Sukses

Lifestyle

Menjadi Ibu setelah Suami Meninggal, Aku Tegar demi Putraku Tercinta

Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.

***

Oleh: Melanie Anitta Isabella

Saya adalah seorang single mom yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 6 tahun. Suami saya meninggal dunia karena penyakit darah tinggi pada bulan Januari 2015, saat itu saya sedang hamil sekitar 7 bulan.

Bulan-bulan pertama kehilangan dirinya, saya mengalami duka dan kehilangan yang luar biasa, rasanya separuh nyawa saya ikut hilang bersamaan dengan kematian suami saya, jadi seperti ada kekosongan dalam hati saya, ya saya beraktivitas seperti biasa sih, bahkan saya sanggup menyelesaikan pendidikan S2 saya. Saat itu sudah tahap tesis dan sidang. Namun hati saya terasa kosong, tiap hari saya menangis, meskipun sebenernya tidak ingin menangis tapi tiba-tiba saja air mata saya mengalir tiap ingat almarhum suami saya.

Pada bulan Maret 2015, saya melahirkan seorang anak laki-laki yang ganteng dan lucu. Saat itu barulah saya berhenti menangis. Saya seperti menemukan kembali belahan jiwa saya yang sempat hilang meskipun dalam rupa yang lebih mungil.

Saat itu saya seperti menemukan kekuatan saya kembali. Saya ingin hidup sehat dan panjang umur. Saya ingin mendampingi anak saya ketika dia masuk sekolah, ketika dia diwisuda, ketika dia menikahi pujaan hatinya dan ketika dia berdebar-debar menunggu kelahiran anak pertamanya. 

            

 

Menemukan Kekuatan Baru

Saya sebenarnya bukan tipe orang yang suka berolahraga. Saya jarang berolahraga, tidak suka dan jarang makan sayur dan buah, Namun, sejak anak saya lahir, saya mengubah seluruh pola hidup saya, tiap hari saya berusaha makan sayur dan buah. Bahkan saya tiap hari membawa bekal buah ke kantor.

Saya rutin berolahraga lari dan jalan kaki, ya walaupun tidak pernah mengikuti lomba marathon tapi lumayanlah hehehe. Bahkan saya berhasil menurunkan berat badan saya yang sempat naik karena hamil mencapai 60 kg menjadi sekitar 52-53 kg, lumayanlah jadi kelihatan muda dan badan lebih sehat dan ringan.

Bersedih karena kehilangan tidak ada salahnya, tapi jangan berlarut-larut dan tenggelam dalam kesedihan, karena intinya bukan berapa kali kamu jatuh, tapi berapa kali kamu bangun lagi. Dan percayalah, apa pun yang tidak membunuhmu, hanya akan membuatmu semakin kuat.

Rencana Tuhan tidak pernah salah, sesudah hujan pasti ada pelangi, di balik semua kejadian, pasti ada hikmahnya yang bisa kita pelajari dan kita ambil. Tentu saja semua tidak terlepas dari dukungan keluarga dan sahabat-sahabat saya yang selalu support baik saat suami saya meninggal bahkan sampai sekarang juga. 

     

Tetap Tegar demi Putra Tercinta

Anyway, saya juga merasakan tidak enaknya status sebagai janda, yang selalu dianggap negatif terutama oleh sebagian besar  masyarakat Indonesia, saya juga pernah kok diejek karena hal ini, padahal ini bukan mau saya kan.

Terlebih lagi kadang becandaan norak yang melibatkan kata "janda" membuat saya kesal dan tidak nyaman, belum lagi pertanyaan-pertanyaan konyol tentang, kapan nikah lagi, kenapa nggak cari suami lagi dll. Namun, semua ini tidak membuat saya down bahkan saya ingin membuktikan bahwa saya bisa dan berdaya untuk mandiri dan mendampingi anak saya sampai dia dewasa.

Saya juga berinvestasi dalam banyak hal, seperti kredit properti untuk disewakan, belajar investasi saham, reksadana dan emas, semua itu demi cita-cita saya menyekolahkan anak saya sampai ke tingkat yang paling tinggi, dan bekal pensiun. Saya tidak mau menjadikan anak saya sebagai sandwich generation, ya memang tidak dapat dipungkiri saat usia senja kita pasti butuh bantuan orang lain ya, tapi paling tidak saya punya simpanan untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri di masa tua sehingga tidak merepotkan anak saya. 

Selain itu, saya juga bergabung dalam komunitas single mom, dan beberapa kali mengikuti gatheringnya, saya sadar ternyata saya tidak sendirian, meskipun mereka lebih banyak yang single karena bercerai ya. Saya nggak tahu sih lebih berat mana cerai mati atau cerai hidup, mungkin malah permasalahan mereka lebih rumit daripada saya lengkap dengan drama mantan-mantan mereka kan.

Tetapi intinya kita bersama-sama bangkit dan berdaya demi diri sendiri dan anak tentunya. Intinya tetap kuat, dan selalu berdoa, percayalah, Tuhan pasti memberikan yang terbaik buat kita semua, amin.       

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading