Sukses

Lifestyle

Permainan Masa Kecil Hadirkan Kebahagiaan yang Melekat di Hati

Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.

***

Oleh: Ika Susanti

"Berani kotor itu baik," sebuah slogan yang sungguh cocok untuk menggambarkan tingkah polah anak-anak di era 70-80an. Anak-anak pada zaman itu bersahabat dengan alam. Bermain dengan tanah dan air, menghirup udara segar dan bermandikan sinar matahari. Tidak takut kotor, tidak takut berkeringat dan tidak takut hitam karena panas-panasan, saat bermain di luar rumah. Mereka biasa berlarian, berkejaran, berlompatan, main di sungai, main di sawah hingga naik-naik pohon. Mereka belum mengenal teknologi, tidak bermain handphone, games online, ataupun media sosial.

Seperti itulah cerita masa kecil saya saat duduk di bangku SD, bermain selalu menjadi agenda rutin, baik saat jam istirahat di sekolah ataupun setelah pulang sekolah.  Baju lusuh, tubuh kotor, muka berpeluh keringat sudah sangat biasa.

Tidak ada bedanya saya dan kedua saudara laki-laki saya, pokoknya nggak ada cantik-cantiknya.  Selalu aktif bergerak dan bermain, jarang sekali ada istilah “mager”. Kebetulan saya juga punya  banyak permainan favorit yang bisa dimainkan dengan teman-teman di sekolah, maupun di lingkungan rumah. Semua permainan itu pastinya membuat para pemainnya kotor, dan “berani kotor itu baik”. Karena nyatanya kami bertumbuh menjadi anak-anak yang sehat, kuat dan cinta lingkungan.

Main Pasaran

Permainan ini biasa saya mainkan bersama teman-teman di lingkungan rumah sepulang sekolah. Permainan pasaran adalah permainan untuk anak perempuan sejenis jual-jualan atau masak-masakan. Dalam permainan ini ada yang berperan sebagai penjual,  ada yang berperan sebagai pembeli.

Alat yang biasa digunakan adalah alat masak-masakan, uang mainan, tanah, air dan daun-daunan. Biasanya saya menggunakan alat masak-masakan mainan, tapi seringkali juga meminjam alat memasak ibu di dapur. Tidak jarang ibu marah karena mencari pisau dapur, piring plastik atau baskom tempat sayurnya yang raib. Dan seringkali juga saya dimarahi ibu karena membuat rumah kotor dengan tanah, cipratan air dan potongan daun-daunan.

Main Anak-anakan dan Rumah-rumahan

Permainan anak-anakan dan rumah-rumahan ini terkadang dimainkan bersama permainan pasaran. Biasanya saya menggunakan boneka sebagai anaknya, dan pohon sebagai rumahnya. Ya rumah pohon. Dulu saya dan teman-teman  punya pohon favorit di depan rumah tetangga.

Pohon ini tidak terlalu tinggi, tidak ada ulat dan semut, sehingga aman untuk dinaiki. Batangnya yang besar dan kuat serta bercabang banyak, memungkinkan untuk dinaiki beberapa anak sekaligus. Rumah pohon ini dibagi menjadi beberapa ruangan dan biasanya kami menggunakan kain-kain atau selendang sebagai penyekat ruangannya. Untuk permainan ini saya tidak takut dimarahi ibu, karena saya sudah punya boneka dan selendang sendiri, khusus untuk bermain kotor-kotor.

Main Gembatan

Permainan ini biasa saya mainkan di sekolah saat jam istirahat secara berkelompok. Dalam bahasa Jawa "digembat" artinya dilempar. Alat yang digunakan adalah bola dari gulungan plastik yang diikat karet dan pecahan genting. Pecahan genting ini disusun bertumpuk dan dilempar dengan bola hingga susunannya runtuh.

Tim yang bisa meruntuhkan tumpukan tersebut langsung berlari dan berusaha untuk menyusun kembali tumpukan tersebut. Sementara tim yang satunya  berusaha menghalangi dengan melempar bola hingga mengenai lawan.

Permainan ini sangat seru, karena saya dan teman-teman harus berlarian di halaman sekolah, untuk menghindari lemparan bola. Dan saya cukup jago dalam urusan lempar melempar bola. Ada teman yang pernah saya buat menangis, karena bola yang saya lempar tidak sengaja kena cukup keras di kepalanya. Ups!

Main Gobak Sodor

Permainan ini bisa dimainkan anak perempuan ataupun anak laki-laki. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yang intinya saling menghadang agar lawan tidak bisa lolos melewati garis-garis hingga  baris terakhir.

Gobak artinya lapangan berbentuk segi empat berpetak-petak. Sedangkan sodor artinya menyodorkan atau mengulurkan tangan. Untuk menang, semua anggota tim harus bisa melewati semua garis bolak balik tanpa tersentuh lawan.

Permainan ini cukup sulit dan melelahkan. Tim harus terus bergerak mencari kesempatan untuk menerobos lawan. Tubuh pastinya sangat kotor dengan keringat, debu dan tanah. Karena tak jarang pemain terpeleset atau sengaja menjatuhkan diri ke tanah untuk menghindari lawan. Terkadang guru olah raga saya juga menjadikan permainan ini sebagai materi pelajarannya.

Main Lompatan Karet

Ini permainan khas anak perempuan yang dilakukan secara berkelompok. Alat yang digunakan hanya karet yang diuntai menjadi tali. Dalam permainan ini keterampilan meloncat tinggi sangat dibutuhkan.

Tali karet dibentangkan dan dipegang oleh dua orang. Tinggi karet dibuat berurutan mulai dari setinggi tanah, setinggi lutut, setinggi perut, setinggi dada, setinggi telinga, setinggi kepala dan yang paling tinggi setinggi acungan tangan. Tim yang bermain harus melompati tali karet tersebut, dan bila gagal berganti tim yang memegang karet. Dulu saya punya teman sekolah seorang balerina yang sangat pintar melompat, saya sangat senang bila satu kelompok dengannya karena tim kami pasti menang.

Main Engklek

Permainan engklek juga dimainkan berkelompok. Pemain melemparkan batu pipih atau pecahan genting ke salah satu kotak engklek yang sudah diberi nilai tertentu (makin jauh kotaknya, makin besar nilainya).

Pemain harus melompat-lompat dengan satu kaki dari satu kotak ke kotak yang lain untuk mengambil batu pipih atau pecahan gentingnya, dan tidak boleh menginjak garis. Pemenang adalah tim yang mengumpulkan nilai paling besar. Permainan ini membutuhkan keterampilan untuk melompat dengan satu kaki, dan tidak terlalu membuat tubuh kotor. Hanya bagian  telapak kaki yang kotor, karena saat melompat-lompat lebih nyaman bila pemain melepas sendal.

Main Bekel dan Congklak/Dakon

Saat mager dan malas berkeringat, permainan yang paling sering dimainkan anak-anak perempuan adalah bekel dan congklak/dakon. Permainan bekel memakai bola bekel karet kecil dengan 5 atau 6 buah bekel yang terbuat dari logam kuningan. Sedangkan congklak/dakon menggunakan papan congklak dan biji-bijian.

Untuk memenangkan permainan bekel, bola tidak boleh terjatuh/terlepas saat menyusun buah bekel dengan posisi tertentu. Sedangkan untuk permainan congklak, pemenang adalah yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian hasil menembak biji-bijian lawan. Permainan bekel dan congklak ini paling sering saya mainkan di sekolah. Sehingga isi tas sekolah saya saat itu, selain buku-buku dan alat tulis, adalah alat bermain bekel, congklak dan karet lompatan. 

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading