Sukses

Lifestyle

3 Perusahaan Lokal Bersinergi Jalani Sustainable Living dengan Merilis Kampanye #NgopiMembumi

Fimela.com, Jakarta Siapa, sih, yang tidak suka ngopi di zaman ini? Seiring berjalannya waktu, ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap kopi semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya kedai-kedai kopi yang mulai bermunculan sejak beberapa tahun terakhir, sehingga setiap orang secara tidak langsung hidup berdampingan dengan kopi karena trennya semakin meningkat pula. 

Gaya hidup yang berubah inilah yang akhirnya mengubah pula pola konsumsi dari masyarakat Indonesia, karena kopi-kopi tersebut dijual dengan harga yang sangat terjangkau dan bisa dibeli oleh semua kalangan di Indonesia. 

Seiring meningkatnya tren kopi tersebut, ternyata pembelian kopi yang meningkat ini akhirnya menimbulkan tumpukan sampah, terutama sampah plastik dan sampah-sampah yang tak bisa didaur ulang sehingga berbahaya dan berdampak buruk bagi lingkungan. 

Hal ini juga dipengaruhi oleh maraknya penggunaan kemasan sekali pakai yang digunakan oleh para perusahaan Food and Beverages (F&B) untuk menyajikan produk-produknya kepada konsumen.

“Karena semua orang sekarang pasti selalu beli kopi tiap hari dengan me asa  sekali pakai, jika diumpamakan dikali dengan seluruh populasi di Indonesia, maka sampah yang dihasilkan dari pembelian kopi ini sangat berpotensi mencemari lingkungan karena tak bisa didaur ulang. Jumlahnya juga pastinya bisa melebihi jumlah populasi di Indonesia sendiri,” tutur Founder The Earth Keepers Indonesia Teguh Handoko dalam menjelaskan dampak dari pemakaian kemasan sekali pakai terhadap lingkungan, pada Kamis (19/8). 

Maka dari itu, dengan adanya kekhawatiran ini, The Earth Keepers Indonesia, Foopak/Asia Pulp & Paper, dan juga Anomali Coffee akhirnya meluncurkan kampanye #NgopiMembumi untuk lebih aware terhadap lingkungan dan menyukseskan gerakan sustainable living yang dimulai dari langkah sederhana, yakni tren kopi di Indonesia.

Cup kertas tak 100% aman bagi lingkungan

Karena tingginya penggunaan kemasan sekali pakai oleh para perusahaan F&B, sebagai gerakan mengurangi dampak lingkungan dan menghindari pencemaran lingkungan dari sampah plastik, akhirnya perusahaan-perusahaan ini memilih untuk menggunakan kemasan kertas karena dinilai sebagai kemasan yang lebih ramah lingkungan dan bisa didaur ulang. 

“Kesalahannya, banyak orang yang menganggap dengan menggunakan kemasan kertas, mereka sudah melakukan langkah sederhana untuk melindungi bumi, padahal nyatanya tidak. Kemasan kertas juga masih berisiko merusak lingkungan,” ujar Teguh dalam peluncuran kampanye #NgopiMembumi. 

Dirinya menjelaskan, faktanya saat ini terdapat lebih dari 320 miliar gelas kertas yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya, namun kurang dari 1% yang berhasil didaur ulang karena sulitnya proses pemisahan lapisan plastik yang ada di dalam kemasan kertas tersebut. 

Maka dari itu, penggunaan kemasan kertas sekali pakai tak bisa dinilai ampuh untuk mengatasi permasalahan lingkungan, terutama seiring berjalannya waktu tren kopi di Indonesia juga semakin meningkat dan hampir semua orang mengonsumsi kopi setiap harinya.

Foopak menghadirkan kemasan yang ramah lingkungan

Selaras dengan hal tersebut, akhirnya Foopak sebagai salah satu perusahaan yang memang menghadirkan produk-produk packaging yang ramah lingkungan, menghadirkan salah satu inovasi kemasan eco-friendly yakni Foopak Bio Natura. 

“Kemasan ini menggunakan kertas khusus untuk makanan minuman yang plastic-free, dapat didaur ulang (recyclable) dan dapat dijadikan kompos (compostable) baik melalui proses industri maupun di rumah. Selain itu, kemasan ini juga menggunakan bahan kertas yang berkualitas sehingga aman bagi makanan yang akan dikonsumsi, sekaligus aman pula bagi lingkungan,” jelas Product Manager Foopak Asia Pulp & Paper Benny Chiadarma.

Walaupun begitu, Foopak Bio Natura ini belum banyak digunakan oleh brand-brand F&B di Indonesia, dan lebih banyak ekspor ke luar negeri. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran dari para pemilik brand untuk bisa lebih aware terhadap kesejahteraan lingkungan mulai dari cara yang sederhana, yakni dengan menyuguhkan produk-produknya menggunakan kemasan eco-friendly seperti ini. 

Paper cup itu belum sepenuhnya sustainable, karena masih ada lapisan plastik di dalamnya yang amat sangat sulit untuk dipisahkan sehingga jika ditaruh ke TPA, tidak bisa didaur ulang, dan hanya bisa ditimbun saja di dalam tanah. Maka dari itu, para brand-owners diharapkan untuk bisa lebih bijak memilih kemasan yang berdampak positif bagi kehidupan kita di masa depan,” tambah Benny.

Anomali Coffee jadi pionir gerakan #NgopiMembumi

Anomali Coffee akhirnya menjadi brand pertama yang menjadi pionir gerakan hidup sustainable living dengan menggunakan kemasan eco-friendly ini, sekaligus meluncurkan kampanye #NgopiMembumi ini. Hal ini selaras dengan pernyataan Benny sebelumnya yang mengatakan bahwa belum banyak brand di Indonesia yang menjalani gerakan sustainable living ini. 

“Kami tertarik untuk memulai gerakan ini, karena kami yakin dengan langkah sederhana pasti bisa memberikan dampak positif di kemudian hari. Apalagi lingkungan jadi salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita,” jelas Rezha Ahmad, selaku Business Development dari Anomali Coffee ketika menjelaskan mengapa Anomali Coffee tertarik untuk memulai kampanye ini. 

Anomali Coffee merupakan salah satu perusahaan kopi lokal yang memang sudah memulai gerakan sustainable living sejak lama, namun baru sekarang akhirnya meluncurkan gerakan untuk menggunakan kemasan kertas sekali pakai yang ramah lingkungan. 

“Dari dulu memang sudah mulai bergerak lebih ramah lingkungan, karena kami menjual stainless straw, dan meminimalisir penggunaan kemasan sekali pakai untuk transaksi dine in. Namun, karena sekarang kondisinya sedang PPKM, dan harus take-away, jadi kita harus aware juga dengan lingkungan dengan menggunakan kemasan sekali pakai yang eco-friendly juga,” tambahnya. 

Rezha menjelaskan bahwa saat ini belum semua outlet Anomali Coffee menggunakan kemasan Foopak Bio Natura ini. Namun, secara bertahap, nantinya akan diberlakukan untuk semua outlet. “Sekarang masih terbatas di Jakarta dulu, baru yang kedua akan ke Bali lalu ke Makassar juga,” tutupnya. 

Sebagai penutup, dirinya berharap bahwa nantinya gerakan ini bisa direalisasikan oleh seluruh coffee industry, agar bisa berdampak baik bagi lingkungan dan mampu hidup secara berkelanjutan.

 

*Penulis: Chrisstella Efivania.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading