarta Tak pernah ada yang bisa baik-baik saja saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship). Baik dalam hubungan keluarga, kerja, pertemanan, hingga hubungan cinta, terjebak dengan seseorang yang memberi kita luka jelas membuat kita menderita. Namun, selalu ada cara dan celah untuk bisa lepas dari hubungan yang beracun tersebut. Selalu ada pengalaman yang bisa diambil hikmahnya dari hal tersebut. Simak kisah Sahabat Fimela berikut yang diikutsertakan dalam Lomba Let Go of Toxic Lover ini untuk kembali menyadarkan kita bahwa harapan yang lebih baik itu selalu ada.

Oleh: Dewi Rahmadani

Aku termasuk perempuan yang lemah dalam hal percintaan. Aku sangat mudah jatuh cinta dengan orang yang baik kepadaku. Aku bekerja sebagai dosen, sedangkan dia adalah mahasiswa jalur ekstensi. Kami sama-sama merantau di kota itu. Awal perkenalan yang biasa saja dan pada umumnya terjadi.

Saat menjalani 3 bulan pacaran, aku seperti terbangun dari mimpi. Saat dia akan pulang ke kotanya, dia mengatakan ingin berkata jujur padaku. Ya, bagaikan petir di siang hari yang terik, dia mengaku kalau dia telah menikah dan memiliki seorang anak. Seketika denyut jantungku seakan berhenti. Mungkin jika aku bukanlah aku, aku akan langsung memutuskan hubungan dengannya dengan alasan yang sudah jelas tidak dapat lagi untuk diteruskan. Namun, aku tetaplah aku yang lemah, yang takut ditinggalkan dan takut untuk kehilangan.

Aku marah padanya, namun aku tak berdaya untuk menghentikan perasaanku padanya. Dia memintaku untuk tidak menghubunginya terlebih dahulu selama dia kembali ke rumah. Singkat cerita, aku mengikuti perkataannya. Sampai pada suatu ketika, dia tidak ada kabar sama sekali. Betapa menderitanya aku saat itu. Rasanya lebih menderita dari apa yang pernah aku alami ketika aku mendengarkan kejujurannya saat di awal berpacaran.

Semua hal buruk merasuki pikiranku. Aku nekat mencari tau dengan cara menghubungi temannya. Namun, usahaku tak berhasil. Lantas, aku nekat menghubungi istrinya. Aku pernah diam-diam menyimpan nomor handphone istrinya. Di sambungan telepon, istrinya memanggilnya dan dia begitu marah sampai berkata-kata kasar. Di tahun keempat, dia datang kembali.

Kepergian Ayah Menyadarkanku tentang Banyak Hal

Aku telah berencana pulang karena Ayahku sakit. Aku sangat bingung harus memilih yang mana, namun aku memutuskan untuk menemuinya. Kemudian aku mendapat kabar bahwa Ayahku masuk ICU. Lantas aku menyampaikan padanya bahwa aku harus pulang. Dia sangat marah. Aku tidak perduli. Aku pulang dengan berurai air mata di sepanjang perjalanan.

Setibanya di rumah sakit, aku berbicara lembut pada Ayahku dan tak mampu menahan tangis. Aku meminta maaf padanya karena terlambat datang. Aku yakin dia mendengarku walaupun kondisinya tidak sadarkan diri. Sampai saat subuh tiba, Ayahku telah tiada. Ya, semua seakan terlambat bagiku.

Ayahku begitu setia menungguku sebelum dia benar-benar pergi. Sangat sedih. Aku sangat keji. Sedang aku telah salah menempatkan kesetiaanku. Sepeninggal Ayahku benar-benar membuatku tersadar. Aku menyayangkan waktuku yang telah terbuang percuma. Aku belajar dari apa yang telah terjadi. Tidak selamanya cinta itu akan indah sesuai yang diinginkan. Tidak selamanya hubungan percintaan yang kita alami layak untuk diperjuangkan. Ketika kita merasa disakiti berulang-ulang kali namun kita masih saja menerima dan memaafkan, sebenarnya di situlah letak kebutaan kita akan cinta.

Cek Video di Bawah Ini

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading